Youth Camp. Nama yang mungkin belum biasa didengar di kalangan umat Katolik Bintuni, Papua Barat. Ketika suatu saat bercerita mengenai Youth Camp yang akan datang kepada senior beragama Protestan di lingkungan tempat saya tinggal, ia mengatakan,
“Eh, ini pertama kalinya ya di Gereja Katolik di sini bikin seperti itu? Kalau suami saya setiap tahun sering diminta membawakan topik kesehatan di acara Bible Camp.”
Mendengar ucapan sang senior, ada rasa bangga sekaligus miris. Bangga karena akhirnya Orang Muda Katolik (OMK) Bintuni menoreh sejarah dengan membuat Youth Camp untuk pertama kalinya di tanah Bintuni. Miris, karena sudah ketinggalan cukup jauh dari saudara-saudara Protestan.
Tapi saya tidak akan mulai membanding-bandingkan antara kaum muda Katolik dengan kaum muda Protestan. Lebih baik kita mulai dengan Youth Camp OMK Bintuni 2013, Youth Camp perdana di Bintuni yang dilaksanakan tanggal 27 – 30 Desember 2013.
Lahirnya Youth Camp
Jika bertanya mengenai latar belakang Youth Camp pada setiap OMK di Paroki Bintuni yang terlibat dalam persiapan Youth Camp, semua mungkin merujuk pada suatu acara, yaitu rekoleksi bersama OMK yang dilaksanakan tanggal 12-13 Oktober 2013.
Sejak pelantikan OMK Paroki Santo Yohanes Bintuni pada tanggal 17 Juni 2013, gaung OMK dalam Gereja Paroki Santo Yohanes Bintuni bisa dibilang kurang terdengar oleh umat. Setiap acara ibadah OMK yang diadakan jarang yang bisa mengumpulkan setengah jumlah OMK yang total mencapai lebih dari 60 orang. Namun, saat acara bermalam minggu bersama di Gereja Stasi Manimeri yang berjarak sekitar 25 km dari pusat paroki diumumkan, lebih dari 50 OMK muncul di hari keberangkatan.
Momentum ini kemudian coba digunakan oleh Pater Damasenus Satu, SVD, yang akrab dipanggil Pater Damas, sebagai Pastor Paroki Santo Yohanes Bintuni sebagai kesempatan untuk mengguncang para OMK yang nampaknya ‘tertidur’. Ketika kemudian mencoba merumuskan bersama-sama sebuah acara dimana para OMK dapat berkumpul untuk mengenal iman lebih dalam, lahirlah ide Youth Camp. sebuah acara yang awalnya direncanakan berkisar sekitar 3 hari untuk bersama-sama belajar iman kekatolikan. Rencana acara juga awalnya merujuk pada susunan acara World Youth Day.
Tidak mudah untuk merealisasikan Youth Camp. Semua masih belum satu suara mengenai tanggal pelaksanaan Youth Camp. Antara akhir tahun 2013 atau tahun 2014. Perdebatan terjadi antara persiapan yang terlalu singkat, atau persiapan yang entah kapan perlu dimulai.
Perdebatan yang mulai memanas langsung mereda ketika slogan Gubernur Papua Barat dikutip oleh seorang OMK: “Kalau bukan sekarang, kapan lagi. Kalau bukan kitorang, siapa lagi.” Akhirnya semua ‘nekad’ untuk bersatu dan bergerak mengadakan Youth Camp. Tema Youth Camp yang dipilih: Bersatu dan Bergerak Dalam Iman Katolik.
Akhirnya, di kediaman seorang umat yang selalu membukakan pintu rumahnya bagi Gereja, lahirlah tim inti panitia Youth Camp OMK Bintuni 2013. Tim panitia yang nekad mempersiapkan sebuah acara, yang baru pertama kali hendak diadakan di Bintuni, hanya dalam waktu dua bulan.
Persiapan Youth Camp
Pepatah mengatakan bahwa yang lebih penting bukanlah tempat tujuannya, melainkan perjalanan menuju tempat tujuan tersebut. Itulah mungkin pelajaran berharga yang dirasakan oleh para panitia Youth Camp saat mempersiapkan sebuah acara yang berskala satu kabupaten hanya dalam waktu dua bulan. Apalagi hampir semua panitia tidak memiliki pengalaman mengurus acara.
Tim inti yang telah lebih dulu terbentuk segera berkembang menjadi suatu badan panitia lengkap yang terdiri dari 8 seksi panitia: Seksi Usaha Dana, Seksi Acara, Seksi Konsumsi, Seksi Liturgi, Seksi Perlengkapan dan AKomodasi, Seksi Dekorasi dan Dokumentasi, Seksi Keamanan, dan Seksi Kesehatan.
Awalnya semua perhatian terkuras pada masalah dana. Target peserta telah ditentukan 200 orang. Semua sadar bahwa dengan jumlah tersebut, biaya yang diperlukan juga besar. Pertemuan untuk membahas dana yang diperlukan membuahkan angka yang cukup fantastis: menembus seratus juta rupiah. Semua mulai sadar, beban persiapan Youth Camp tidak ringan.
Mungkin dari sanalah, perlahan-lahan jumlah panitia yang aktif untuk mempersiapkan Youth Camp mulai gugur. Strategi pengumpulan dana yang paling utama adalah membantu pelaksanaan pertandingan futsal yang diselenggarakan oleh Angkatan Muda Pembaruan Indonesia (AMPI) di Teluk Bintuni.
Seluruh tim panitia digilir jadwal untuk menjaga parkir, berjualan selama acara, dan melakukan pembersihan lokasi kegiatan setelah acara pertandingan selesai. Walaupun seluruh tim panitia digilir, hanya beberapa yang aktif dan giat.
Pengalaman pun banyak dipetik oleh para panitia yang bekerja. Belajar rendah hati saat kendaraan yang masuk lewat begitu saja tanpa mempedulikan yang berjaga di pintu. Belajar sabar saat melihat para penonton yang datang membuang sampah sembarangan. Tukar cerita diiringi tawa bersama saat menunggui jualan pinang. Bahkan ada yang mendapat pukul saat bertugas karena peserta acara yang mabuk.
Sumber dana juga didapatkan dari penjualan kalender tahun 2014 yang spesial dibuatkan oleh Mervin Sadipun Komber, seorang anggota DPD RI untuk Papua Barat, untuk para OMK Bintuni.
Syukurlah bahwa dalam kegiatan pengumpulan dana, OMK tidak sendirian. Kelompok Remaja Katolik (Remakat) yang terdiri dari anak SMP sampai SMA juga turun tangan membantu. Anak-anak Serikat Kepausan Anak Misioner (Sekami) yang terdiri dari anak-anak SD bahkan juga ikut membantu. Remakat mengumpulkan dana dengan menyelenggarakan malam penggalangan dana. Pada acara tersebut, mereka bekerja keras mempersiapkan diri menampilkan drama, tari-tarian, juga nyanyian-nyanyian.
Acara tersebut sukses besar dengan menjual lebih dari 500 tiket. Bahkan banyak juga yang kemudian mendaftar menjadi pengisi acara. Malam penggalangan dana tersebut tidak hanya berhasil mengumpulkan dana, tapi juga memberi kesadaran kepada para umat bahwa anak-anak remaja memiliki banyak potensi untuk dikembangkan. Panggung malam itu merupakan wadah untuk menyalurkan kreativitas mereka.
Lain lagi dengan cara anak-anak Sekami mengumpulkan dana. Saat ditanya mereka bisa apa, mereka bilang bisa bersih-bersih WC, bisa jaga parkir. Jadilah mereka akhirnya menjadi petugas pembersih WC dan jaga parkiran gereja. Dari sana, mereka menarik retribusi WC dan juga parkir.
Masalah dana akhirnya tercukupi. Setelah masalah dana, para OMK kemudian berkonsentrasi mempersiapkan lokasi acara. Karena belum ada rumah ret-ret di Bintuni, tempat yang dipilih tentu harus diperlengkapi dengan fasilitas yang mencukupi, terutama untuk mandi dan kamar kecil.
Penentuan lokasi kegiatan Youth Camp sendiri pun cukup pelik, karena berbagai pertimbangan. Tapi akhirnya sekolah YPPK SMP/ SMA Santa Monica dipilih menjadi lokasi acara. Sepuluh kamar mandi pun dibangun di belakang sekolah. Lima untuk kamar mandi peserta perempuan dan lima untuk peserta laki-laki. Toilet sekolah pun kemudian dicat ulang dan digali parit. Untuk ruang untuk tempat tidur, digunakan ruang-ruang kelas SMA sementara utnuk ruang materi, digunakan aula SMP. Jadilah kursi dan meja diboyong keluar, dijejer di luar kelas, sebagai tempat para peserta untuk makan. Memang seadanya, namun apa yang ada tersebut sangat berkesan.
Pelaksanaan Youth Camp
Bagi tim panitia, Youth Camp OMK Bintuni adalah bukti bahwa manusia boleh berencana, tapi Tuhan lah yang menentukan. Acara Youth Camp ini mungkin dimulai dengan ambisi untuk mengumpulkan 200 peserta OMK dari seluruh stasi Paroki Santo Yohanes Bintuni. Namun peserta yang hadir ternyata hanya mencapai 43 orang saja. Dari 10 stasi yang diundang, hanya 2 stasi dari luar Bintuni yang datang, yaitu stasi Mayado dan SP 5. Pembukaan acara molor cukup lama untuk menunggu ratusan peserta – yang ternyata tidak kunjung datang.
Susunan acara juga banyak mengalami perubahan. Demi menyesuaikan perubahan acara, kegiatan permainan dan olah raga batal dimainkan, padahal semua peralatan permainan dan olah raga sudah disiapkan.
Dua pembicara yang seharusnya memberikan materi dihari pertama berhalangan hadir semua. Syukurlah pembicara yang awalnya direncanakan memberi materi pada hari ketiga sudah datang dan siap dengan materi. Beliau adalah Pater Antonius Kewole Lerek, Pr., seorang imam dari Ambon yang banyak berkecimpung dalam pelayanan karismatik dan terutama adorasi.
Akhirnya, materi yang seharusnya diberikan paling akhir justru menjadi pertama: “Pemuda Dipanggil menjadi Pemimpin Bagi Gereja dan Tanah Papua.” Disinilah, semua merasakan terjadi pembaruan iman. Para peserta dan panitia mengangkat suara bersama dalam puji-pujian yang diiringi oleh seorang pemain keyboard yang diajak oleh Pater Anton, Marcel Marjen Lumansik. Setelah materi pertama, waktu untuk pemateri kedua kembali diberikan kepada Pater Anton. Beliau melanjutkan dengan materi tambahan yang awalnya tidak direncanakan, yaitu “Allah Rindu untuk Memberkati”. Dua materi yang diberikan Pater Anton pada hari pertama ini berhasil membawa pencerahan iman yang terasa jelas pada para peserta.
Oleh karena itu, walau pada evaluasi hari pertama ditutup dengan lelah dan kecewa karena jalan acara tidak sesuai dengan yang direncanakan, semua saling mencoba menguatkan bahwa itu lah kehendak Tuhan.
Youth Camp diisi dengan beragam materi. Para peserta sempat tampak sedikit kewalahan menerima rentetan materi di hari kedua, tapi semua tetap berusaha mendengarkan karena informasi dari setiap materi yang diberikan sangat berharga.
Setelah menutup hari pertama, Pater Anton membuka hari kedua dengan materi ‘Gaya Hidup OMK’ yang memberi contoh dan mengajak para OMK untuk terus hidup dalam persekutuan. Kemudian ada materi yang membahas bagaimana menjadi seorang pengusaha, dengan tujuan menanamkan kemandirian ekonomi yang harus dimulai sejak muda. Semua peserta dibagi menjadi 5 kelompok dan kemudian disebar keluar dari lokasi acara untuk belajar langsung kepada beberapa pengusaha Katolik melalui wawancara dan kemudian berdiskusi bersama.
Lalu ada materi mengenai topik yang sangat menarik dan cukup berat: “Mengapa Menjadi Katolik?”. Walaupun materi diberikan setelah makan siang, semangat para peserta tidak surut. Malah banyak yang bertanya sampai harus dibatasi. Itulah bukti bahwa kaum muda Katolik sebenarnya sangat haus akan informasi mengenai iman Katolik.
Materi berikutnya diberikan oleh satu-satunya umat Katolik dalam kancah DPD RI untuk Papua Barat, Mervin Sadipun Komber. Beliau menyampaikan materi mengenai bagaimana Potensi Pemuda, terutama dalam berorganisasi.
Materi selanjutnya diberikan pada hari ketiga. Kali ini para peserta diberi materi mengenai kesehatan yang marak di Papua, yaitu seputar alkohol dan penyakit infeksi menular seksual. Tak ketinggalan juga tentang narkoba yang kabarnya sudah mulai menyentuh tanah Papua.
Sebagai penutup materi, Bapak Bupati drg. Alfons Manibui datang dan mengobrol santai bersama dengan para peserta mengenai bagaimana mengisi masa muda untuk mempersiapkan masa depan. Dalam pesan penutupnya, beliau menyambut positif kegiatan Youth Camp karena inilah yang dibutuhkan para pemuda, sesuatu yang tidak diajarkan di sekolah. Oleh karena itu, pihak gereja diharapkan supaya tidak berhenti sampai disini, tapi boleh berlanjut dengan kegiatan serupa lainnya.
Youth Camp tidak hanya diisni materi-materi. Ada juga acara kreativitas, yaitu perayaan Malam Kebudayaan yang diadakan pada malam hari kedua. Pada malam kebudayaan, beberapa peserta tampil membawakan kreativitas mereka. Stasi Mayado tampak paling siap, membawakan tarian daerah lengkap dengan kostum daerah dan panah.
Tim panitia pun membawakan sebuah sajian untuk malam kebudayaan, yaitu drama mengenai usaha dan kerja keras panitia dalam mempersiapkan Youth Camp. Semua penonton hanyut dalam tawa dan geli melihat para panitia yang membawakan drama. Walau para pemeran hanya terdiiri dari sebagian panitia, semua tim panitia naik ke atas panggung untuk menutup drama yang diberi tepuk tangan meriah dari segenap peserta Youth Camp.
Acara puncak Youth Camp adalah pada malam hari terakhir, malam api unggun. Dimulai jam setengah sebelas , langit cerah malam, para peserta duduk melingkari tumpukan kayu yang kemudian disulut oleh Pater Damas. Hari sudah cukup larut, tapi semangat para peserta tidak surut.
Malam api unggun dibuka dengan nyanyian syukur dan kemudian setiap peserta merefleksikan hidup mereka, mengakui kesalahan yang membawa mereka jauh dari Tuhan serta membuat komitmen yang hendak dijalankan untuk memulai hidup baru. Refleksi tersebut dituliskan dalam sebuah kertas yang selanjutnya dilempar ke dalam api unggun.
Berikutnya, setiap peserta dibagikan lilin dan ada 23 peserta yang mendapat obor. Peserta yang mendapat obor bergantian menyalakan obor peserta lainnya, diiringi lagu Api Injil. Penyalaan obor secara bergantian dimaksudkan sebagai para peserta yang membawa pulang Api Injil dalam diri mereka. Dan terakhir, seluruh lilin dan obor dilempar bersama, menyulut api unggun menjadi semakin besar. Lagu masa muda dilantunkan bersama-sama, sambil bergandengan. Beberapa peserta tampak meneteskan air mata saat prosesi api unggun ini berlangsung. Memang banyak peserta yang tidak tahu dua lagu yang dinyanyikan, tapi keseluruhan proses berlangsung khidmat dan penuh arti.
Acara goyang bersama kemudian menutup malam itu. Ada yang terjaga bahkan saat ufuk matahari mulai tampak. Namun tidak apa, karena keesokan harinya, kebersamaan dalam Youth Camp harus berakhir.
Saat para peserta akhirnya pulang, tim panitia berkumpul bersama dalam kegembiraan bahwa acara Youth Camp perdana di Bintuni telah selesai, dan Tuhan izinkan acara berhasil seturut kehendak-Nya. Memang para peserta hanya mencapai 1/5 dari jumlah target peserta. Memang susunan materi semuanya berubah. Namun, di situlah para panitia belajar bahwa kehendak Tuhan lebih dahsyat dari rencana manusia.
Panitia merencanakan suatu acara yang dapat menggerakkan 200 orang dimulai dengan semangat organisasi. Namun Tuhan ternyata berkehendak untuk mengubah hidup dan mendobrak iman 43 orang. Empat hari 3 malam untuk mengubah hidup dan mendobrak iman 43 orang. Tidak hanya para peserta, tapi juga para panitia.
Panitia yang bekerja selama Youth Camp memang kadang tidak mendapatkan materi yang diberikan. Tapi pada akhirnya, menjadi panitia Youth Camp sendiri sungguh adalah pelajaran berharga. Ada banyak pengalaman, suka duka, kesalahan, kesombongan, perselisihan, salah paham, terjadi selama persiapan dan pelaksanaan.
Saat merefleksikan kembali, para panitia akhirnya dengan kerendahan hati harus mengakui bahwa kerja keras mereka adalah karya Tuhan dalam diri mereka. Dalam 2 bulan terakhir, para OMK Bintuni berhasil membuktikan kepada Gereja, bahwa saat mereka membuka diri dan mencoba, mereka dapat bersatu dan bergerak dalam iman Katolik. Membawa suatu perubahan pada para OMK yang datang terpanggil.
Memang awalnya hampir seluruh panitia patah semangat di hari pertama. Namun, seiring hari demi hari pelaksanaan Youth Camp, kebahagiaan dan rasa haru menyelimuti perasaan seluruh panitia. Terutama dihari terakhir, ketika para peserta memberikan kesan dan pesan mereka terhadap acara Youth Camp OMK Bintuni. Semuanya sangat bersyukur bisa ikut dalam acara ini.
Tulisan ini akan ditutup oleh pesan yang ada pada ayat refrent lagu mars OMK: Bangunlah pemuda, tunas bangsa dan Gereja. Bangkitkanlah karyamu, hiduplah Pemuda Gereja!
Shalom, Tuhan memberkati.
Karina, Bintuni
2 thoughts on “Youth Camp OMK Bintuni”
leanarda
(April 11, 2014 - 07:43)Trimakasih dokter, sudah berbagi bersama kami.masih byk yg perlu kami benahi lg, Semoga kgtn ini semakin menyatukan kami kaum muda. Dan memang kegiatan kemarin benar2 ada dampak positifnya. Soalnya teman2 khususnya para cowok,mulai ikut andil dlm pelayanan/ tourney ke daerah pedalaman bersama pastor.
Ignatia Karina
(Juni 5, 2014 - 12:51)Dear Lea, maaf baru melihat komentarmu. Senang sekali mendengar perkembangan para OMK khususnya yg cowok, semoga semakin hari semua semakin menjadi satu dalam iman ya. Tuhan berkati..