Tanggal 27 September 2018, tepat pukul 11.00 WIB, registrasi peserta Duta Youth Camp 2018 resmi dibuka. Acara yang digelar oleh Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia (Komkep KWI) tersebut bertempat di Wisma Retret Canossa kawasan Tanggerang Selatan. Duta Youth Camp 2018 bertujuan untuk menindaklanjuti kegiatan yang telah dilakukan peserta pasca Indonesia Youth Day(IYD) dan Asian Youth Day(AYD). Terdapat 32 keuskupan dari total 37 keuskupan di Indonesia yang menjadi peserta dalam acara tersebut. Setiap keuskupan masing-masing hanya boleh mengirimkan 2 orang peserta. Regio MAM, Papua, dan Kalimantan mengirimkan wakilnya secara lengkap dari semua keuskupan yang ada pada masing-masing regio. Sebagai catatan, peserta yang menjadi wakil dari setiap keuskupan, tentunya harus pernah mengikuti IYD atau AYD.
Setelah registrasi dilakukan, pukul 16.00 WIB diadakan Perayaan Ekaristi Pembuka oleh RD. Antonius Haryanto selaku Sekretaris Eksekutif Komisi Kepemudaan KWI . Misa diikuti hampir 80% peserta yang terdaftar karena ada beberapa peserta yang masih dalam perjalanan menuju Wisma Retret Canossa. Dalam misa Romo Hary menyampaikan selamat datang kepada seluruh peserta dan mengajak seluruh peserta untuk berproses bersama dalam acara ini. Dengan mengangkat slogan “See, Speak, Start”, Acara Duta Youth Camp 2018resmi dibuka. Setelah misa pembukaan, dilanjutkan Sesi I, yaitu Dinamika Perjumpaan yang dibawakan oleh Bapak Stefanus Rizal Rejadi. Dilanjutkan Sesi II dimana peserta membagikan pengalaman tentang apa yang elah mereka lakukan di keuskupannya pasca IYD dan AYD. Pada sesi tersebut, kegiatan yang telah dilakukan peserta dipetakan menjadi beberapa kategori, yaitu pewartaan dan medsos, kebudayaan, lingkungan hidup, masalah sosial, kemajemukan, keluarga, liturgi. Setiap kategori dijadikan kelompok untuk bahan diskusi peserta.
Seluruh peserta sangat antusias ketika menyampaikan output yang mereka lakukan di keuskupan masing-masing dalam kelompok . Sesi terakhir di hari Kamis tersebut adalah pembekalan eksposur. Pembekalan dibawakan oleh Romo Hary dan sepenggal pesan pembuka dari Mgr. Pius Riana Prapdi (Ketua Komisi Kepemudaan KWI). Mgr. Pius berkata:
“Mau gereja katolik seperti apa ada di tangan kalian semua. Tahun 2033 adalah 2000 tahun plus 33 merupakan jubileum agung peringatan Yesus wafat dan bangkit diantara orang mati. Diharapkan sebelum itu diharapkan semua orang dan setiap mahkluk kenal dengan Yesus. Maka kalian dipilih untuk menjadi ‘duta’ atau bisa disebut representasi.”
Hari pertama duitutup dengan refleksi pribadi yang didampingi oleh Ibu Lisa Esti Pudjihartanti. Refleksi pribadi dilaksaakan setiap malam setelah semua sesi berakhir. Tujuan refleksi pribadi diadakan agar setiap peserta menyadari dan menilai lebih dalam aktivitas yang telah mereka lakukan selama satu hari penuh.
Memasuki hari kedua, Jumat (28/9) dibuka dengan misa harian pukul 05.30 WIB yang dipimpin oleh Mgr. Pius Riana Prapdi dan RD. Antonius Haryanto. Kegiatan utama pada hari kedua adalah eksposur sebagai realisasi dari bagian see dan speak. See yang dimaksudkan adalah mengidentifikasi maslah yang terjadi dengan terjun langsng untuk mengamati keadaan yang ada. Sementara speakberisi diskusi bersama dari apa yang telah kita lihat. Diskusi yang juga melibatkan rasa untuk mulai melakukan tindakan nyata.
Kegiatan eksposur kali ini memilih mengunjungi 5 rumah ibadah dari 5 agama diluar Katolik. Lima tempat ibadah yang terpilih adalah Pondok Pesantren Jam’iyah Islam’iyah, Gereja Kristen Indonesia Bintaro Utama, Gereja Bethel Indonesia House of Shalom, Pura Dharma Sidhi, Pusdiklat Buddhis Sikkhadama Santibhumi dan Klenteng Bio Hok Tek Tjeng Sin.Eksposur sendiri memiliki tujuan agar peserta dapat belajar secara langsung tentang bagaimana membuka diri dan menerapkan toleransi dalam kehidupan beragama maupun bermasyarakat. Kegiatan selama eksposur dibagi menjadi 3 bagian utama, yaitu beraktivitas, berdiskusi, dan makan siang bersama. Beraktivitas dimaksudkan agar peserta belajar melakukan tindakan nyata sebagai perwujudan iman dan toleransi. Setelah itu dilanjutkan diskusi bersama sambil makan siang dengan pengurus rumah ibadah mengenai tantangan yang mereka hadapi dalam pengembangan agama masing-masing.
Eksposur dilakukan dari pukul 07.30 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Peserta dibagi menjadi 8 kelompok dengan jumlah masing-masing anggota kelompok adalah 8 orang. Setiap kelompok didampingi oleh satu orang panitia pendamping. Perjalanan menuju tempat eksposur harus dilalui peserta dengan menggunkan transportasi umum. Setelah eksposur, peserta diberikan waktu istirahat hingga pukul 18.30 WIB untuk menyantap makan malam. Sesi IV dimulai pukul 19.30 WIB tentang refleksi eksposur yang dibawakan oleh Ibu Lisa Esti Pudjihartanti. Sesi tersebut juga sebagai realisasi dari speak. Peserta diajak berdiskusi untuk merefleksikan apa yang dialami selama eksposur dan nilai-nilai yang dapat diambil.Pukul 21.30 WIB dilanjutkan refleksi pribadi dan evaluasi yang dibawakan oleh Ibu Lisa.
Dua hari berjalan, antuasia peserta semakin memuncak. Ilmu yang diperoleh selama dua hari membuat mereka semakin terdorong untuk menjadi duta Kristus yang nyata di dunia. Selain itu, kesamaan titik fokus pada Yesus Kristus sebagai pedoman utama dalam hidup membuat semangat melayani dan ingin melakukan perubahan dalam lingkungan sekitar menjadi semakin tajam. Semoga ilmu 2 hari selanjutnya membuat peserta semakin kuat untuk hidup sebagai duta Kristus.