Beberapa kali melakukan aksi untuk bersuara di jalan-jalan terkait dengan berbagai pelanggaran HAM yang terjadi di tanah Papua serta aksi solidaritas terkait pembakaran gedung Gereja di Nanggoroe Aceh Darusalam membuat nama PMKRI Cabang Jayapura St. Efrem terus diperbincangkan oleh umat. Beragam versi perbincangan mulai dari apresiasi atas keberanian bersuara bagi kaum tertindas namun tak sedikit pula umat yang mencela pergerakan PMKRI Cabang Jayapura St. Efrem sebagai bentuk kamuflase.
Mendengar berbagai celaan, PMKRI Cabang Jayapura St. Efrem pun terus bergeliat dan melakukan aksi sosial di beberapa titik untuk mengasah jiwa sosial para anggota PMKRI melalui interaksi dengan kaum terpinggirkan, kaum miskin, dan kaum terbiarkan. Adapun titik aksi sosial diantaranya Rumah Surya Kasih tempat penampungan bagi saudara/-i penderita HIV/AIDS; Pasar-Pasar dimana tampak jelas kesenjangan antara pedagang asli mama-mama Papua yang berjualan di atas tanah dengan pedagang pendatang yang berjualan di dalam tempat yang bagus; Panti-Panti Asuhan; dan Keberpihakan terhadap orang asli Papua terkait akses kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah.
Beberapa umat memberikan label kepada PMKRI sebagai organisasi yang pergerakannya sudah tidak sejalan dengan misi gereja. Sungguh ironis, mereka menganggap PMKRI sebagai kaum muda yang hanya tahu demonstrasi dan tidak pernah mengasah jiwa kerohanian karena dianggap jarang melakukan kegiatan rohani. Sebagai salah satu bagian dari gereja, PMKRI menganggap penilaian umat sebagai batu pijakan untuk terus berbenah.
PMKRI Cabang Jayapura St. Efrem pada tanggal 30 Oktober 2015 menjadi inisiator untuk melakukan ibadah Rosario dan nonton bersama film inspirasi dengan mengundang KMK dan OMK. Tercatat pada kegiatan itu yang datang adalah KMK St.Alexander Univeristas Cenderwasih, KMK St. Kristoforus Universitas Sains dan Tekhnologi Jayapura, KMK Universitas Ottow Geisler, OMK Gembala Baik, OMK Kristus Terang Dunia dan OMK Kristus Juruselamat. Kegiatan yang dihadiri oleh 80-an Orang Muda Katolik ini ditutup dengan nonton bersama film berjudul STIGMATA, sebuah film yang membawa permenungan mendalam akan posisi PMKRI. Pemeran utama dalam film tersebut adalah kaum yang terpinggirkan dan tak terpandang namun dipilih untuk mengalami stigmata merasakan penyiksaan yang dirasakan oleh Yesus Kristus di kayu salib. PMKRI pun bagi beberapa orang tidak dianggap namun kami yakin sebagai orang pilihan untuk terus bergerak misioner.
Kurnia Patma
(Sekretaris KomKep Keuskupan Jayapura dan Sekjend PMKRI)