Perempuan dan Rancangan Keselamatan Allah
(Selamat Hari Perempuan Indonesia)
Setiap tanggal 22 Desember, banyak orang memperingatinya sebagai Hari Ibu. Sebagian orang lainnya memperingatinya sebagai Hari Perempuan Indonesia.
Awalnya, ketika Presiden Soekarno menetapkan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu, tepatnya saat ulang tahun ke-25 Kongres Perempuan Indonesia, maksud terdalamnya adalah untuk mengapresiasi semangat perempuan Indonesia dalam meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Kini, orang cenderung mempersempit pengertian Hari Ibu sebatas sebagai penghargaan bagi kaum ibu dalam keluarga.
Kitab Suci mencatat, banyak perempuan yang kala itu memang aktivitasnya terbatas di ranah domestik (keluarga), dapat menjadi perpanjangan tangan Allah. Disebutkan di antaranya Hana (ibu dari Samuel), Elisabet (ibu dari Yohanes Pembaptis), dan tentu saja Maria, ibunda Yesus. Mereka semua adalah perempuan sederhana, yang hidup benar di hadapan Allah. Karena itulah Allah memberikan rahmat kepada mereka dan berkarya di dalam hidup mereka. Dalam pujiannya, Magnificat, Maria berseru, “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memerhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku, dan nama-Nya adalah kudus. Rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.”
Allah dan perempuan. Keduanya mempunyai hal yang sama: rahim. Jika perempuan memiliki rahim di dalam tubuhnya, Allah mempunyai sifat Maharahim. Kerahiman Allah memuncak pada peristiwa Yesus Kristus yang wafat di salib dan bangkit. Yesus Kristus adalah tampilan sempurna cinta Allah yang penuh belas kasih dan kerahiman kepada manusia.
Pada 22 Desember 2015 ini, baiklah jika kita mencoba merenungkan kedua hal itu; kerahiman perempuan dan kerahiman Allah. Semoga kita yang bersumber pada dua kerahiman itu, dapat pula menjadi pribadi-pribadi yang penuh cinta dan belas kasih, agar kita dapat menjadi penyembuh luka-luka kehidupan.
dalam tubuh seorang ibu
ada sebuah karunia Ilahi
rahim namanya
tempat ciptaan baru disemaikan, dirawat, juga dipertahankan
hingga pada akhirnya
ciptaan baru itu akan berjumpa
dengan sesama ciptaan yang lainnya
untuk memuliakan Sang Pencipta
dalam tubuh seorang ibu
rahim bukan hanya karunia
namun keilahian itu sendiri
karena itulah kita menyebut Tuhan kita
sebagai Allah yang Maharahim
ibu adalah mitra Allah
karena darinya, bersemilah kehidupan
ibu adalah mitra Allah
karena ia turut menjaga kehidupan
ibu adalah mitra Allah
karena ia membela dan mempertahankan kehidupan
kita adalah buah dari rahim seorang ibu
dan kita semua, sesungguhnya berasal dari satu rahim yang agung
yang telah memulai semua hal baik ini
dan yang juga akan menyelesaikannya pada akhirnya nanti
Allah Maharahim,
terima kasih Tuhan
telah memberikan kami seorang ibu
telah membolehkan kami menjadi bagian dari hidupnya
semoga kami pun setia pada kerahiman-Mu
tempat kami menemukan hidup kami yang sejati
(Helena D. Justicia)