Salib IYD 2016 Keuskupan Tanjung Selor: Salib Dibakar Gambarkan Kepedulian Pelestarian Hutan.
PANITIA IYD – TANJUNG SELOR. Gelora Indonesian Youth Day (IYD) atau Hari Orang Muda Katolik Indonesia yang nantinya dilaksanakan di Keuskupan Manado sudah sangat terasa di keuskupan-keuskupan peserta. Dalam kesatuan Gereja Katolik, prosesi salib juga dilaksanakan di semua keuskupan di seluruh Indonesia.
Di Keuskupan Tanjung Selor, Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur, salib IYD khas Dayak sudah dibuat. Salib sudah dibawa ke Paroki Dumaring.
Sherly Toston, pengurus Komisi Kepemudaan (Komkep) Keuskupan Tanjung Selor menceritakan kepada Tim Publikasi-Dokumentasi Panitia IYD, Jumat (18/3), tentang proses pembuatan salib Indonesian Youth Day atau Hari Orang Muda Katolik (OMK)se-Indonesia 2016 Keuskupan Tanjung Selor sampai di antar ke Paroki Dumaring. Pembuatan salib yang akan dibawa ke Manado Oktober 2016 ini berawal dari kesepakatan dalam pertemuan dengan Tim Komkep Keuskupan Tanjung Selor.
“Itu di sela pertemuan Temu Koordinasi Pengurus OMK se Keuskupan Tanjung Selor di Mentogok, 5 sampai 8 Februari 2016, Paroki Tarakan. Dari hasil pertemuan tersebut, oleh tim disepakati untuk pembuatan salib IYD ditangani oleh OMK Paroki Mara Satu,” katanya.
Pembuatan bekerjasama dengan Pastor Gusti dalam pemaknaan salib yang akan dibuat. Salib itu disepakati bermotif Kalimantan dan memiliki bekas terbakar.
“Mengapa kami memilih bentuk salib demikian? Pertama kami tanggap pada ensiklik Bapa Paus Fansiskus I, tentang Menyelamatkan bumi. Kedua kami tanggap yang mana sudah menjadi keprihatinan bersama di semua Keuskupan di Kalimantan yaitu “Bergerak Bersama untuk Membangun Kalimantan Baru”,” katanya.
Alam ini katanya diciptakan oleh Tuhan. Jika keutuhan alam ini rusak (terbakar), kita tidak menghargai ciptaanNya.
“Melihat keadaan alam yang demikian, kita OMK mau buat apa,” ujarnya mengutip penjelasan Pastor Gusti.
Dari pertemuan tersebut, Sherly mengumpulkan teman-teman OMK untuk membahas pembuatan salib tersebut. Akhirnya OMK paroki bersedia untuk mengerjakan Salib IYD.
“Pencarian kayu pun dimulai. Kayu pertama tidak dapat digunakan dengan alasan karena kayunya berat. Lalu kayu kedua dicari dan akhirnya dapat gunakan,” katanya.
Dikatakannya, kayu yang digunakan diambil di lahan bekas ladang. Menurut bahasa Kayan, nama kayunya Hitut.
“Kayu ini memiliki kelebihan, yaitu kayunya dapat digunakan untuk bahan pembuatan pondok Kulitnya juga digunakan untuk dinding pondok.”
Setelah kayunya diambil, dikuliti, dibersihkan dan dijemur. Setelah tiga hari kemudian kayunya mulai diproses.
“Pertama – tama kayunya diamplas untuk menghaluskan kemudian dibakar dengan menggunakan api sedang dan tidak dibakar seluruhnya, hanya sekedar untuk menghitamkan. Kenapa dibakar? Sesuai dengan kesepakatan bersama, kayu salibnya akan sengaja dibakar, sehingga kayunya terkesan seperti terbakar,” ujarnya.
Bekas bakar ini mau menunjukkan gambaran situasi dan keadaan Bumi Kalimantan yang sudah rusak. Setelah itu kayu nya dilukis dengan ukiran dayak (Kalimantan Utara), yang menggambarkan bahwa mereka berasal dari Kalimantan (Putra – putri Kalimantan).
“Lukisan ukiran diberi dua warna, hitam dan abu – abu. Warna ini pun mau menggambarkan warna hutan Kalimantan yang sudah hangus terbakar,” katanya.
Ia mengatakan kayu salibnya dikerjakan oleh OMK setempat. Kedua OMK ini bernama Fran dan Paskalis.
“Corpus (tubuh Tuhan)-nya juga dikerjakan OMK setempat juga yang bernama Darius. Kayu pertama tidak berhasil kemudian kayu kedua barulah dapat dikerjakan,” tuturnya.
Corpus ini lanjutnya diukir. Corpus ini berbentuk Yesus ala orang Dayak (Gereja hadir dalam budaya karena Kristus juga hadir dalam budaya tertentu).
“Pembuatan salib IYD dikerjakan selama dua minggu. Pada tanggal 2 Maret selesailah pengerjaan salib ini,” katanya.
Kamis (3/3), salib dibawa turun ke Tanjung Selor dilanjutkan ke Gereja Katedral untuk dipersiapan pemberkatan Salib IYD ini. Itu bertepatan dengan Misa Pembaharuan janji Imamat (Para Pastor yang berkarya di keuskupan Tanjung Selor) dan Pemberkatan Minyak Suci.
“Jam 18.00 Misa di Katedral pun dimulai. Dalam misa tersebut, salib IYD diberkati oleh Mgr. Yustinus Harjosusanto, MSF (Administrator Apostolik KTS),” ujarnya.
Keesokan hari pada tanggal 04 Maret 2016 kami tim Komkep KTS dan beberapa OMK ikut mengantar Salib ke Paroki Dumaring. Rombongan yang mengantar itu adalah Pastor Hendra,Pr (ketua Komkep KTS), Pastor Gusti, CSsR (team Komkep), Pastor Alexander Palino, MSC (Vikjen KTS), Sherli (Team Komkep), Grace Nastiti (team komkep), Roffinus, Dionisia, Anton dan Arnol.
“Kami berangkat ke Berau selama dua jam perjalanan. Kami tiba di Berau sekitar pukul satu untuk makan siang,” katanya.
Dari Berau kata Sherly, rombongan melanjutkan lagi perjalanan ke Paroki Dumaring. Saat itu suda ada Rosa, Aldi dan Vian (OMK Paroki Berau) dan Pastor Yulius (Pastor paroki Dumaring).
Tiga jam perjalanan, akhirnya tiba di Paroki Dumaring. Mereka pun langsung turun untuk memasang salib IYD- nya karena umat dan OMK di Paroki Dumaring sudah siap menyambut.
“Salib IYD dengan sebuah baliho diarak menuju ke tempat umat yang siap menerima. Salib IYD disambut dengan tarian suku setempat,” katanya.
Serah terima pun dilakukan oleh Pastor Hendra selaku ketua Komkep KTS kepada Pak Haran selaku ketua II Dewan Paroki untuk dilanjutkan dalam perarakan. Perarakan itu bertepatan dengan jalan salib (yang dibuat di Gereja Katolik seluruh dunia setiap Jumat masa Prapaskah) dan karena itu dikreasikan untuk mengarak salib IYD ke gereja paroki tersebut.
“Setiba di gereja langsung diadakan Misa Pembukaan Kirab Salib IYD 2016. Misa Pembukaan dipimpin oleh Pastor Alxander Palino, MSC selaku Vikjen Keuskupan Tanjung Selor di dampingi oleh Pastor Hendra, Pastor Gusti dan Pastor Yulius,” katanya.
Selepas misa, umat setempat mempersiapkan makan malam bersama dengan OMK (ada OMK perwakilan dari stasi – stasi di Paroki Dumaring yang hadir dalam penyambutan Salib IYD) dan Pengurus Dewan Paroki. Acara pun berlangsung dengan baik dan lancar.
(David Manewus/Tim Pubdok-Panitia IYD)