Ucapan syukur tak henti terucap dari bibir Yoseph Ernest, ketua Orang Muda Katolik (OMK) Santo Petrus Tolai, Kamis (21/1), karena tiba dengan selamat di Tolai. Maklum, saat masuk perbatasan Kabupaten Poso sampai Tentena, hujan deras dan angin kencang menerpa rombongan pembawa salib Indonesian Youth Day (Hari Orang Muda Katolik se-Indonesia) di mana Ernest ada di dalamnya.
Karena cuaca yang sangat buruk, mereka beberapa kali berhenti hingga sampai di Tentena, Rabu (13/1) pukul 13.00 siang.
Padahal mereka sudah berangkat sekitar pukul 08.00 pagi (untuk waktu normal empat jam perjalanan)
“Ada yang singgah untuk buang air, dan karena mabuk kendaraan darat,” katanya.
Ernest juga mengucap syukur karena telah melewati pesisir Poso yang dikenal masyarakat umum sebagai daerah yang kurang kondusif. Doa menjadi senjata ampuh mereka mengalahkan kondisi daerah dan alam yang tak menentu itu.
Di sisi lain, Ernest mengamini Tuhan yang pernah disalibkan itu telah membantu mereka dengan cara yang terduga. “Penderitaan” yang tidak dibuat oleh manusia itu justru diyakininya sebagai jalan Tuhan melindungi mereka dari segala marabahaya.
“Ada maksud Tuhan yang baik dalam segala sesuatu. Ada rahmat dari setiap perbuatan baik manusia (karena Ia menciptakannya secara istimewa dan rela menjadi manusia),” ujarnya.
Pastor Paroki Santa Theresia Tentena, Yory Sandehang kata Ernest menerima salib. Setelah diarak ke dalam gereja, misa dilakukan bersama umat.
“Kami selanjutnya menggunakan mobil melewati jalan rusak dan sampai sekitar 15 menit ke rumah tinggal pastor. Kemudian turun lagi dan sekitar pukul 14.00, kami maka siang,” katanya.
Sempat berbincang-sambil, sambil menunggu mobil diperbaiki bannya, rombongan kemudian menuju air terjun Tentena. Air terjun itu kata Ernest unik karena memiliki tujuh tingkat cara turunnya air.
“Kami di sana sekitar satu jam. Pukul 18.00, juga dengan hujan deras, kami berangkat kembali ke Tolai setelah mampir di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan makan. Dari Kota Poso sampai Kabupaten Parigi Moutong listrik padam,” tuturnya.
Semua pengalaman itu, kata Ernest, diingatkan terus bersama teman-temannya. Pengalaman itu baru pertama kali mereka alami.
“Kami masih baru (kalau dibandingkan teman-teman yang senior). Dan ini pengalaman keren dan mengesankan,” ujarnya.
Pastor Yori yang dihubungi terpisah mengaku senang dengan semangat umat. Antusiasme terlihat di antara umat dan OMK Paroki Santo Petrus Tolai yang mengantar salib dan umat juga OMK paroki Santa Theresia Tentena yang menerima salib.
“Saya senang akan semangat umat. Walau diguyur hujan,” katanya.
Pastor Yori menambahkan setelah misa ada adorasi di depan salib. Pukul enam sore ada adorasi oleh OMK.
“Hari ini juga ada adorasi juga oleh OMK (pada peringatan wajib Santa Agnes). Nantinya besok adorasi oleh wilayah rohani Santa Maria dan sabtunya ada adorasi oleh wilayah rohani Santa Ana,” ujarnya.
Minggu (24/1), rencananya salib akan dibawa ke Paroki Santa Maria Beteleme. Salib akan diarak setelah misa.
Paroki Santa Theresia Tentena sendiri, kata Aloysius Laka, mantan ketua Dewan Pastoral Paroki Santa Theresia Poso tahun 1998 sampai 2000 merupakan pusat paroki baru. Sebelumnya pusat paroki berada di Kota Poso.
“Pusat paroki dipindahkan dari Kota Poso sekitar tahun 2006. Tentena terletak 60 km dari Kota Poso dan biasa ditempuh selama setengah jam,” ujarnya.
Pusat paroki dipindahkan lebih karena umat lebih banyak menuju Kecamatan Tagolu dan Tentena. Di Tagolu sendiri, umat terdiri dari para Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Ia mengatakan paroki Poso kini sudah dimekarkan menjadi dua paroki. Selain Paroki Santa Theresia Poso, sudah ada Paroki Santa Maria Beteleme.
“Itu 200 km dari Tentena. Waktu tempuh enam sampai tujuh jam dengan jalan yang rusak,” ujarnya. (David Manewus)