Kota Malang penuh kenangan. Kota kecil dengan banyak tempat kuliner dan wisata membuat orang betah tinggal di tempat ini. Pada sore itu, teman-teman Komisi Kepemudaan Keuskupan Regio Jawa mulai berdatangan ke Rumah Retret Pasionis. Selama 4 hari para peserta rapat yang berjumlah 30 orang ini akan mengadakan evaluasi dari kaderisasi orang muda yang telah dilakukan selama satu tahun.
Mgr. Pius Riana Prapdi, Ketua Komisi Kepemudaan KWI, membuka pertemuan dengan misa bersama. Dalam homilinya beliau mengucapkan terimakasih atas kehadiran dan kesediaan berproses dalam penyusunan modul Solid dan solider sebagai kurikulum baru Komkep se Regio Jawa.
Sesudah perayaan Ekaristi para peserta diajak untuk mengenal suasana kota malang di malam hari. Suasana keakraban sangat terasa dalam perjumpaan ini. Tentu pertemuan selama setahun ini membuat para peserta semakin mengenali satu sama lain.
Di hari kedua, para peserta mengadakan ngobrol bareng dengan Mgr. Pius. Beliau terkesan dengan homili Rm Wahyu – Ketua Komkep Bandung “Kata-kata yang baik keluar dari hati yang baik”. Kata2 yang baik itu adalah berkat. Bertutur kata baik adalah warta gembira/sukacita. Karena bertutur kata dengan baik artinya melakukan 3 tindakan sekaligus; Pertama, Mendiskripsikan bahwa seseorang itu bijak. Kedua, Mengangkat martabat seseorang sehingga ada perubahan hormonal dalam dirinya-fisik, kata nyata. Ketiga, Menggerakkan serta memotivasi
Maka berkata-kata baik memberi daya hidup dan menghidupkan. Bene dicere-berbicara mengenai hal-hal yang baik. Maka apresiasi atau pujian membuat tergerak dan terangkat. Pastoral OMK meneladani Yesus menjadi berkah bagi kita karena memberikan diri. tradisi atau suasana takut harus diubah menjadi berkah dengan senantiasa berkata baik karena berrati pewartaan kabar gembira/berevangelisasi/berkatekese yang berarti aslinya menggaungkan kembali, menggemakan lagi iman Kristus yang bangkit. Kalau kita berkata baik, maka kita menggemakan Kristus yang bangkit dengan memberikan diri kita seperti Kristus. Apa yang teman-teman lakukan adalah memberi hidup bagi pendamping dan OMK tetapi juga untuk diri sendiri. Setelah diskusi dengan Rm Budi, rupanya buku yang dibuat menjadi bahan refleksi dan bahan serta tolok ukur di keuskupan-keuskupan. Bagaimana ukurannya, oleh karena itulah dibuat kurikulum para pendamping. Mgr Pius bercerita, pada penutupan sinode OMK, Paus mengatakan memang gereja sedang dirundung banyak masalah, tetapi kita tidak takut karena kita bersama Allah dan Bunda Maria yang siap sedia menolong. Semoga menjadi inspirasi bagi seluruh Pendamping.
Hari-hari selanjutnya para peserta mengevaluasi bahan kaderisasi dan merevisinya. Rencananya setelah direvisi bahan-bahan kaderisasi ini akan dibukukan. Sesudah bekerja keras menyempurnakan buku pelatihan kaderisasi para peserta menutup pertemuan dengan mengujungi tempat-tempat wisata di Malang dengan penuh sukacita.