Masuk dari Pintu Mereka; Keluar dari Pintu Kita

 

(Strategi Pastoral OMK)

ayd1Ketika diadakan pertemuan Pendamping Orang Muda Katolik (OMK), seringkali muncul keluhan: OMK sulit dipahami, tidak mau bekerja sama, susah digerakkan, tidak stabil dan aneka situasi lainnya. Bagi seorang pendamping OMK, keluhan semestinya bukan kesimpulan, namun justru indikasi awal untuk mengurai persoalan. Tujuan akhirnya tentu saja, memberikan pelayanan pastoral kepada OMK, memastikan mereka mengalami Allah dalam setiap tapak hidupnya.

 

Butir-butir Benih di Taman Kehidupan

OMK ibarat benih: ia telah ditanam dan tumbuh. Kualitas pertumbuhannya ditentukan oleh faktor-faktor hidup yang melingkupinya. Sebagaimana parabel di Kitab Suci, benih itu ditanam di tanah yang seperti apa? Apakah tanah yang subur, tanah berbatu, bersemak duri atau tanah yang tipis? (lih. Mat 13:3-23).

Di sepanjang tanah Indonesia, OMK mengalami situasi hidup yang berbeda. Ada yang tumbuh di pesisir pantai, suatu kehidupan keras yang membutuhkan keuletan hidup. Ada yang tumbuh di tanah pertanian, tempat orang belajar untuk tekun dan berkawan dengan alam. Ada yang tumbuh di kota kecil, kota besar; situasi damai dan konflik. Kesemuanya itu memberikan pengaruh pada pendewasaan dirinya, pada relasinya terhadap alam, manusia dan Tuhannya.

Dalam kaitan dengan strategi pastoral OMK, ada satu rumusan dari buku pedoman karya pastoral OMK Filipina ‘Ka-Lakbay’, yang kemudian diadaptasi menjadi pedoman karya pastoral OMK Indonesia dalam buku Sahabat Sepeziarahan. Rumusan itu menggabungkan antara fase, tingkatan, komponen & strategi serta kategori OMK potensial sebagai berikut:

 

Fase Tahap Komponen & Strategi Kategori OMK Potensial
Menjadi Memercayai Merayakan Menabur Benih Evangelisasi Ibadat Kerumunan
Memiliki Katekese Jemaat
Menghasilkan Merawat Pertumbuhan Persaudaraan Komunitas
Menjadi Menuai Panenan Aksi Sosial Yang Berkomitmen
Merayakan Kepemimpinan Inti

Melalui tabel tersebut, menjadi mudah dipahami mengenai fase pertumbuhan iman, tahap pendampingan pastoral yang dilakukan, strategi pastoral yang perlu dibuat, serta kategori OMK yang dihasilkan dari keseluruhan proses tersebut.

OMK yang fase pertumbuhan imannya pada ‘memercayai atau memiliki’ misalnya, ketika iman mereka baru tumbuh, tahap pendampingan pastoralnya ibarat ‘menabur benih’. Pada tahap ini, strategi yang paling tepat untuk dilakukan adalah evangelisasi (penginjilan), katekese (pengajaran iman) serta ibadat. OMK dalam situasi ini, dalam konteks teritorialnya apakah itu Lingkungan, Wilayah atau Paroki, biasanya hanya menjadi bagian dari ‘kerumunan’. Cirinya adalah kadang hadir, kadang tidak, sesekali terlibat dalam kegiatan, seringkali menghilang, dan nyaris anonim. Tipikal kerumunan ini dapat kita temui juga dalam antrean penumpang bus kota. Mereka ada di tempat yang sama, punya kepentingan bersama, mengarah ke tujuan yang sama, namun tidak saling mengenal atau berelasi.

OMK yang tahap pertumbuhan imannya telah sampai pada ‘menghasilkan’ adalah mereka yang tidak hanya menghadiri ibadat atau menjadi pendengar evangelisasi dan katekese, melainkan yang telah mulai melayani. Pada tahap inilah pendamping OMK diharapkan untuk memahaminya sebagai fase ‘merawat pertumbuhan’. Strategi pastoral yang dapat dilakukan adalah ‘persaudaraan’, yang terwujud dalam acara-acara kebersamaan seperti rekreasi, camping, temu OMK dan sebagainya. Proses ini akan menentukan apa OMK tersebut akan masuk kategori ‘jemaat’ ataukah yang lebih dalam lagi, sudah mampu merasa menjadi bagian dari ‘komunitas’?

OMK yang tahap pertumbuhan imannya ‘merayakan’, dan disebut berada dalam fase ‘menuai panenan’, adalah OMK yang telah siap menjalankan tugas perutusan Gereja. Mereka sudah dapat dipercaya untuk melakukan aksi sosial (yang jangkauannya lebih luas daripada komunitasnya sendiri), bahkan juga menjadi pemimpin. Kategori mereka adalah OMK yang berkomitmen, bahkan juga menjadi inti dalam komunitas Paroki.

 

Merefleksikan Langkah Selama Ini

IMG-20170810-WA0009Rumusan strategi pastoral OMK tak hanya dilakukan untuk membuat rencana, namun juga untuk merefleksikan langkah-langkah yang sudah diambil selama ini. Apakah sudah strategiskah langkah-langkah itu, ataukah ada faktor yang kurang diperhatikan? Adakah keberhasilan yang dialami, ataukah terjadi sejumlah kegagalan? Bagimana menjelaskannya? Bagaimana memperbaikinya?

Dalam satu kasus konflik di sebuah paroki, sekelompok OMK menunjukkan ketidakpahaman tentang ajaran Gereja (melalui debat kusir tentang nilai dan prinsip kekatolikan), serta ketidakmampuan mempertahankan relasi dengan sesamanya. Padahal, sebagian di antara mereka telah menduduki kursi pemimpin. Refleksi yang dapat kita kemukakan adalah: tampaknya mereka belum dipersiapkan sungguh untuk menjadi pemimpin, karena kurangnya pemahaman tentang Kitab Suci dan ajaran Gereja (evangelisasi & katekese), absennya dasar-dasar persaudaraan, sehingga ketika menjadi pemimpin, mereka bahkan belum sampai pada kategori OMK yang berkomunitas. Akibatnya, mudah sekali konflik berubah menjadi tawuran yang menghancurkan sendi-sendi persaudaraan dalam komunitas.

Tujuan pendampingan OMK adalah untuk memastikan terjadinya:

  • pertumbuhan relasi pribadi OMK dengan Kristus Tuhannya
  • pertumbuhan dan perkembangan OMK itu sendiri
  • kesadaran dan keterlibata mereka dalam komunitas-komunitas Gerejawi dan juga komunitas masyarakat umum.

Dengan mengetahui secara persis situasi dan kondisi OMK, para pendamping OMK diharapkan mampu mencirikan tahap pertumbuhan serta memilih strategi pastoral yang tepat agar seluruh tujuan pendampingan OMK itu dapat tercapai.

(Helena D. Justicia)

 

Post Author: admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *