100% KATOLIK 100% INDONESIA
Nama saya Tatyana Rarasati, biasa dipanggil Tita. Saya adalah seorang siswi kelas 12 dari SMA Santa Ursula Jakarta, OMK Paroki Kelapa Gading Santo Yakobus. Saat ini, saya sedang dalam program exchange bersama AFS – Bina Antarbudaya selama 10 bulan. AFS adalah program pertukaran budaya berbasis sekolah, jadi kami pergi bukan hanya demi sekolah dan nilai rapor tertulis, tapi lebih pada pengalaman dan pemahaman budaya. Ringkasnya, tujuan kepergian kami adalah soal kualitas, bukan kuantitas. Tahun ini ada 139 siswa terseleksi dari seluruh Indonesia yang berangkat ke 16 negara. Kebetulan sekali (atau memang jalan Tuhan), saya mendapat penempatan di Italia bersama 18 teman lainnya. Di sini kami tinggal dalam keluarga angkat atau biasa disebut host family, biasanya dalam 1 keluarga hanya 1 anak. Saya tinggal bersama sebuah keluarga di kota Salo’, Provinsi Brescia, Lombardia, Italia Utara. Di provinsi ini saya tidak sendiri, ada 10 teman lain dari berbagai negara seperti Norwegia, Turki, Rusia, Thailand, Meksiko, etc.
Hari ini tepat satu bulan sejak kedatangan saya di Italia. Banyak sekali pengalaman berkesan yang telah saya lewati. Dari semua itu, intinya adalah: jadi siswa pertukaran pelajar itu asik banget. Pengalaman yang betul-betul undescribable. Mulai dari bingung harus ngapain, ga ngerti bahasanya (begitulah kami anak-anak AFS biasanya butuh waktu 3 bulan sampai bisa lancar berkomunikasi), takut nyasar, takut ansos, tapi juga excited karena dapat pengalaman baru, teman baru, berada di lingkungan baru. Semua perasaan dan pikiran campuraduk jadi satu. Tapi satu hal yang ada di benak saya: perjalanan ini adalah bagian dari karya perutusan Tuhan dalam hidup saya, keluarga saya di Indonesia dan di Italia, juga semua orang yang saya temui.
Sebagai siswa pertukaran budaya, pastinya yang dibutuhkan adalah latar belakang budaya. Tugas kami di sini adalah untuk menjadi duta budaya, duta bangsa Indonesia. Siapa, apa, dan bagaimana Indonesia itu harus selalu jadi “pakaian” kami, sehingga orang bisa melihat wajah Indonesia melalui diri kami para dutanya. Ini bukan tugas yang mudah. Sungguh ini adalah sebuah kehormatan, hadiah sekaligus tanggung jawab besar. Dan saya sadar seorang Tita tidak cukup sendirian melakukannya. Siapalah saya sehingga bisa mencerminkan bangsa yang begitu indah, begitu kaya dengan segala potensinya? Bagaimana seorang ‘saya’ bisa mencerminkan orang-orang Indonesia yang jauh lebih hebat dan cerdas, masyarakat dengan berbagai budaya dan kearifannya? Lalu memangnya siapa dan bagaimana Indonesia itu sendiri? Pertanyaan-pertanyaan macam ini selalu memenuhi benak saya, bahkan hingga saat ini.
Tapi semua pertanyaan dan keraguan itu membuat saya menyadari dua hal. Pertama, bahwa saya memang barangkali tidak pantas. Dan justru karena demikian, saya sadar betul bahwa langkah saya hingga saat ini adalah, dan memang hanyalah kehendak Tuhan. Saya bisa menginjakkan kaki di negara sejauh 14.000 km dari Indonesia bukan karena diri saya, tapi karena Tuhan punya sebuah rencana. Semacam sebuah hadiah ‘kecil’ dari Tuhan yang berisi petunjuk untuk hadiah-hadiah lainnya dalam hidup saya, hingga akhirnya bermuara pada sebuah grand design yang Tuhan sediakan untuk semua orang.
Kedua, saya mendapati bahwa kadang memang kita harus melihat sesuatu dari jauh untuk memahaminya lebih jelas. Lucu bagaimana saya justru semakin mengenal Indonesia ketika berada di belahan dunia lain. Tapi memang begitulah kenyataannya, memang begitu cara hidup bekerja. Mulai dari hal-hal yang paling dekat dengan kita seperti memahami betapa berharganya keluarga yang kita punya, teman dan sahabat yang sungguh berarti bagi kita, dan menemukan apa yang jadi hal paling penting dalam hidup kita. Dan justru karena saya berada di sini, saya semakin paham dan terus mencari jati diri sebagai seorang Indonesia. Seperti apa sih orang Indonesia itu? Sebagai bagian dari Indonesia saya mau buat apa? Apa yang mau saya persembahkan kepada Indonesia, kepada dunia, dan kepada Tuhan?
Begitulah bagaimana di sini saya jadi betul-betul memahami dalamnya arti sebagai orang Indonesia dan sebagai seorang Kristiani. Di sini saya menemukan rasa cinta bercampur nelangsa kepada tanah air kita. We could be so much better. Kita, kaum muda, punya tanggung jawab besar sebagai penerus bangsa. Saya telah melihat dan bertemu banyak orang dari berbagai tempat, dan saya sadar bahwa Indonesia punya potensi luar biasa. Sekarang bukan lagi saatnya untuk mempermasalahkan suku dan agama, bukan lagi saatnya mengungkit masa-masa kelam yang toh sudah terlewatkan. Sekarang waktunya kita bangkit lagi, berjuang lagi, dan terus berjuang untuk kemerdekaan yang lebih dalam: kemerdekaan intelektual. Untuk mewujudkan Indonesia Jaya. Dan ya, itu tanggung jawab kita semua. Tuhan menempatkan kita untuk dilahirkan di tanah Indonesia dan melalui darah Indonesia bukan tanpa arti. Hidup kita adalah sebuah perutusan, dan masing-masing dari kita punya peran penting, dalam hal ini: untuk Tuhan dan untuk Indonesia. Pro Deo et Patria.
Tita
2 thoughts on “AN EXCHANGE STUDENT’S LIFE”
Fransiskus
(Oktober 11, 2017 - 11:49)Luar biasa Tita, mahasiswi muda dengan talent yang luar biasa….semoga Tuhan selalu menyertai Tita dan keluarga, berkarya dalam kasih- Nya….
Stella Maria
(Oktober 11, 2017 - 12:12)AVE MARIA,,
Nice words Tita,,
Teruslah menulis,,
Biasakan menulis sepotong tulisan di catatan harian,diary, every time , every where,,,
So take Care di negeri orang , proud of you,,, GBU,,