Jakarta, 21 Februari 2016 – Indonesian Youth Day (IYD) 2016 di Manado sedang berlangsung sejak 1-6 Oktober 2016 ini. Acara berkumpulnya Orang Muda Katolik (OMK) Indonesia yang diadakan selama lima tahun sekali ini, dihadiri oleh 2.386 peserta dari 37 Keuskupan di seluruh Indonesia. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Komisi Kepemudaan KWI (Konferensi Waligereja Indonesia) bersama dengan Keuskupan Manado.
IYD yang pertama diselenggarakan pada tahun 2012, di 3 Keuskupan yaitu Keuskupan Sanggau, Keuskupan Sintang dan Keuskupan Agung Pontianak, Kalimantan Barat. Periode 5 tahun, seharusnya acara IYD diadakan tahun 2017, tetapi kemudian KWI memutuskan IYD kedua dimajukan ke tahun 2016, mengingat akan ada Asian Youth Day 2017 di Yogyakarta.
IYD Manado ini mengangkat tema “Orang Muda Katolik Sukacita Injil di tengah Masyarakat Indonesia yang Majemuk”. Tujuannya mengajak Orang Muda Katolik untuk semakin menginternalisasi semangat saling menghargai, toleransi, dan kesadaran untuk membangun persaudaraan dalam lingkungan sosial yang inklusif.
Monsinyur Pius Riana Prapdi, selaku Ketua Komisi Kepemudaan KWI, menyatakan Indonesian Youth Day merupakan ajang bagi OMK untuk merayakan perbedaan dan mensyukuri kehidupan. Ke depannya, OMK yang mencintai kehidupan maka menjadikan perjumpaan sebagai hal yang penting karena di sana terdapat kerja sama untuk meneruskan kehidupan. Sehingga, terdapat kerelaan untuk saling membantu dan keegoisan diredam.
“Masyarakat Manado menerima hangat kedatangan para OMK dari segala penjuru Indonesia. Awalnya IYD mau digabungkan dengan Asian Youth Day, tetapi tidak jadi karena IYD ini memiliki tujuan tersendiri. Sesuai dengan arahan apostolik Engelii Gaudium dari Paus Fransiskus, terdapat permenungan abad ke-21 dalam konteks Indonesia, maka IYD pun diadakan tahun ini di Manado,” jelas Monsinyur Joseph Suwatan, MSC – Uskup Keuskupan Manado, selaku tuan rumah.
Pastor John Montolalu, selaku ketua IYD menyatakan harapannya acara ini mampu memberikan kesadaran kepada orang muda Katolik untuk memahami pesan yang diusung oleh IYD 2016, tentang gembira dengan perbedaan. Selain itu, pulang dari acara ini, ada aksi nyata dari komunitas mereka masing-masing untuk menyebarluaskan pesan dan semangat atau bahkan membuat gerakan yang mendukung IYD 2016.
Pastor John juga menjelaskan jika kegiatan IYD ini diadakan selama seminggu dari Sabtu (1/10) hingga Kamis (6/10), dengan kegiatn yang terbagi dua. Pertama, peserta live in atau tinggal bersama dengan penduduk selama 3-4 hari, dari tanggal 1-4 Oktober. Para peserta, tidak hanya tinggal di keluarga Katolik, tetapi juga ada yang tinggal di keluarga Protestan maupun Islam. “Tujuannya orang muda mengalami suka duka hidup keluarga hingga ‘mukjizat di Kana’ bisa terjadi,” jelas Pastor John . Lalu di bagian kedua, pada tanggal 4-6 Oktober, seluruh peserta berkumpul di bersama di Manado, merayakan ibadar, mengikuti berbagai pengajaran dan diskusi sampai kemudian ditutup dengan Malam Budaya persembahan dari beberapa daerah di Indonesia.
Melalui tema IYD, semua peserta diajak untuk menjunjung tinggi kebersamaan dengan saling menolong demi kemajuan bersama. “Sesuai slogan masyarakat Manado ‘Baku Bae Baku Tolong Bikin Maju’” kata Pastor Rheiner Saneba, , ketua seksi Publikasi Dokumentasi IYD.