Proposal Ketiga
Mendekatkan Diri pada Penderitaan, Sendirian atau Bersama Beberapa Orang Lain
Jika engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas, maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari. (Yesaya 58:10)
Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? (1 Yohanes 3:17)
Ikon Belas Kasih memperlihatkan Kristus yang memandang kita dengan penuh kasih dan menceritakan kepada kita kisah Orang Samaria yang Murah Hati (Lukas 10): seorang pria dibiarkan hampir mati di pinggir jalan; seorang imam dan seorang Lewi lewat dan melanjutkan perjalanannya; seorang asing, yang berasal dari daerah Samaria, mendekati pria yang terluka tersebut, merawatnya, dan membawanya ke sebuah penginapan.
Belas kasih membuka pintu hati kita terhadap kesukaran yang dialami orang lain, terhadap berbagai bentuk penderitaan yang tersembunyi, terhadap kemiskinan materi, juga terhadap beraneka ragam kesengsaraan: anak yang mengalami kesulitan hidup, keluarga yang dibelit masalah, orang yang tidak punya tempat tinggal, anak muda yang tidak melihat makna hidupnya, perempuan maupun pria lanjut usia yang hidup sendirian, orang yang hidup dalam pengasingan – termasuk mereka yang tidak dapat mengenyam pendidikan, seni, atau budaya.
Dalam diri kaum miskin, Kristus sendiri yang mengharapkan sikap belas kasih kita dan berkata kepada kita, “Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan” (Matius 25). “Karena berbelas kasih, Kristus menanggung segala penderitaan umat manusia. Dengan segala kebaikan hati-Nya, dengan cara yang tak terselami Kristus mengalami penderitaan yang dialami setiap orang sampai akhir jaman.” (Maximus dari Konstantinopel, abad ketujuh).
Saat kita terluka dalam pencobaan, Kristus merawat kita. Wajah kasih-Nya menampakkan diri lewat orang yang mendatangi kita, terkadang melalui orang yang tidak dianggap, seperti orang asing dalam perumpamaan tersebut, yaitu Orang Samaria.
++ Mari memberanikan diri mendekati, sendirian atau bersama beberapa orang lain, penderitaan yang ada di sekitar kita, di sepanjang jalan hidup kita. Belas kasih bukanlah sikap untuk menunjukkan rasa haru, melainkan sebuah keharusan; belas kasih tidak ada batasnya. Hukum mengatur batasan yang jelas terhadap sebuah kewajiban, namun belas kasih tak pernah berkata, “Cukup, saya sudah menyelesaikan tugas saya.”