Kicau Sinode
Berbicara tentang orang muda pasti juga akan berbicara tentang keluarga. Keluarga menjadi tempat pertama dan utama bagi orang muda berkembang dan belajar soal kehidupan. Di situlah orang muda mencari siapa jati dirinya dan mencoba menemukan panggilan hidupnya (passion) kelak. Orangtua berperan penting dalam perjalanan orang muda di masa depan karena orang muda memimpikan keamanan, stabilitas, dan keutuhan (fulfilment). Banyak harapan untuk kehidupan yang lebih baik untuk keluarga orang muda tersebut.
Poin Penting dalam Dokumen
Hal ini juga menjadi poin penting dalam Sinode Orang Muda 2018 nanti, dimana sudah disinggung dalam Dokumen Persiapan (Preparatory Document : Young People, the Faith and Vocational Discernment). Nah, dalam dokumen tersebut disebutkan bahwa orangtua dan keluarga menjadi salah satu orang-orang yang menjadi rujukan (people of reference) bagi orang muda. Pada tempat pertama, orangtua dalam keluarga mengungkapkan perhatian Allah setiap hari kepada setiap manusia melalui kasih yang saling mengikat mereka.
Tidak hanya itu, dalam Amoris Laetitia 274 disebutkan pula soal keluarga yang menjadi tempat pertama untuk belajar nilai-nilai yang bijak atas kebebasan. Keluarga disebutkan kembali dalam Dokumen Final Hasil Pertemuan Pra-Sinode Orang Muda (Pre-Synodal Meeting) pada 19-24 Maret 2018 di Roma lalu, “Young people look for a sense of self by seeking communities that are supportive, uplifting, aunthentic and accessible : communities that empower them. We recognize places that are helpful for the development of their personality, namely family, which occupies a privileged position.” Orang Muda memandang bahwa keluarga menjadi faktor yang berkontribusi dalam pembentukan (formatio) identitas dan kepribadian mereka.
Orang muda juga menyadari bahwa keluarga merupakan sekolah alias tempat belajar pertama kali serta belajar untuk mengampuni apabila pernah terluka dalam perjalanan hidup keluarga. Dengan adanya tantangan dan pembelajaran, maka orang muda menjadi lebih berkembang dengan sifat dan karakter masing-masing yang tentunya didukung oleh keluarga itu sendiri.
Pesan Paus Fransiskus tentang Keluarga
“Tidak ada keluarga yang sempurna. Kita tidak punya orang tua yang sempurna, kita tidak sempurna, tidak menikah dengan orang yang sempurna, kita juga tidak memiliki anak yang sempurna. Kita memiliki keluhan tentang satu sama lain. Kita kecewa dengan satu sama lain. Oleh karena itu, tidak ada pernikahan yang sehat atau keluarga yang sehat tanpa menjalankan pengampunan.
Pengampunan adalah penting untuk kesehatan emosional kita dan kelangsungan hidup spiritual. Tanpa pengampunan keluarga menjadi sebuah teater konflik dan benteng keluhan. Tanpa pengampunan, keluarga menjadi sakit. Pengampunan adalah sterilisasi jiwa, penjernihan pikiran, dan pembebasan hati.
Siapa pun yang tidak memaafkan tidak memiliki ketenangan jiwa dan persekutuan dengan Allah. Rasa sakit adalah racun yang meracuni dan membunuh. Mempertahankan luka hati adalah tindakan merusak diri sendiri. Ini adalah Autofagi. Dia yang tidak memaafkan memuakkan fisik, emosional dan spiritual.
Itulah sebabnya keluarga harus menjadi tempat kehidupan dan bukan tempat kematian; sebuah tempat penyembuhan bukan tempat penuh dengan penyakit; sebuah panggung pengampunan dan bukan panggung rasa bersalah. Pengampunan membawa sukacita sedangkan kesedihan membuat hati luka. Dan pengampunan membawa penyembuhan, sedangkan rasa sakit menyebabkan penyakit,” ujar Paus Fransiskus kepada umat di seluruh dunia.
Kita sebagai orang muda bisa belajar dari pesan Paus Fransiskus soal keluarga dimana tidak ada keluarga yang sempurna. Justru karena ketidaksempurnaan itulah kita butuh latihan untuk saling mengampuni. Hal ini akan menjadi hal penting karena menyangkut kesehatan emosional kita dan kehidupan spritual kita. Mari kita pupuk hal yang baik dalam keluarga yang nantinya juga akan membentuk (formatio) diri kita menjadi orang muda yang siap akan tantangan zaman.
Penulis : Benediktus Tandya Pinasthika
Bacaan Pendukung : Prepatory Document : Young People, the Faith and Vocational Discernment; Final Document Pre-Synodal Meeting : Young People, the Faith and Vocational Discernment; Amoris Laetitia; Pope Francis’s Message about the Family