Kisah
Sore itu terasa hangat. Kunjungan kami, peserta Temu Moderatores Regio Jawa, di Sekolah SMA Selamat Pagi Indonesia Batu, Malang disambut dengan antusias dan penuh canda dan tawa. Kami diajak berkeliling kompleks sekolah dan Asrama SMA Selamat Pagi Indonesia. Di sepanjang perjalanan, kami dijelaskan mengenai keseharian para siswa di tempat tersebut. Para siswa sendiri yang menjelaskan dan memandu kami berkeliling.
“Aku berusaha menjalani hidup dengan semangat. Terlebih, saat ini, aku memiliki banyak motivasi yang pertama adalah keinginanku mengangkat status sosial ekonomi ibuku agar lebih baik lagi. Aku terus memikirkan cara agar kondisi perekonomian ibu semakin meningkat dan kalau perlu harus lebih baik dari yang ada,” kisah Sheren Della Sandra salah seorang siswi di Sekolah SMA Selamat Pagi Indonesia.
Sheren adalah salah satu dari seluruh siswa yang mengalami kesulitan ekonomi karena Bapak atau ibunya atau kedua orang tuanya telah meninggal. Di Sekolah yang mengembangkan pendidikan dengan metode PAKSA (Pray, Attitude, Knowledge, Skill dan Action) ini ingin mendidik para siswanya menjadi pribadi yang matang dengan mengembangkan segala talenta yang dimiliki.
Tidak hanya pengetahuan yang menjadi tuntutan tetapi secara seimbang hidup beriman, perilaku, pengetahuan, ketrampilan dan tindakan menjadi bagian yang dikembangkan di sekolah ini. Julianto Eka Putra pendiri sekolah ini ingin membawa putra-putri Indonesia dapat berkembang di “Tanah Visi” menjadi pribadi matang dan mandiri.
Pedidikan Menjadikan Pribadi Taat pada Tuhan dan Bijak
Berbicara berkaitan dengan pendidikan ada baiknya kita merenungan perikop Amsal 1: 1-7.
Inilah petuah-petuah dari Salomo putra Daud, raja Israel. Tujuannya ialah untuk menolong orang mengetahui bagaimana menjadi bijaksana, dan tahu tata tertib hidup serta dapat memahami ungkapan-ungkapan yang mengandung arti yang dalam. Petuah-petuah ini mengajar bagaimana orang dapat hidup dengan bijaksana, jujur, adil dan benar.
Orang yang tidak berpengalaman diajarnya sehingga mempunyai pikiran yang tajam, dan orang muda diajarnya menjadi orang yang pandai dan dapat berpikir secara dewasa. Dengan petuah-petuah ini orang bijaksana pun akan bertambah pengetahuannya, dan orang yang telah berpendidikan akan mendapat bimbingan. Dengan demikian mereka dapat menyelami arti yang tersembunyi di dalam petuah dan memahami ucapan-ucapan orang bijaksana serta masalah-masalah yang diajukan oleh mereka. Untuk memperoleh ilmu sejati, pertama-tama orang harus mempunyai rasa hormat dan takut kepada TUHAN. Orang bodoh tidak menghargai hikmat dan tidak mau diajar.
Ada beberapa point penting yang perlu kita sadari pemaknaan pendidikan dalam perikop Amsal tersebut: Pertama, Ilmu sejati yang terutama adalah mempunyai rasa hormat dan takut kepada Tuhan. Kedua, Menjadi pribadi yang bijaksana adalah tujuan dari pendidikan kita. Ketiga, Pendidikan membawa orang pada ketertiban, jujur, adil dan benar.
Pertama, Ilmu sejati yang terutama adalah mempunyai rasa hormat dan takut kepada Tuhan. Pedidikan memiliki tujuan sejalan dengan tujuan utama Gereja yakni menjadi sarana umat Allah untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan sarana umat untuk bertumbuh dalam kekudusan agar dapat memperoleh janji keselamatan di Surga. “… Pendidikan itu tidak hanya bertujuan pendewasaan pribadi manusia seperti telah diuraikan, melainkan terutama hendak mencapai supaya mereka yang telah dibabtis langkah demi langkah makin mendalami misteri keselamatan, dan dari hari ke hari makin menyadari kurnia iman yang telah mereka terima; supaya mereka belajar bersujud kepada Allah Bapa dalam Roh dan kebenaran …” (Pernyataan tentang Pendidikan Kristen; Dokumen Konsili Vatikan II halaman 295). Maka pendidikan mendorong para siswanya makin beriman. Alangkah baiknya dan sudah selayaknya sekolah katolik memberikan kesempatan bagi murid-muridnya untuk mengikuti perayaan Ekaristi, mendorong dan memberi kesempatan yang rutin untuk menerima pengakuan dosa, melakukan devosi bersama seperti, kerahiman ilahi, jalan salib, litani pada orang kudus, Rosario dan sebagainya.
Kedua, Menjadi pribadi yang bijaksana adalah tujuan dari pendidikan kita. “…Tujuan pendidikan dalam arti sesungguhnya ialah: mencapai pendidikan pribadi manusia dalam perspektif tujuan terakhirnya adalah demi kesejahteraan kelompok-kelompok masyarakat, mengingat bahwa manusia termasuk anggotanya, dan bila sudah dewasa ikut berperan menunaikan tugas kewajibannya.” (Pernyataan tentang Pendidikan Kristen; Dokumen Konsili Vatikan II halaman 293). Perkembangan manusia yang diharapkan adalah menjadi orang yang memahami kewajibannya. Untuk itu maka perlu menumbuhkan intelektual, bakat-pembawaan fisik serta moralnya dan terlebih menjadi orang yang bijaksana. Orang mampu menentukan dan memutuskan hidupnya dan tentunya semakin berguna bagi sekitarnya.
Tuhan memanggil kita untuk menjadi garam dan juga terang dunia (Mat. 5: 13-14). Supaya dunia menjadi lebih baik maka kita pun harus bersinar di tengah kegelapan. Pendidikan tidak hanya membangun orang menjadi percaya dan beriman pada Tuhan tetapi juga menjadi pribadi yang peka terhadap kehidupan masyarakat di sekitarnya. Dalam Amsal 1:5 dikatakan Orang yang tidak berpengalaman diajarnya sehingga mempunyai pikiran yang tajam, dan orang muda diajarnya menjadi orang yang pandai dan dapat berpikir secara dewasa. Manusia seutuhnya adalah manusia yang berintegrasi tidak hanya berkembang dalam pemikirannya tetapi juga dalam perkataan dan perbuatannya.
Ketiga, Pendidikan membawa orang pada ketertiban, jujur, adil dan benar. Nilai-nilai yang benar dan baik tentunya dapat diwariskan dengan pendidikan. Keprihatinan masyarakat Indonesia berkaitan dengan ketertiban, kejujuran, serta keadilan adalah keprihatinan kita bersama. Maka perlulah pendidikan menjadi sarana menjawab persoalan kita. Sejak dini kita perlu dilatih terus untuk hidup membangun karakter yang baik.
Pengampunan juga menjadi bagian hidup yang perlu diajarkan. Jika anak berbuat salah atau nakal maka anak dihadapkan pada dua pilihan kembali menjadi anak benar atau terus salah atau nakal. Kristus mengajar kita untuk kembali ke jalan yang benar maka dalam hati nuraninya akan tergerak untuk menjadi anak yang baik kembali. Anak dibantu oleh Roh kdusu terus tergerak untuk kembali ke jalan yang benar.
Langkah Bersama
Saat berkeliling di Sekolah SMA Selamat Pagi Indonesia, kami melihat bahwa selain ada gedung sekolah untuk belajar di kelas-kelas juga ada asrama, Kampoeng Kidz dan perkebunan-peternakan. Asrama layaknya seperti rumah menjadi sarana mengembangkan kehidupan dalam keluarga. Kampoeng Kidz menjadi tempat belajar bekerja dan berbagi ketrampilan. Perkebunan-peternakan menjadi media merawat dan menjaga alam dan isinya. Ingat panggilan hidup kita adalah mengelola bumi dan mencintai Tuhan dan sesama kita.
Sepanjang hidup kita adalah saat kita belajar. Di rumah, lingkungan dan sekolah adalah tempat pendidikan. Seringkali kita mudah menyalahkan siapa yang harus bertanggungjawab atas pendidikan. Koordinasi dan kerjasama tentunya menjadi langkah yang baik dan bijaksana yang bisa kita upayakan dan kembangkan. Sekolah, keluarga dan masyarakat memiliki tanggungjawab atas pendidikan.
Arah pendidikan jelas, pertama-tama adalah membawa orang makin taat pada Tuhan. Selanjutnya orang diajak pada pencapaian menjadi orang yang bijaksana.
Orang seringkali sulit dan terjebak pada pendidikan berorientasi nilai-angka maka perlulah diingatkan dengan “PAKSA” (Pray, Attitude, Knowledge, Skill dan Action). Tidak hanya mendidik satu sisi tetapi segala sisi diri kita. Yesus tidak hanya berteori tetapi Ia bersabda dan Sabda itu menjadi daging. Sabda mewujud dalam perbuatan. Semoga kita pun sebagai orang yang dididik mampu menjadi saksi dalam kata dan perbuatan.
Pustaka:
http://katolisitas.org/11668/mungkinkah-menerapkan-prinsip-pendidikan-katolik
Dokumen Konsili Vatikan II; Obor; 1993
hary