Semua mata para rasul memandang Yesus. Maka Yesus pun berkata kepada mereka, “Hari ini genaplah Nas yang kalian dengar.” Demikianlah Injil menceritakan awal dari misi Yesus. Yesus di sinagoga dilihat dan disaksikan oleh orang-orang yang mengenal dan dekat dengan Dia. Bahkan juga mungkin dilihat oleh para katekis yang mengajarnya waktu Yesus kecil. Demikianlah komunitas itu melihat anak kecil yang dari dulu mereka kenal tiba-tiba berdiri di depan dan membacakan gulungan kitab, mewujudkan apa yang menjadi mimpi Allah, kata-kata yang hingga saat itu hanyalah menjadi suatu janji akan sebuah masa depan, namun setelah diucapkan oleh mulut Yesus, kata-kata itu menjadi kenyataan.
“Hari ini genaplah Nas tersebut”. Yesus menampakan waktu Allah, yang menemui kita untuk mengundang kita ikut serta pada masa kini Allah, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang. Inilah masa sekarang Allah yang menjadi nyata dalam diri Yesus, menjadi daging, menjadi cinta dan menjadi belas kasih yang tidak hanya mengharapkan terjadinya kejadian-kejadian yang ideal untuk mewartakan kehendak Allah, maupun menjadi alasan untuk tidak melaksanakan kehendak Allah. Inilah saat Allah, yang dinyatakan dalam setiap peristiwa dan dalam setiap ruang kehidupan manusia. Dalam Yesus menjadi nyata dan hiduplah masa depan yang dijanjikan Allah.
Namun tidak semua orang yang mendengar pernyataan Yesus itu merasa terundang. Tidak semua orang-orang yang ada di dekat Yesus yang tinggal di Nazaret, siap untuk mendengar itu, untuk percaya pada seseorang yang sudah mereka kenal sejak lama, yang mereka lihat pertumbuhannya sejak kecil dan tiba-tiba mengundang mereka untuk mewujudkan sebuah janji yang telah lama mereka nanti nantikan. Oleh karena itu mereka berkata, “Bukankah dia ini anak Yusuf?”
Kita sendiri juga dapat mengalami hal yang sama. Kita tidak selalu percaya bahwa Allah dapat melakukan hal-hal yang benar-benar nyata dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih kita tidak mudah percaya bahwa Allah dapat melakukan sebuah karya lewat seseorang yang sudah sangat kita kenal, seperti seorang teman seorang tetangga atau salah satu dari anggota keluarga kita. Kita tidak selalu percaya bahwa Allah bisa saja mengundang kita untuk sama-sama bekerja keras untuk Kerajaan-Nya, dalam sebuah bentuk yang sangat sederhana.
Sulit bagi kita untuk menerima bahwa cinta Allah benar-benar menjadi nyata, meski kita telah banyak menyaksikan bukti-bukti yang nyata dalam sejarah keselamatan, baik dalam bentuk yang menyakitkan maupun yang penuh kemuliaan. Tidak jarang juga kita bertindak seperti orang orang Nazaret itu, yang mengharapkan Allah yang jauh, yang tidak mereka kenal. Sebab Allah yang dekat, Allah yang kita kenal, Allah yang menjadi sahabat, mengajak kita untuk belajar lebih dekat dari kehidupan sehari-hari, dan yang terutama dalam persaudaraan. Dia bukanlah Allah yang menyukai hal-hal yang luar biasa dan spektakuler, melainkan Allah yang ingin memberikan kepada kita sebuah wajah sahabat dan teman seperjalanan. Allah itu nyata, karena cinta itu nyata. Dan kenyataan dari cinta itulah yang menjadi esensi paling mendasar dari kehidupan orang-orang Kristiani.
Kita juga dapat menghadapi risiko yang sama seperti orang-orang Nazareth ketika Injil mulai menunjukkan kenyataannya dalam kehidupan kita lewat orang-orang yang kita kenal. Kita juga akan mulai berkata, “ Bukankah dia anak Maria, anak Yusuf? Bukankah dia saudaranya si itu? Atau Bukankah dia kenalannya si anu? Bukankah dia anak muda yang pernah kita bantu? Bagaimana kita akan mempercayai dia? Bukankah dia dulu anak kecil yang selalu memecahkan jendela dengan bolanya?” Karena komentar-komentar itulah anak-anak muda yang terlahir untuk hal-hal kenabian tidak mudah dipercaya.
Hal itu juga dapat terjadi pada diri kalian, anak-anak muda yang terkasih, setiap saat ketika kalian berpikir bahwa misi, hidup dan panggilan kalian adalah sebuah janji tapi hanya untuk masa depan, dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan masa ini. Seolah-olah menjadi anak muda berarti kita sekedar menunggu saat kita yang belum tiba, dan sambil menunggu saat itu tiba, telah disiapkan bagi kita suatu masa depan yang telah dipaketkan, disusun dan memiliki garansi.
Kami tidak ingin memberikan kepada kalian masa depan hasil eksperimen laboratorium, sebab itu adalah sukacita yang fiktif, bukan lah sukacita saat ini, bukankah sukacita yang nyata. Dan dengan sukacita yang fiktif itu, diharapkan kita hidup tenang Tenang supaya kalian tidak terlalu banyak membuat keributan, dan mengganggu ketenangan orang banyak, agar kalian tidak terlalu banyak bertanya kepada kami. Dan sementara itu pula mimpi-mimpi kalian ditahan untuk terbang, ditahan untuk dapat menjadi kenyataan.
Mimpi-mimpi itu dibiarkan tidur dan menjadi sebuah kesedihan, dan itu terjadi hanya karena mereka berpikir bahwa saat kalian belum tiba, bahwa kalian masih terlalu muda untuk terlibat, untuk bermimpi dan ambil bagian dalam mewujudkan masa depan. Tapi kalian tahu sesuatu? Beberapa anak muda menyukai hal itu. Tolong! Mari kita bantu mereka agar mereka tidak menyukai hal itu. Mari kita ajak mereka untuk berontak. Mari kita ajak mereka untuk menghidupi masa kini Allah.
Salah satu buah dari sinode masa lalu adalah kekayaan untuk dapat berjumpa seperti saat ini, dan terutama untuk saling mendengarkan. Suatu kekayaan yang berupa kemampuan untuk mendengarkan antar generasi. Kekayaan dalam menyadari bahwa kita saling membutuhkan, menyadari bahwa kita harus menjadi saluran dan memfasilitasi agar anak-anak muda dapat menjadi saluran, ikut ambil bagian dan bermimpi, ikut bekerja demi mewujudkan masa depan sejak saat ini. Namun tidak sendiri-sendiri, mainkan bersama-sama, dengan menciptakan ruang untuk bekerjasama, ruang yang juga harus Kalian usahakan sendiri. Sebab hidup adalah hari ini. Tidak seorangpun dapat menjanjikan suatu hari di masa depan bagimu. Hidupmu adalah hari ini. Saatmu untuk berusaha adalah hari ini, ruangmu ada hari ini. Bagaimana kalian akan menanggapi hal ini?
Anak-anak muda yang terkasih, kalian bukanlah masa depan. tidaklah benar mengatakan bahwa kalian adalah masa depan. Bukan! Kalian adalah masa sekarang. Kalian bukanlah masa depan Allah. Kalian anak muda adalah masa sekarang Allah. Allah yang mengumpulkan kalian. Allah mengundang kalian untuk menjadi bagian dari komunitas komunitas-Nya. Kalian ditempatkan di kota-kota dimana kalian harus mencari orang-orang tua, para kakek nenek, para ayah ibu, untuk berdiri bersama mereka, untuk berkata-kata dan bertindak dan mewujudkan mimpi yang telah menjadi mimpi Allah. Tidak besok melainkan hari ini, karena pada masa sekarang lah hatimu, pikiranmu, hidupmu. Dan mereka yang mencintai, yang benar-benar mencintai, mereka lah yang akan menang.
Mereka akan membawa pengaruh kepada semua orang. Merekalah yang dapat mengajak semua orang untuk berdiri dan mewujudkan masa depan. Merekalah yang akan memberi semangat ketika semua orang itu merasakan lelah. Merekalah yang akan membuat banyak orang merasa kagum dan berterima kasih. Sadarilah bahwa kalian memiliki misi. Di situ adalah untuk mencintai dan membuat semua orang memiliki cinta itu. Kita dapat memiliki segala hal. Namun, anak-anak muda yang terkasih, apabila kita kekurangan gairah cinta itu, kita akan kekurangan semuanya. Gairah cinta akan masa sekarang. Dan marilah kita membiarkan Allah mencintai lewat kita dan membawa kita mewujudkan masa depan.
Bagi Yesus tidak ada yang namanya ‘sementara itu’. Bagi Yesus hanya ada cinta belas kasih yang memenangkan banyak hati. Itulah yang harus menjadi harta kita, sebab Yesus bukanlah suatu ‘sementara itu’, sebuah mode yang sekarang disukai dan nanti tidak lagi. Melainkan Yesus adalah cinta yang memberikan diri dan meminta pemberian diri. Yesus adalah cinta yang nyata hari ini, dekat dan menjadi sahabat. Yesus adalah Sukacita sejati yang ikut ambil bagian meski dalam keadaan yang sulit dan penuh bahaya. Dialah cinta kasih, solidaritas dan persaudaraan di hadapan banyak mata dari orang-orang yang tidak mampu berbuat apa-apa, atau berpikir bahwa mereka tidak mampu berbuat apa-apa Karena rasa takut atau karena disingkirkan, dan karena korban spekulasi dan manipulasi.
Saudara-saudara, Tuhan dan misinya bukan sekedar ‘sementara itu’ atau pengisi waktu. Misi kalian bukanlah sesuatu yang sekarang ada nanti tidak ada lagi. Misi kalian bukanlah hanya sekedar di Hari Anak Muda Sedunia ini. Misi kalian adalah hidup kalian, hari ini ini dan seterusnya.
Pada hari hari ini yang menjadi penekanan adalah FIAT Maria. Bunda Maria tidak hanya percaya kepada Allah janji janji-Nya sebagai sesuatu yang mungkin terjadi. Kepercayaan Maria kepada Allah yang membuat dia mampu berkata YA hari ini. Bunda Maria sadar bahwa dia memiliki misi, dan dia jatuh cinta. Itulah yang menjadi awal dari komitmennya sepanjang hidup.
Semoga kalian pun sadar bahwa kalian memiliki misi, membiarkan diri jatuh cinta, dan Allah yang akan menggenapi segalanya. Dan seperti apa yang terjadi dalam sinagoga di nazaret, Tuhan yang ada di tengah-tengah kita, di tengah-tengah sahabat dan orang-orang yang Dia kenal, berdiri di hadapan kita, mengambil gulungan kitab dan berkata, “hari ini genap lah Nas Kitab Suci yang baru saja kalian dengar.”
Anak-anak muda yang terkasih, maukah kalian hidup dalam kasih Allah yang nyata? Semoga jawaban ‘YA’ kalian, terus menjadi pintu masuk yang terbuka, agar Roh Kudus memberikan kepada kita Pentakosta yang baru, pada Gereja dan kepada seluruh dunia. Amin.
Komkep KWI