Halo teman-teman OMK!
Perkenalkan nama saya Benediktus Tandya Pinasthika dan biasa dipanggil Ito. Saya dari SMA Kolese Kanisius dan Teresa Yovela, biasa dipanggil Kak Vela, mahasiswa jurusan ilmu komunikasi kelas internasional Universitas Indonesia yang juga lulusan SMA Santa Ursula 2016, berkesempatan untuk ikut serta dalam program Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia yaitu Outstanding Youth for the World 2018 di Sydney, Australia dari 15-19 Maret 2018 dengan acaranya Interfaith Dialogue bersama pemuda-pemuda Australia. Kami berdua tidak menyangka bisa ikut ambil bagian dalam kegiatan ini bersama 16 perwakilan lainnya yang mewakili setiap agama di Indonesia.
Dari 18 perwakilan tersebut, ada 10 santri dari pesantren yang ada di Indonesia seperti Dedi Mumtazul Umam dari Pesantren Tebuireng, Jombang hingga Harun Al Rosyid dari Madrasah Muallimin NW Pancor, Lombok. Tidak hanya itu, saya juga mendapatkan teman baru dari yang beragama Kristen, Buddha, dan Hindu. Teman-teman baru itu juga diutus oleh institusi keagamaan masing-masing seperti Ruth Faleria Tengker, biasa dipanggil Kak Ruth, dari Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI), Jessyln Metta, dipanggil Kak Jeje, dari Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (HIKMAHBUDHI), dan I Putu Hendra Sastrawan, atau sering dipanggil Bli Putu, dari Forum Generasi Muda Lintas Agama (FORGIMALA).
Sebelumnya, saya dan Kak Vela sudah di-briefing oleh RD. Antonius Haryanto via telepon, sering dipanggil Romo Harry, untuk menjadi bekal kami ke Sydney. Romo Harry juga memberikan gambaran umum seputar acara ini dan bagaimana kontribusi pemuda-pemuda lintas agama bagi persatuan Indonesia.
Hari Pertama, 15 Maret 2018
Beberapa perwakilan berkumpul di gedung utama Kementerian Luar Negeri untuk mendapatkan briefing dari Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, Cecep Herawan dan juga Sekretaris Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, Al Busyra Basnur. Beliau mengatakan bahwa program ini dilaksanakan dengan tujuan untuk membawa kekayaan Indonesia yaitu keberagamannya ke Australia sebagai negara tetangga. Saya dan teman-teman diharapkan bisa memperkenalkan keberagaman tersebut sebagai generasi milenial. Briefing selama kurang lebih satu jam itu menjadi bekal awal kami ke Sydney.
Selanjutnya, kami semua berangkat ke Sydney dengan nomor penerbangan GA712 pada pukul 22.25 WIB (GMT+7) dan sampai di Sydney pada pukul 09.45 Waktu Sydney (GMT+11). Dalam perjalanan selama enam jam lebih itu, saya mempersiapkan bahan apa saja yang akan saya kemukakan di dalam forum nanti. Cukup melelahkan memang karena jarak Jakarta ke Sydney yang jauh, namun saya dan Kak Vela sangat senang bisa ke Sydney untuk membawa nama Indonesia ke Australia sebagai perwakilan dari Komisi Kepemudaan KWI.
Tunggu kisah seru kami ya….
bersambung
Ito