Memuliakan Nama Tuhan Melalui Karya Pelayanan di Bidang Kesehatan

Medan memanggil, Samosir pun sudah menanti kedatangan para calon dokter dan tenaga kesehatan lainnya bersanding dalam kasih menyatu visi misi untuk mewujudkan Indonesia sehat.

Onan Runggu, salah satu kota di Pulau Samosir, disinilah akan menjadi pelabuhan terakhir dalam membina iman katolik para delegasi dari seluruh Indonesia serta menjadi perpaduan ide, kisah bahkan saksi keluarga mahasiswa katolik untuk meningkatkan rasa solidaritas persatuan satu sama lain.

Salah satu karya pelayanan KMK St. Raphael Universitas Methodist dan KMK St. Lukas Universitas Sumatera Utara dalam rangka harmonisasi untuk bergerak bersama demi persatuan atas solidaritas antar keluarga mahasiswa katolik calon tenaga kesehatan di masa depan pada acara Pembinaan Jaringan Pembinaan Mahasiswa Katolik Fakultas Kedokteran Indonesia.

Terdapat sekitar 80 orang perwakilan keluarga mahasiswa katolik dari seluruh Indonesia yang terpanggil untuk ikut dalam perhelatan akbar tahunan ini.

Increase Solidarity For Unity

Pembinaan Jaringan Pembinaan Mahasiswa Katolik Fakultas Kedokteran Indonesia (PJPMKFKI) yang tahun ini bertepatan di Medan merupakan acara tahunan akbar yang sudah berjalan selama 19 tahun. “Increase Solidarity For Unity” merupakan tema PJPMKFKI XIX yang bertujuan untuk membangun jaringan antara calon dokter dan tenaga kesehatan lainnya supaya dapat bersama berkolaborasi di masa depan.

PJPMKFKI XIX menjadi salah satu sarana untuk mengembangkan iman katolik melalui pembinaan, serta meningkatkan solidaritas antar tenaga kesehatan untuk mewujudkan Indonesia sehat di masa depan.

Delegasi dari Seluruh Indonesia

Perhelatan akbar tahunan ini diawali dengan pertemuan para delegasi dari seluruh Indonesia, yang diwakili oleh semua regio bersama berkumpul di Pertapaan Karmelitas Talun Kenas. Acara ini dibuka dengan Misa yang dipimpin oleh Romo Bayu, dengan keheningan di sekitar Pertapaan Karmelitas kondisi misa terlihat lebih khusyuk dari biasanya.

Di tempat inilah, iman para delegasi keluarga mahasiswa katolik dibina dalam bentuk seminar dengan pembicara yang luar biasa, serta dilengkapi dengan Forum Komunikasi yang membahas tentang tantangan para calon tenaga kesehatan kedepannya. Hal ini merupakan bekal serta dapat menambah wawasan para calon tenaga kesehatan untuk menghadapi tantangan yang ada di masa depan.

Pada hari ketiga dalam rangkaian acara PJPMKFKI XIX ini mengajak para delegasi untuk berziarah batin ke Graha Maria Annai Velangkanni, Tanjung Selamat, Medan. Para delegasi diajak untuk berefleksi terkait segala kuasa Tuhan yang ajaib di dalam hidup ini.

“Velangkanni merupakan tempat istimewa dan dapat membuat kita yang berkunjung kesini mendapat kelegaan tersendiri serta ketenangan batin saat berdoa dan memandang bangunan indah yang memiliki misteri iman di dalamnya” ujar Cinthya, salah satu delegasi dari Universitas Indonesia.

Di satu sisi, “Aku seperti pulang ke rumah, ketika memasuki Velangkanni, seperti dirangkul oleh Bunda Maria. Rasanya sangat nyaman” ditambahkan Dion, salah satu delegasi dari Universitas Padjajaran.

Pulau Samosir dan Kasih di Dalamnya

Setelah tiga hari menempa iman, para delegasi PJPMKFKI XIX bergegas menuju Pulau Samosir untuk berbagi kasih kepada masyarakat sekitar.

Setelah melewati kota Pematang Siantar, tibalah di Pelabuhan Ajibata untuk menyebrang ke Samosir. Terlihat raut wajah yang ceria dan antusias tinggi untuk pergi ke salah satu kepingan surga di dunia.

Tepat keesokan harinya, para delegasi melakukan bakti sosial dalam rangka sumbangsih ilmu yang selama ini sudah didapatkan di bangku kuliah dan dipraktekkan langsung ke masyarakat dengan kasih. Bakti social ini berupa pengobatan gratis di Desa Sipira, Onan Runggu, Samosir dan penyuluhan hidup sehat di hari esoknya yang dilakukan di SD dan SMP di sekitar Paroki St. Paulus, Onan Runggu, Samosir.

Dalam acara PJPMKFKI XIX turut hadir RP Celestinus Manalu, selaku Pastor Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Medan yang mengapresiasi dan mendukung acara ini, karena beliau salah satu Pastor yang mendampingi KMK St. Raphael & St. Lukas dalam mempersiapkan acara PJPMKFKI XIX.

Apresiasi dan ucapan terima kasih pun datang dari RP Silverius Petrus Homa selaku “pemandu” para delegasi selama berada di Paroki St. Paulus, Onan Runggu. Beliau sangat senang dan bersyukur akan acara PJPMKFKI ini yang diselenggarakan di Samosir, khususnya di Onan Runggu. Hal senada juga disampaikan oleh Pastor Paroki dan Ketua Dewan Paroki St. Paulus Onan Runggu.

Diplih Untuk Melayani

Setelah kurang lebih seminggu bersama dalam suatu ikatan kasih, sama-sama berproses menjadi sebuah bejana yang indah, serta berkarya bersama dalam kasih dengan menjadi berkat bagi sesama melalui bakti social dan penyuluhan, tibalah waktunya para delegasi kembali ke tempat asalnya masing-masing untuk mewartakan iman dan tak lupa menjadi garam bagi sesama.

Acara PJPMKFKI XIX ditutup dengan misa dan pengutusan di gereja Paroki St. Paulus, Onan Runggu, Samosir. Selain itu, para delegasi, baik peserta maupun panitia dibagikan kertas DU-DU yang selama kegiatan PJPMKFKI XIX memang sengaja difasilitasi untuk saling mewartakan kabar gembira bagi sesama delegasi.

Setelah selesai dengan rangkaian acara Closing Ceremony, para delegasi berkemas dan siap kembali ke Medan lalu kembali ke tempat asal. Namun sebelum menyebrang ke Medan, para delegasi diajak mampir ke Tomok suatu tempat wisata di Pulau Samosir. Mereka disuguhkan oleh kebudayaan batak yang luar biasa. Nampak keceriaan dan kepuasan hati dari para delegasi yang terpancar dari raut muka mereka.

Mengutip ayat alkitab Matius 4:18-22, dijelaskan bahwa kita merupakan murid Kristus. Maka dari itu, kita semua adalah pribadi yang terpanggil dan terpilih. Ketika kita menjadi kaum yang terpilih dan terpanggil untuk melaksanakan karya pelayanan di dunia, semua hal dan tindakan yang akan dilakukan haruslah tidak demi kepentingan diri kita sendiri, melainkan untuk memberikan rasa bagi sesama, untuk kebaikan bersama. Seperti dituliskan di Alkitab dalam Matius 5:13 yang berbunyi “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.” Dalam ayat ini dijelaskan bahwa kita diminta untuk menjadi berkat bagi sesama.

Bagi peserta PJPMKFKI XIX ayat ini dapat dijadikan pegangan untuk mendorong mereka dalam karya pelayanannya di bidang kesehatan masa depan agar dapat menjadi garam yang memberi rasa bagi sesama dengan cara mengasah suara hati dan menumbuh kembangkan rasa kepedulian social serta berkolaborasi dengan para tenaga kesehatan lainnya untuk bersama bergerak dalam mewujudkan Indonesia sehat di masa mendatang.

Chintya Tambunan

Post Author: admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *