THE SPIRIT OF CHRISTMAS FOR US

THE SPIRIT OF CHRISTMAS FOR US :

SEMANGAT PARA GEMBALA ATAU SEMANGAT RAJA HERODES ?

Setiap tahun umat kristiani akan selalu merayakan kelahiran Sang Juruselamat dalam pesta Natal. Beragam hal pun akan dilakukan untuk menyemarakkan hari besar ini mulai dari tradisi menghias pohon Natal dengan kerlap-kerlip lampu, kumandang lagu Natal mulai dari aliran slow sampai metal pun akan memekakkan telinga, ucapan selamat natal di spanduk ukuran besar dan tak kalah pentingnya akan ada figur santa Claus dan figur Sinterpit yang akan mewarnai euforia Natal dengan pawai. Semua terkesan megah dan meriah untuk menyambut kelahiran sang Juruselamat.

Dikatakan bahwa Yesus sang Juruselamat lahir di kandang yang hina dina karena sudah tidak ada tempat baginya di rumah penginapan. Allah Bapa yang Maha Kuasa dan Maha Tahu mengutus AnakNya yang tunggal ke dunia ini dengan cara dilahirkan di sebuah kandang yang sangat sederhana. Allah Bapa sebagai Pencipta dan Pemilik dari alam semesta serta segala isinya tentunya telah mengatur kenapa peristiwa besar ini terjadi di tempat yang sangat sederhana. Pernahkah terpikirkan oleh kita kenapa sampai sang Juruselamat tidak dilahirkan di penginapan yang mungkin sekelas hotel berbintang pada saat itu? Lewat peristiwa ini tentu mengajarkan kita bahwa Yesus sang Juruselamat lahir untuk dan ada diantara mereka yang hina dina, mereka yang terlantar, mereka yang terabaikan dan mereka yang tertindas. Bagaimana kita melaksankan peran kita bagi mereka?

environmental1

Kabar gembira keselamatanpun didapatkan pertama kali oleh para Gembala di padang yang sedang menjaga ternak mereka. Para Gembala adalah mereka yang rela berkorban untuk hidup bersama dan turun lapangan melihat dan memastikan gembalaan mereka dalam keadaan yang baik. Pernahkah kita bertanya kenapa sampai kabar gembira keselamatan tidak disampaikan pertama kali ke Raja Herodes? Bukankah Raja adalah jabatan terhormat ?. Peristiwa ini pun hendaknya mengajarkan kita bahwa kabar gembira keselamatanpun akan sampai ke kita jika kita mau berkorban untuk hidup bersama dan turun lapangan bersama para gembalaan bukannya menjadi Raja yang hanya duduk dan memerintah dari singgasana mewah.

Ajaran Sosial Gereja dan tema sentralnya sangat mengamanatkan kepada kita untuk terus menjadi pribadi yang peka dan misioner dalam tindakan yang nyata. Bukan menjadi pribadi yang kaya rumusan namun miskin aksi dan bergerak seputar altar dan lupa akan misi sosial. Mari merefleksikan semangat Natal dan menjadikan tahun Baru sebagai semangat untuk terus berbenah diri.

By: Kurnia Patma (Sekretaris Komisi Kepemudaan Keuskupan Jayapura)

Post Author: admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *