Kota Maumere dikenal salah satunya dengan lagu dan tarian yang seringkali diputar dalam event-event atau acara olah raga bersama. Kota yang berlimpah terik sinar matahari ini menjadi tempat pertemuan Komisi Kepemudaan Regio Nusra. Selama 3 hari (14-16/05), para pengurus komkep keuskupan-keuskupan di Region Nusra berkumpul di aula Gereja Katedral.
“Mari kita berbagi sukacita dalam kehidupan kita,” ungkap Rm. Antonius Haryanto, sekretaris komisi kepemudaan KWI, dalam homili misa pembukaan di Gereja Katedral Maumere. “Kita dihadapkan pada banyak pilihan. Tapi kita harus berani mengambil pilihan jalan kebenaran yang bisa jadi tidak menyenangkan dan bertentangan dengan banyak orang,” tegas Rm. Hary. Dalam pertemuan yang dihadiri 150 orang muda dan para pengurus komkep ini dilanjutkan dengan paparan dan diskusi berkaitan dengan sinode 2018.
Pada hari kedua, Anne dan Rm Hary memaparkan berkaitan dengan hasil sinode 2018. Dimulai dengan pemaparan program dan kegiatan Komisi Kepemudaan KWI, Romo Hary menceritakan runutan keterlibatan Komkep dan rekan-rekan muda dalam pelayanan bagi dan oleh OMK. Inspirasi-inspirasi pun diberikan lewat cerita keterlibatan dalam Pra-Sinode sampai Sinode Para Uskup Sedunia tentang Orang Muda, hingga inisiasi aktif dalam kegiatan Temu Kebangsaan Orang Muda lintas agama.
Para peserta raker menyambut gayung cerita dengan asik berdiskusi pada paruh kedua sesi. Diskusi menekankan pada 5 topik yang disarikan dari Dokumen Final Sinode Para Uskup tentang Orang Muda, yakni liturgi yang hidup, formatio yang berkualitas, diskresi panggilan, karya misioner, dan sarana digital. Diskusi berlangsung hangat dalam kelompok-kelompok kecil dipandu oleh pertanyaan kritis dari Anne dan Romo Hary dalam menanggapi peserta. Komkep KWI menekankan pada pentingnya sinergi dan militansi dari OMK dan pendamping dalam menghadapi tantangan dalam karya. Dalam suatu bahasan mengenai keluhan atas kotbah Pastur yang membosankan, Romo Hary berceloteh, ‘OMK bisa lho nyamperin Romo dan bilang ‘Romo ada yang bisa dibantu ga soal kotbahnya..’, dan disambut gemuruh peserta raker sambil tersenyum.
Diskusi kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab bagi peserta raker. Dari isu serius terkait kaderisasi berjenjang hingga candaan satir tentang senioritas dan ‘geng’ dalam OMK sendiri, terlihat jelas bahwa urgensi pembinaan OMK membutuhkan bukan hanya sekedar membuat kegiatan demi kegiatan, namun diperlukan tahap perumusan masalah serta kebutuhan OMK dan siklus evaluasi program yang jelas. Kemewahan Nusra, terutama Pulau Flores, yang merupakan wilayah dengan populasi umat Katolik terbesar di Indonesia, jangan sampai membuat Regio Nusra terlena dan abai dalam mengkader secara intensif OMK-nya di tengah tantangan radikalisme, keteladanan hirarki-umat, dan kemiskinan yang masih rumit membelit.
Namun, Nusra tetaplah Nusra yang ramah dan hangat, dan pasir putih pantai Maumere selalu jadi sumber kekaguman. ‘Tuhan tersenyum di bumi Flobamora..’
Maumere, 14-16 Mei 2019.