ORANG MUDA ADALAH GEREJA MASA KINI

Dalam sebuah kegiatan, panitia yang terlibat semua adalah orang tua.Menilik pengurus paroki juga terdiri dari orang tua. Doa-doa lingkungan atau pertemuan-pertemuan komunitas dihadiri oleh orang tua-tua. Bisa jadi ada orang yang tak peduli dengan situasi tersebut. Tapi ada orang yang gelisah “Kemana orang muda?” Mungkin ada pula yang mulai menghakimi orang muda: “Orang muda pemalas”, “orang muda mau nya hura-hura”, “orang muda tidak mau terlibat” dan lain-lain.

Gelisah mencari orang muda meskipun ekspresinya adalah komentar yang tidak enak menunjukkan bahwa kehadiran orang muda amatlah penting. Seringkali ditegaskan bahwa Orang muda adalah Gereja masa kini dan masa depan. Bisa dibayangkan kalau perayaan Ekaristi tidak ada yang muda dan semua lansia. Gereja terasa tidak semarak dan berwarna. Bisa jadi suasana menjadi lesu dan tidak energik.

Kita sepakat bahwa kehadiran Orang Muda Katolik amatlah penting. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana membuat orang muda bisa terlibat dalam kepengurusan, kegiatan kehidupan menggereja dan bermasyarakat? Setidaknya ada 3 hal penting yang mau saya bagikan:
1. Orang muda membutuhkan ruang
2. Orang muda belajar salah
3. Perlu Proses dan Bukan Bim Salabim

Orang Muda membutuhkan Ruang
Dalam sebuah rapat diputuskan bahwa petugas parkir, mengangkat dan mengatur kursi adalah OMK. Ada keinginan untuk melibatkan orang muda.Tentu itu niat baik tetapi perlu dievaluasi lagi apabila OMK selalu diposisi yang “disuruh-suruh”. Memang OMK masih energik dan bertenaga tetapi alangkah baiknya kalau keputusan itu juga keputusan dari OMK.

Orang muda diakui sebagai orang yang kreatif. Pemazmur menggambarkan “Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda” (Mazmur 127:4). Orang muda bisa demikian melesat cepat dan membantu banyak apabila ditempatkan pada posisi yang tepat. Para pahlawan ini adalah orang-orang di sekitar orang muda yakni orang tua, pendamping/pembimbing, guru dll. Berani tidak para pahlawan memberikan ruang bagi orang muda. Ruang ini bisa jadi tanggungjawab, jabatan, kepercayaan yang menjadi sarana berlatih dan berekspresi bagi orang muda.Dalam ruang inilah orang muda bisa memutuskan dan membuat kebijakan.

Di beberapa paroki membuat kebijakan beberapa orang muda masuk dalam kepengurusan DPP, sekali waktu kepantiaan natal diserahkan pada OMK, komunitas hobby dibuat untuk menampung talenta orang muda dan lain-lain. Kebijakan-kebijakan tersebut menjadi contoh keberanian memberikan ruang-ruang bagi orang muda.

Orang Muda Belajar Salah
Orang tua tentu pernah mengalami masa muda. Kita bukanlah orang sempurna tetapi orang yang terus berjuang untuk sempurna. Melakukan kesalahan tentu pernah kita alami. Evaluasi untuk acara orang muda bisa kita bahas panjang lebar dan abis-abisan. Misalnya ketika dalam sebuah rapat laporan pertanggungjawaban (LPJ). Pembahasan LPJ kegiatan orang muda dibahas lama sekali: dipersoalkan dari soal penghitungan yang salah, teralu boros, harusnya omk bisa mandiri, kalimatnya salah dan lain-lain. Tetapi berbeda sekali ketika ada laporan kegiatan yang panitianya orang tua dibahas sebentar padahal kalau diukur “kesalahannya lebih banyak. Ini tidak fair.

Masa muda seringkali digambarkan masa salah. Orang muda perlu belajar. Maka beranikah kita menjadi pendamping-pendampingnya yang sabar untuk mengajari. Pendamping-pendamping yang sabar mendengarkan, berbagi ilmu dan dukungan, berani mengampuni dan tidak mudah memberikan cap atau julukan yang jelek. Tentu amat menyakitkan apabila orang muda mendapat julukan “tukang abis-abisin dana”, “tukang hura-hura”, “tidak bisa dipercaya” dan sebagainya.

Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. (1 Timotius 4:12)

Perlu Proses dan Bukan BimSalabim
Seringkali kita mendengar kata kaderisasi. Apasih kaderisasi itu? Kaderisasi adalah proses pendidikan/pendampingan jangka panjang dengan mentransferkan dan menanamkan nilai-nilai tertentu yang melahirkan kader-kader yang tangguh. Jadi kaderisasi layaknya dalam sebuah keluarga, orang tua menanamkan nilai-nilai kepada anaknya. Prosesnya terus menerus dan berlangsung lama.

Berbicara mengenai kaderisasi, keluarga telah memulai melakukan kaderisasi. Orang Muda Katolik (OMK) mendapat kaderisasi pertama-tama adalah dari keluarga. Tidak cukup bahwa putra putrid kita dibabtis. Tidak menjadi jaminan bahwa setelah dibabtis putra-putri kita akan dapat mengembangkan imamnya. Tentu perlu pendampingan terus menerus bahkan sampai tua kita pun perlu pendampingan.

Dalam Buku Pedoman Karya Pastoral OMK Indonesia “Sahabat Sepeziarahan” hlm. 113-115 ada 3 Tahapan pastoral OMK. Pertama, Menabur Benih. Menabur benih adalah awal mula mengenal kekatolikan entah dibabtis bayi atau pun babtis dewasa hingga menerima sakramen penguatan. Kedua, merawat pertumbuhan. Perlu upaya terus menerus supaya biji yang ditanam tidak dimakan burung atau tumbuh di bebatuan atau terhimpit semak berduri. Maka orang muda perlu terus menerus mendapatkan pembinaan moral dan nilai, pelatihan, katekese, pelayanan dan lain-lain. Keyakinan yang sudah tumbuh dan dipelihara akan mendorong orang muda untuk bergerak keluar dan membagikan cinta. Ketiga, menuai panenan. Orang muda menjadi peserta aktif dalam membangun Kerajaan Allah. Tindakan dan aksi nyata dibuat dengan landasan pondasi yang telah dibangun.

Proses pendampingan ini tentulah perlu waktu dan kesetiaan terus menerus. Pendampingan orang muda merupakan proses yang bertahap, berjenjang dan berkelanjutan dan bukan bimsalabim. Semoga kita bukan penabur-penabur yang kemudian meninggalkan begitu saja tetapi berani terus merawat dan mendampingi, seperti orang tua pada anaknya. Dan orang muda selanjutnya menjadi panah-panah yang dilepas untuk mewartakan dan menjadi rasul-rasulNya yang setia.

Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! ( Roma 11:36)

Sumber: “Sahabat Sepeziarahan”, Pedoman Karya Pastoral Orang Muda Katolik Indonesia, Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia, 2014.

Dimuat: Majalah KOMUNIKA

Post Author: admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *