Duta Youth Camp 2018
Sabtu, 29 Setember 2018 merupakan hari ketiga perjalanan Duta Youth Camp 2018. Pada hari ketiga peserta masih dalam proses seeing dan speaking, namun yang lebih mendominasi ialah proses speaking. Peserta diajak banyak berdiskusi dalam kelompok masing-masing untuk lebih mendalami lagi nilai-nilai apa yang mereka dapat dari proses seeing pada hari sebelumnya dan apa yang akan mereka lakukan nanti pada proses starting. Seluruh kegiatan hari ini dibuka degan misa yang dipimpin oleh Romo Hary. Dalam khotbahnya Romo berbicara tentang proses speaking, dimana dalam proses speaking kita berdiskusi dan membangun jaringan. Namun, tidak hanya dengan diri sendiri, tetapi dengan jaringan-jaringan lainnya untuk mendapatkan feedback dan berkembang bersama.
Setelah misa dilanjutkan Sesi V yang dimulai pukul 08.15 WIB dengan tugas memetakan hasil eksposur. Mbak Lisa mengawali sesi ini dengan meminta peserta menceritakan pengalaman mengesankan selama eksposur. Semua peserta terlihat antusias saat berbagi pengalaman mereka selama eksposur karena banyak hal tidak terduga yang terjadi, seperti pembahasan yang muncul, tragedy saat perjalanan ke tempat eksposur maupun saat pulang, dan banyak hal lainnya. Mbak Helen lalu melanjutkan sesi dengan topik yang membahas hal-hal tidak terduga yang terjadi selama eksposur. Salah satu poin penting yang dikatakan oleh Mbak Helen ialah bahwa dalam perjalanan segala sesuatu itu dapat direncanakan. Namun, tentu akan ada hal hal diluar rencana yang akan terjadi sehingga kita perlu untuk mengantisipasi dan menanggapinya dengan proporsional. Dalam waktu tertentu dapat terjadi perubahan, maka kita harus berani dan siap untuk menghadapi perubahan itu. Sesi pemetaan hasil eksposur ini ditutup dengan peserta harus menggambarkan sebuah objek yang melambangkan perjalanan eksposur mereka. Contohnya, menggambar bentuk pohon. Akar sebagai masalah utamanya, lalu dituliskan penyebabnya (misalnya belum ada keterbukaan dan orang asing), lalu dilanjutkan mencari penyebab lainnya.
Selesai sesi V, peserta menyantap snack siang. Pada pukul 10.30 WIB, peserta melanjutkan Sesi VI, yaitu Pleno. Pada sesi ini peserta mempresentasikan gambar kelompok masing-masing, lalu saling memberikan masukan antarkelompok. Pada setiap akhir presentasi kelompok, Mbak Helen juga meminta kelompok lainnya mencari ayat Kitab Suci yang sesuai dengan masalah yang dipresentasikan oleh suatu kelompok. Dari sesi ini, dapat kita simpulkan bahwa masalah yang muncul dalam lingkup orang muda adalah tidak mau untuk keluar dari zona nyaman. Orang muda zaman sekarang sangat sedikit sekali yang mau berdialog dengan lingkungan yang lebih luas dan berbeda. Maka lahirlah orang muda yang memiliki karakter tidak kritis dan taktis.
Sesi VII dibawakan oleh Mbak Desiana Samosir. Sesi ini membahas tentang bagaimana membangun komunitas. Diawali dengan pertanyaan apa arti komunitas dan tantangan apa saja yang sering muncul dalam sebuah komunitas. Dari dua pertanyaan tersebut, peserta saling berdiskusi dalam kelompok, lalu mempresentasikan hasil kelompok masing-masing. Dalam presentasi, banyak muncul gagasan baru mengenai arti komunitas dan tantangan yang terjadi. Dari keseluruhan, dapat dirangkum bahwa tantangan yang sering muncul adalah perbedaan kultur, sumber daya manusia, soliditas (perbedaan pendapatan), distribusi peran versus sentralistik, dan konsistensi. Maka terdapat 3 hal yang harus dipertahankan dalam komunitas masing-masing, yaitu gagasan, pembiayaan, dan jejaring.
Sesi VIII dan IX dibawakan oleh Mas Bayu. Sesi ini berbicara mengenai pemetaan tantangan dalam keuskupan. Diawali dengan dua pertanyaan, yaitu apa yang menjadi masalah dan apa modal positif yang dimiliki oleh paroki atau keuskupan masing-masing. Setelah berdiskusi, seluruh kelompok mempresentasikan hasil diskusi masing-masing. Dapat disimpulkan mayoritas masalah yang timbul adalah kurangnya pendampingan yang intensif pada setiap kelompok Orang Muda Katolik (OMK) di paroki maupun keuskupan masing-masing. Dampak yang timbul adalah kegiatan yang diadakan OMK menjadi kurang menarik, sehingga partisipan yang hadir sedikit.
Memasuki hari keempat peserta diajak memasuki Sesi X, yaitu Success Story. Dengan narasumber Ibu Margareta Astaman (pendiri PT Indoportal Nusantara) dan Mas Carolus Andres Julika (dari Gusdurian). Peserta mendengarkan talkshow dari para narasumber perihal membangun komunitas yang sudah dijalankan dan berhasil. Saat sesi Tanya jawab dibuka, banyak peserta yang antusias bertanya. Pukul 10.00 WIB dilanjutkan sesi terakhir, yaitu Sesi XI mengenai pembuatan Rencana Tindak Lanjut (RTL). Setiap keuskupan membuat RTL sesuai dengan karakteristik keuskupannya dan memperoleh evaluasi dari Romo Hary dan panitia. Acara resmi ditutup pada saat Perayaan Ekaristi Penutupan oleh Romo Hary pada pukul 12.15 WIB.
Empat hari telah dilalui, seluruh rangakain acara Duta Youth Camp 2018 telah selesai. Semua peserta saling bertukar kontak dan saling memberikan kenangan berupa kalung dan lainnya. Terlihat raut wajah sulit untuk berpisah dan antusias peserta sudah mencapai puncakya.Ilmu yang diperoleh selama empat hari membuat mereka semakin terdorong untuk menjadi duta Kristus yang nyata di dunia. Selain itu, persamaan titik fokus pada Yesus Kristus sebagai pedoman utama dalam hidup membuat semangat melayani dan ingin melakukan perubahan dalam lingkungan sekitar menjadi semakin tajam. Michael Ronaldo selaku ketua panitia juga menyampaikan harapannya bagi seluruh peserta, “Karena mereka sebagai DUTA dan motor penggerak di keuskupannya, maka saya berharap mereka dapat berjejaring dan bersinergi dalam pergerakan, baik di keuskupan masing-masing maupun lintas keuskupan untuk mengabarkan sukacita injil melalui metode “See, Speak, Start” dalam program-program yang berhubungan dengan politik, ekonomi, sosial, kemanusiaan, dan kemasyarakatan sehingga dapat berdampak bagi gereja dan negeri tercinta Indonesia. AMDG!”.