GORONTALO-Husain Nggule (53), warga Gorontalo tidak pernah menyerah saat diberi ‘tantangan’ membuat Salib Indonesian Youth Day (IYD) atau Hari Orang Muda Katolik diberikan kepadanya. Sejak November, ia sudah berusaha keras mengerjakan salib sampai dibawa ke Paroki Santa Maria Bunda Hati Kudus, Palu tempat salib itu diarak pertama kali.
Husain sendiri merupakan penganut agama Islam. Ia mengaku tak canggung sama sekali membuat salib itu.
“Waktu itu pak Paris (penyuluh Katolik kementrian agama Gorontalo) hanya memberikan gambar. Saya mencoba dulu karena hanya tinggal saya yang membuat anyaman dari rotan,” ujarnya saat ditemui di jalan Agus Salim Gorontalo, Senin (29/2)
Terhitung sampai pekerjaan ketiga barulah salib itu memuaskan dirinya.
“Pertama, badannya terlalu gemuk dan kakinya juga berdempet. Kedua, tangannya juga terlalu dempet. Akhirnya jadi pada pekerjaan ketiga, ” katanya.
Setiap pekerjaan dilakukannya selama seminggu. Setiap minggu, Paris dan istrinya datang mengecek.
“Saya tidak memikirkan yang tidak-tidak. Yang penting pekerjaannya selesai dan saya puas,” katanya.
Ia juga mengaku bangga karena dengan salib itu, ia juga telah memperjuangkan kerukunan. Apalagi, keluarganya ada yang berlatarbelakang kristiani.
“Nenek saya Sigarlaki. Jadi kami dari keluarga yang majemuk,” ujarnya.
Oris panggilan akrabnya yab mengaku melanjutkan usaha ayahnya itu di tahun 1995 ini lalu mengatakan hidup pantang menyerah yang membuatnya bisa menyelesaikan pekerjaan itu. Padahal secara manusiawi ia mengaku juga bisa jatuh pada kebosanan.
“Saya terus berusaha dan tidak menyerah. Dan saya bangga salib ini sudah diarak di berbagai daerah dan disambut secara luar biasa,” tuturnya.
Paris sendiri mengaku menghubungi Oris setelah bertemu dalam kunjungan kerja dengan pastor John Montolalu, sekretaris keuskupan Manado yang juga ketua panitia IYD 2016. Saat ditemukan salib pertama dari kayu kurang bagus, Paris mengusulkan salib dari rotan.
“Saya mencari dan ada seorang Tionghoa Katolik mengusulkan kepada saya soal bapak Oris ini. Awalnya memang kurang memuaskan tapi pada saat pastor John berkunjung salib itu sudah sangat memuaskan dan dibawa langsung ke Palu,” katanya.
Pembina OMK ini merasa senang atas semua kerja. Sukacita Injil dalam Indonesia yang majemuk sungguh kelihatan.
(David Manewus/Tim Pubdok Panitia IYD)
(Sumber Foto: Stenly Ponga, David M)
Sumber: http://www.iyd2016-manado.net/detailpost/pembuat-salib-iyd-keuskupan-manado-pak-oris-saya-terus-berusaha-dan-tidak-menyerah.html