Proposal Keempat
Meluaskan belas kasih ke dimensi sosialnya
Akulah Tuhan yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi. (Yeremia 9:23)
Dan apakah yang dituntut Tuhan dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?” (Mikha 6:8)
Di dalam lubuk hati Allah, seluruh umat manusia merupakan satu kesatuan keluarga. Oleh karena itu, belas kasih bisa meluas hingga ke berbagai rupa dimensi.
Supaya solidaritas di seluruh dunia menjadi kenyataan sangat diperlukan upaya untuk memperkuat berbagai lembaga internasional yang menetapkan peraturan secara demokratis guna memastikan keadilan yang lebih besar dan memelihara perdamaian.
Hutang dari negara-negara miskin sering kali disebabkan oleh negara-negara atau perusahaan-perusahaan yang lebih kuat berkuasa, yang mengeksploitasi berbagai sumber daya milik negara-negara miskin tersebut. Meskipun sepertinya tidak mungkin bagi kita untuk mengubahnya, kita dapat mengingat bahwa memberikan pengampunan atas hutang tersebut adalah satu cara untuk memulihkan keadilan. Pada konteks tertentu yang berbeda dari konteks saat ini, Alkitab mengingatkan kita, “Apabila saudaramu jatuh miskin, sehingga tidak sanggup bertahan di antaramu, maka engkau harus menyokong dia sebagai orang asing dan pendatang, supaya ia dapat hidup di antaramu.” (Imamat 25:35)
Di berbagai belahan dunia banyak perempuan, laki-laki, dan anak-anak dipaksa meninggalkan tanah kelahiran mereka. Kejadian buruk yang mereka alami membangkitkan motivasi yang lebih gigih dibandingkan segala hambatan yang mungkin ada. Negara-negara kaya musti sadar bahwa mereka punya andil tanggungjawab terhadap luka derita dari sejarah yang telah menyebabkan migrasi besar-besaran, terutama migrasi dari Afrika dan Timur Tengah.
++ Penting untuk disadari bahwa, meskipun arus pengungsi dan migran melahirkan berbagai masalah yang rumit, hal tersebut bisa menjadi kesempatan yang positif. Orang-orang yang mendatangi negara-negara yang lebih kaya itu dapat mengilhami negara-negara tersebut untuk dapat hidup dalam solidaritas dengan mereka. Tidakkah mereka ingin menolong supaya memperoleh semangat hidup baru? Dengan menyelesaikan bersama-sama segala tantangan yang diakibatkan oleh arus migran, negara-negara yang tergabung dalam Komunitas Eropa dapat meraih kembali dinamika hidup yang telah hilang.
++ Kita perlu mengatasi rasa takut terhadap orang asing dan terhadap perbedaan budaya. Ketakutan seperti itu dapat dimengerti – mereka yang membantu menerima dengan tulus hati para migran tersebut kadangkala sungguh habis-habisan. Namun demikian, ketakutan tidak akan pernah hilang hanya dengan mengunci diri kita di balik tembok, tapi justru dengan mendatangi mereka yang belum kita kenal. Alih-alih melihat dalam diri orang asing tersebut adanya ancaman terhadap standar hidup kita ataupun budaya kita, bukankah lebih mendesak untuk saling menerima satu sama lain sebagai anggota keluarga umat manusia yang satu dan yang sama?
Taize