Mari Berdoa Di Bukit Taize, Perancis

Saat saya memulai menulis refleksi tentang tulisan saya ingin mengatakan jika saya bukanlah seorang mistikus atau pendoa yang telah mencapai kesempurnaan. Saya hanyalah seorang manusia biasa yang juga sedang dalam proses mencari keilahian. Lewat tulisan ini saya hendak berbagi supaya diantara kita saling mendukung dengan mendoakan satu sama lain.

taize9Di dalam Komunitas Taize ada para Bruder yang melatih siapa pun yang datang untuk berada dalam kepasrahan secara penuh di hadapan Allah. Kepasrahan kepada Allah itu berarti membiarkan Allah hadir serta berkarya dalam hati. Kepasrahan kepada Allah itu juga dapat berarti menyelaraskan kehendak kita dengan kehendak Allah. Kepasrahan di Taize ditunjukan lewat cara berdoa. Berdoa yang baik dan benar lewat cara hidup, oleh para Kudus telah dilakukan sampai mereka mencapai Keilahian. Hal itu juga yang dilakukan di Taize namun dengan cara yang sangat sederhana namun luar biasa.

Bagi saya duduk yang lama adalah hal yang membosankan serta membuat rasa kantuk begitu kuat. Ajaib, saat saya mengutarakan hal ini kepada Bruder pendamping saya yang bernama Bruder Marek, seorang Bruder namun juga Pastor Dioses asal Polandia yang ditahbiskan khusus untuk Komunitas Taize atas permintaan Bruder Roger Sang Pendiri, dirinya meminta saya untuk membuka Surat Rasul Paulus Kepada Jemaat di Roma (Roma, 8:26) yang berbunyi, “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita ; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa ; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.”

Diri saya merefleksikan demikian, dari tulisan Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma menyadarkan kepada saya jika dalam doa janganlah memaksakan kehendak kepada Allah untuk segera mengabulkan doa kita itu. jika mengalami kejenuhan dalam doa cukup heningkan diri dan biarkan Roh Kudus yang mendoakan harapan serta permohonan kita sekali pun jauh yang tersembunyi di lubuk hati.

taize8Komunitas Taize mengajarkan saya cara berpasrah kepada Allah. Berdoa jangan meminta banyak. Tetapi berdoa berarti mengundang Allah untuk masuk dan menyelidiki sendiri apa yang menjadi kebutuhan hidup kita. Saya pun menyadari, kadang saya atau anda, jika berdoa berharap agar secepatnya mukjijat terjadi. Apa yang diminta harus menjadi nyata. Apa yang diharapkan harus terkabul.

Lebih parah lagi saya biasa berdoa untuk orang yang menyakiti hati saya atau yang saya tidak sukai supaya Tuhan segera memberikan kecelakaan atau supaya Tuhan secepatnya mencabut nyawanya. Ini hal yang salah. Berdoa itu mesti menyelamatkan. Dan di Taize berdoa adalah satu kesempatan semua orang untuk saling membangun rekonsiliasi. Terutama rekonsiliasi dengan diri sendiri. Berdoa yang saya temukan di Taize juga menyembuhkan luka hati.

Dari bukit Taize yang hening pancaran doa-doa dari para Bruder juga membuat jiwa orang-orang muda yang kacau balau menjadi lebih tenang dan menghayati arti sebuah kehidupan. Sebab Roh Tuhan bekerja saat engkau datang kehadapanNYA walaupun keluhan-keluhanmu engkau sembunyikan.

Hubungan antara pengalaman rohani yang mendalam dan sikap terbuka yang kreatif kepada dunia merupakan inti pertemuan-pertemuan di Taize, yang selama bertahun-tahun telah memusatkan diri pada kehidupan batin dan solidaritas manusiawi. Inilah jenis Kristianitas yang harus kita tuju, sebab semakin orang menjadi pribadi pendoa, semakin orang menjadi pribadi yang bertanggung jawab.

taize10Doa tidak membebaskan kita dari tugas-tugas dunia ini, justru doa membuat kita (diri saya) menjadi lebih bertanggung jawab. Sesungguhnya tidak ada yang memperlihatkan tanggung jawab yang lebih besar daripada berdoa. Hal ini adalah sesuatu yang harus sungguh-sungguh dipahami dan disampaikan kepada orang muda. Doa bukan perintang waktu. Doa bukan semacam obat bius untuk Minggu pagi.

Doa melibatkan kita dalam misteri Bapa, dalam daya kuasa Roh Kudus, di sekeliling wajah yang menyingkapkan kepada kita setiap wajah yang lain, dan yang pada akhirnya menjadikan kita sebagai pelayan setiap wajah manusia. bersambung………..

Dari bukit Taize, Perancis, Pekan Pertama Advent 2018

Oleh Frids WL dan Anastasia Novi Praptiningsih

Post Author: admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *