Catatan Nonton Bareng dan Diskusi Film Before The Flood
Persoalan lingkungan hidup selama ini terasa sangat jauh dari kita, mereka yang kita hakimi adalah perusahaan-perusahaan besar nasional dan internasional.
Berbicara soal pengrusakan lingkungan hidup kita biasanya menyalahkan perusahaan tambang, kelapa sawit, minyak, dan kapal tanker. Pokoknya semua saja yang jauh dari kita, kita tunjuk, kita hakimi, kita vonis bersalah atas rusaknya lingkungan hidup.
Maka dalam upaya menyelamatkan lingkungan hidup kita menjadi tidak berdaya, seaka- akan jika mereka yang besar-besar itu tidak turun maka tidak selamatlah lingkungan hidup kita.
Pemikiran ini dibuktikan salah dalam acara nonton bareng dan diskusi film “Before The Flood” bersama Temu Kebangsaan Orang Muda dan Romo Andang Binawan SJ. Ternyata selama ini kita salah paham, persoalan lingkungan ternyata sangat dekat dengan kehidupan kita.
Perilaku kita sehari-hari sangat berpengaruh terhadap perkembangan gas rumah kaca, khususnya metana (CH4), yang ternyata jauh lebih berbahaya dari karbondioksida (CO2). Pencerahan ini membangun optimism pada penyelamatan lingkungan, bahwa kita semua dapat berkontribusi dalam penyelamatan lingkungan hidup.
Saat ini kita dapat membangun jejaring dan memulai aksi kerelawanan untuk menyelamatkan lingkungan hidup. Aksi yang sangat sederhana, misalnya mengurangi makan daging sapi.
Mengapa? Karena peternakan sapi adalah penghasil metana terbanyak di dunia. Metana sendiri 3x lipat lebih berbahaya dari karbondioksida sebagai gas rumah kaca, jadi perbandingannya 1:3, 1 metana setara dengan 3 karbondioksida.
Jadi, jika kita mau menyelamatkan lingkungan mulailah mengurangi makan daging sapi. Bisa saja kita perbanyak makan ikan seperti anjuran Bu Menteri Susi untuk melakukan diet protein.
Gerakan kerelawanan yang lain misalnya menghentikan pembakaran sampah, karena sampah juga adalah penghasil metana. Namun jika mau lebih jauh, kita bisa mengurangi sampah pribadi kita, terutama sampah plastik. Sampah plastik paling banyak di lautan adalah sampah mie instan, juga sampah air minum dalam kemasan.
Kita bisa mulai membawa botol minum, yang meski terbuat dari plastik namun kita pakai berulang-ulang, tidak seperti air minum dalam kemasan yang sekali pakai.
Kebutuhan air kita sekitar 2 liter sehari, jika dipenuhi dengan air minum dalam kemasan setara dengan 8 gelas plastik atau 4 botol plastik, coba dikalikan dengan jumlah penduduk (9 juta penduduk Jakarta), banyak sekali plastik yang dihasilkan bukan?
Melihat kenyataan tersebut, disimpulkan dalam diskusi bahwa semua hal berhubungan dengan lingkungan hidup, selama hal itu masih berada di muka bumi.
Untuk itu kita harus membangun jejaring dengan semua komunitas dan elemen masyarakat untuk melakukan penyelamatan lingkungan.
Gerakan kerelawanan sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan lingkungan, karena kita pribadi per pribadi dapat mengambil andil dan berkontribusi terhadap upaya penyelamatan lingkungan.
Dalam film bahkan kebakaran hutan di Indonesia saat dihitung jumlah karbonnya melebihi karbondioksida yang dihasilkan semua industri yang ada di Amerika Serikat, jadi penduduk wilayah sekitar hutan lebih penting disadarkan untuk menyelamatkan lingkungan hidup daripada para CEO perusahaan di Amerika.
Masyarakat juga menurut Romo Andang adalah masyarakat yang pelupa, sehingga harus terus menerus diingatkan. Usaha mengingatkan ini bisa dilakukan dengan kampanye di soaial media, menulis di blog, menyebar foto atau video di Instagram, ikut dalam aksi lingkungan hidup dan yang paling penting adalah dengan gaya hidup kita sendiri yang ramah lingkungan hidup.
Memang kita awalnya akan dianggap aneh karena membawa botol minum sendiri dan menolak air minum dalam kemasan misalnya, tapi lama lama orang akan sadar dengan kampanye yang kita lakukan.
Saat kita semua peduli lingkungan maka yang tidak peduli lingkunganlah yang dianggap aneh. Kita harus sabar sampai hal tersebut terwujud di masyarakat.
Diskusi ditutup dengan komitmen bersama dalam mengembangkan jaringan dan terus menyebarkan berita baik penyelamatan lingkungan ke semua lapisan masyarakat.
Forum Temu Kebangsaan Orang Muda bersedia membantu para peserta jika membutuhkan bahan kampanye untuk dilakukan di lain tempat.
Semua peserta diskusi bersepakat membawa persoalan lingkungan menjadi dekat dengan keseharian sehingga solusi bagi lingkungan juga sangat dekat dengan merubah perilaku kita menjadi ramah lingkungan.
Salam Lestari,
Gorba Dom
Divisi Orang Muda dan Lingkungan Hidup
Sumber: temukebangsaan.com