Orang muda adalah suatu tahapan usia ketika individu mempunyai harapan hidup lebih banyak ketimbang tahap usia lain seperti anak-anak dan lansia. Secara umum, orang muda yang berusia 15-35 tahun berada dalam kondisi fisik yang prima, karena mereka sedang bersiap untuk menapaki jalan hidup selanjutnya: menjadi dewasa.
Di tengah situasi epidemi Corona atau Covid-19, di manakah orang muda? Apakah mereka takut, bersembunyi, menghindar supaya tak kena wabah? Ternyata tidak! Dalam suatu pertemuan para pembina orang muda di berbagai keuskupan, terkuak sejumlah praktik baik yang berlangsung.
Merangkul yang Kuat, Menguatkan yang Lemah
Secara karitatif, orang muda Katolik (OMK) mengumpulkan dan mendistribusikan sembako bagi umat prasejahtera. Selain umat prasejahtera, yang juga dibantu adalah mereka yang terdampak langsung oleh wabah, seperti pekerja/buruh harian yang kehilangan pekerjaan. Sejumlah OMK di berbagai daerah, di antaranya bersama ibu-ibu di paroki, membuat masker.
Menarik ketika OMK bekerjasama dengan Seksi Komunikasi Sosial (Komsos) di paroki, bersama-sama menjadi saluran informasi yang terpercaya bagi umat agar umat tidak mudah terpapar hoaks. Jaringan komunikasi ini penting juga untuk menggalang bantuan, seperti dituturkan seorang pastor, “Dana itu mudah diperoleh dari umat karena memang banyak yang mau membantu, asalkan informasinya jelas.”
Penggunaan media digital, media sosial, di kalangan OMK juga sangat efektif karena media tersebut adalah dunia mereka. Seorang pastor mengatakan, “Saat misa-misa streaming, kami cermati, sebagian besar pemirsanya adalah OMK.”
Yang juga menarik adalah, lagi-lagi karena dunianya orang muda, di satu grup WA yang beranggotakan OMK dari hampir seluruh provinsi di Indonesia, membuat cover version lagu ‘Betapa Tidak Kita Bersyukur’ (Puji Syukur no. 707). Baris-baris lagu itu diganti dengan bahasa berbagai daerah dan dinyanyikan oleh OMK yang berasal dari daerah itu. Tercatat, yang menyanyi adalah OMK dari Ambon, Lampung, Nias, Medan, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Manado, Manggarai, Toraja, Makassar, Kutai dan Bali. Mereka berharap, melalui nyanyian tersebut, mereka dapat berbagi rasa syukur di tengah situasi pandemi untuk mengurangi rasa takut dan cemas yang berlebihan. “Tuhan memberi anugerah berupa hidup kepada kita. Tentu Tuhan tidak akan membiarkan bangsa kita hidup dalam kegelapan dan kecemasan,” tutur seseorang di antaranya.
Kegembiraan dan Harapan, Duka dan Kecemasan
Dalam karya pastoral bersama OMK, selalu ada kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan yang patut kita syukuri. Rasa syukur itulah yang terus mendorong kita untuk lebih banyak lagi berkarya bersama OMK.
Pokok-pokok penting dalam Seruan Apostolik yang ditulis oleh Paus Fransiskus, Christus Vivit, menekankan pentingnya OMK menjadi aktor dalam hidupnya. Beberapa pokok penting yang disampaikan Paus:
- orang muda menjadi perpanjangan tangan Tuhan dalam setiap zamannya.
- Allah tidak pernah bekerja sendirian. Allah menggunakan orang muda untuk bekerja.
- Yesus Kristus selalu muda.
- orang muda adalah masa kini Allah.
- orang muda menghadirkan Gereja yang selalu muda.
- diskresi panggilan atau pilihan panggilan hidup
Harapan terhadap OMK adalah:
- menjadi misionaris pemberani dari pribadi ke pribadi.
- dipanggil untuk menjadi saksi Injil, hidup dalam sukacita.
- menjadi pembawa warta gembira karya penyelamatan Allah.
- menjadi pembawa perubahan besar.
- menjadi pemeran utama yang memberi keteladanan.
- keberanian untuk membuat keputusan dalam hidup.
OMK bukan hanya wajah Gereja dan bangsa pada masa depan. OMK adalah wajah Gereja dan bangsa saat ini. Bagaimanakah rupa wajah itu? (Helena D. Justicia)
2 thoughts on “ORANG MUDA DI TENGAH CORONA”
Rian Rowagoa
(April 15, 2020 - 07:36)SemanGat Terus Orang2 muda yg Luar biasa,TUhan Memberkati😇🙏
Rian Rowagoa
(April 15, 2020 - 07:36)TuHan MemberkaTi😇🙏