Kamis (24/01), orang muda sedunia dalam World Youth Day menyambut kedatangan Paus Fransiskus di Panama. Paus memberi pesan kepada orang muda berikut:
Betapa senangnya kita bisa berjumpa dan berkumpul bersama untuk merayakan kegembiraan dan harapan gereja di seluruh dunia dalam acara WYD di Panama!
Saya ingat banyak yang menanyakan kepada saya apakah saya akan datang ke Panama, dan saya menjawab bahwa saya belum yakin apakah saya bisa datang, tapi Santo Petrus akan ada di sana. Sekarang, dengan gembira saya ingin mengatakan bahwa Santo Petrus sedang bersama kalian untuk merayakan dan memperbaharui iman dan harapan. Santo Petrus dan gereja berjalan bersama-sama dengan kalian. Maka dari itu, janganlah takut! Berjalanlah terus dengan kegembiraan ini dengan semangat menjadi pewarta Injil Tuhan. Kami ingin bersama-sama menemukan kembali dan membangkitkan kebaharuan dan jiwa muda gereja menuju Pentakosta yang baru. (Sinode anak muda, dokumen resmi, 60). Hal ini hanya bisa terjadi apabila kita tinggal di dalam sinode, apabila kita mengajak diri kita untuk berjalan, mendengarkan dan melengkapi satu sama lain, apabila kita berani untuk menjadi saksi Kristus dan melakukan tindakan yang nyata.
Saya menyadari bahwa tidaklah mudah untuk sampai disini, saya merasakan perjuangan dan pengorbanan yang besar untuk bisa berpartisipasi dalam WYD. Hari ini kita dapat bersukacita bersama dan merayakan kegembiraan yang telah dimulai sejak lama di berbagai komunitas. Kita datang dari berbagai budaya dan daerah yang berbeda-beda, bahasa yang berbeda, dan kita mengenakan pakaian yang berbeda. Setiap daerah kita memiliki sejarah dan lingkungan yang berbeda-beda, namun tiada hal yang dapat membedakan kita! Kita sama-sama percaya bahwa ada hal yang menyatukan kita yang membangun semangat persaudaraan. Kalian telah berusaha dengan susah payah untuk dapat berkumpul bersama dan mengenal satu sama lain. Saya juga sangat senang melihat teman-teman kita yang merupakan penduduk asli, dapat berkumpul dan bergembira bersama kita.
Melalui tata perilaku, tatapan, keinginan serta perasaan, kalian telah mendapatkan pengalaman langsung berinteraksi dengan orang yang berbeda-beda. Berdasarkan pengalaman ini, kalian telah menemukan bahwa cinta yang tulus hati tidak pernah membeda-bedakan, namun menuju ke arah persatuan sejati (Homili Bapa Paus Benediktus ke-16, 25 Januari 2006).
Kalian telah mengajarkan bahwa bertemu dengan orang lain bukan berarti meniru, memiliki cara hidup yang sama atau tinggal bersama-sama, melakukan hal yang sama, mendengarkan lagu yang sama atau mengenakan seragam tim sepak bola yang sama. Hal ini membedakan antara pembangun jembatan dan pembangun tembok penghalang. Orang-orang yang membangun tembok penghalang ini berusaha untuk menciptakan ketakutan dan mencerai-beraikan kita. Orang- orang muda, saya mengajak kalian untuk membangun jembatan, bukan tembok yang menjadi penghalang diantara kita.
Budaya dari sebuah pertemuan adalah sebuah panggilan dan undangan untuk terus menghidupkan mimpi secara bersama. Sebuah mimpi pun dapat mengubah segalanya. Seperti sabda Allah, kasihilah sesamamu manusia; seperti Aku mengasihi kalian, kasihilah sesamamu sendiri. Seringkali kita menanyakan: mengapa kita harus bersatu? Apa yang membuat kita berupaya untuk bersatu? Adalah cinta dari Allah Bapa yang menyatukan kita, cinta yang tidak merendahkan dan tidak membeda-bedakan. Cinta yang selalu murah hati, yang menghargai tiap pribadi, cinta yang membebaskan dan membangkitkan.
Cinta dari Allah Bapa yang membangkitkan tiap orang yang jatuh, yang mempersatukan yang retak, yang memberikan kesempatan dan harapan baru. Apakah kamu percaya akan cinta ini? Apakah cinta ini layak untuk diperjuangkan? Seperti itulah pertanyaan yang ditanyakan kepada Maria. Ketika malaikat bertanya kepada Maria, ia menjawab: “Aku ini hamba Tuhan. Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu.” Maria menjawab “ya” dan menyerahkan seluruh dirinya kepada rencana Allah. Pertanyaan yang sama pun ditanyakan kepada kita: apakah kita mau menjawab seperti Maria?
Orang muda yang saya kasihi, hal yang dinanti-nantikan dari WYD ini bukanlah sebuah dokumen atau program yang akan dilaksanakan, melainkan diri kalian dan sebuah doa. Setelah WYD ini, setiap dari kalian akan pulang ke rumah dan memiliki semangat dan harapan yang baru, yang akan kita tunjukkan melalui perjumpaan dengan Allah dan sesama. Marilah kita menyerukan: “Ya Allah, ajarilah kami untuk mencintai seperti Engkau telah mencintai kami.”
Pada kesempatan ini marilah kita ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah bersusah payah untuk menyiapkan WYD ini. Terima kasih karena telah menjawab “ya” untuk mewujudkan mimpi Allah yang ingin melihat anak-anaknya bersatu padu. Anak-anakku, semoga Allah memberkati kalian dan Bunda Maria dari Antigua selalu menyertai kalian, supaya kita dapat menyerukan tanpa rasa takut apa yang ia serukan: “Aku ini hamba Tuhan. Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu.”
Komkep KWI