Karakter Kebangsaan bagi Orang Muda Saat Ini

Apakah perlu menumbuhkan semangat kebangsaan untuk generasi muda saat ini? Seberapa penting generasi muda Katolik berwawawasan kebangsaan?

 

Pertanyaan itu mengemuka dalam proses kehidupan demokrasi di Indonesia saat ini, ketika radikalisme agama merajalela dan tragisnya, mengorbankan enam nyawa pengikut Habib Riziq Shihab (Imam Besar Pembela Islam/FPI) pada 8 Desember 2020, tepat dua hari sebelum Peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) setiap tanggal 10 Desember.

 

100% Katolik, 100% Indonesia

Laurentius Amrih Jinangkung, Duta Besar RI juntuk Vatikan menyatakan, ‘Konsep 100% Katolik 100% Indonesia’ ini final dan tidak dapat ditawar. Ketika dicetuskan, sudah melalui perenungan mendalam. Konsep itu menumbuhkan semangat  kebangsaan. Kita sebagai warga Katolik sangat mendukung karena semua elemen masyarakat. Elemen bangsa dan negara merupakan bagian dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini hal yang sangat bagus dan karenanya perlu didukung oleh hierarki Gereja Katolik.

 

Tiap zaman, menurut Amrih, “Tentu punya tantangan masing-masing. Yang menjadi penting adalah bagaimana merumuskan tantangan yang kita hadapi dan cara menghadapinya. Let’s do it. Refleksi apa yang ada di belakang kita itu penting untuk merumuskan apa yang akan dilakukan pada masa depan.”

 

Amrih meneruskan, “Budaya menjadi ciri khas suatu bangsa. Bangsa yang tidak punya budaya akan kehilangan ciri khasnya. Tidak ada rohnya. Sesuatu yang penting; budaya tak hanya dirawat namun juga dilaksanakan. Dirawat, dipupuk, dikembangkan . “Orang mengenali kita dalam dunia internasional karena budaya”, papar Amrih.. Budaya bukan sekadar bentuk-bentuknya. Karena merupakan ‘roh’ suatu bangsa, budaya mencerminkan cara berpikir, bertindak dan berperilaku. Mempertahankan, melaksanakan dan memupuk budaya itu tentu menjadi sesuatu yang kita pertahankan untuk dilaksanakan. Dan itulah jatidiri yang kita tampilkan di luar negeri itu .

 

Jati diri itu penting, karena itulah kita membangun jati diri; bagaimana kita menjadi orang Indonesia yang Katolik yang 100% dan Indonesa 100%. Jadi kita jika1 00% Katolik dan 100 % Indonesia, keindoesiaannya sangat kental.

 

Membangun Relasi antar Bangsa

Membangun Relasi antar Bangsa dalam pengalaman, budaya

Direktur Jenderal Bimas Katolik RI, Yohanes Bayu Samodro menyiapkan materi tentang

Katekese kebangsaan kita angkat dari sebuah pembangunan karakter. Karakter kebangsaan itu diawali dari suatu kebiasaan hidup sehari-hari yang makin lama makin berkerak, makin menjadi karakter. Sebenarnya karakter berasal dari bahasa Yunani, karatein yang berarti ‘to express’ , melukis, menggambar. Jadi kurang lebih seperti orang yang melukis di atas kertas, memahat batu atau logam. Berakar dari pengertian yang seperti itu, karakter diartikan sebagai suatu tanda atau ciri yang melahirkan  pandangan bahwa karakter adalah pola perilaku yang bersifat individual, keadaan moral seoeorang terlihat dari individu itu sendiri.

 

Dalam rentang kehidupan manusia, setelah melewati tahap anak- anak, seseorang dapat memiliki karakter; cara hidup yang dapat diramalkan. Karakter seseorang terkait dengan perilaku dan situasi lingkungan yang ada di sekitar dirinya. Karakter menurut Kamus Besar bahasa Indonesia merupakan sifat-sifat kejiwaan,  akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Dengan demikian, karakter adalah nilai-nilai yang unik, baik yang terpatri dalam diri maupun mengejawantah dalam perilaku.Karakter secara koheren memancar dari olah pikir, olah hati, olah rasa dan olah raga.

 

Mengenai kebangsaan atau nasionalisme adalah semangat cinta pada bangsa, dan berkeinginan menjaga, membela dan mengembangkangkan bangsa dalam segala aspeknya yang baik. Karakter kebangsaan dengan demikian dapat diartikan menjadi suatu nilai-nilai yang baik untuk menjaga, membela dan mengembangkan bangsa. Bagaimana karakter kebangsaan ini dapat tertanam?

 

Gagasan yang muncul dari Bimas Katolik adalah katekese atau pengajaran iman. Hal itu tidak dapat dijalankan sama sekali tanpa kerjasama dengan Gereja. Gereja adalah pemegang hak yang paling utama dalam katekese.

 

Katekese Kebangsaan ini menjadi tawaran yang di gagas bersama para Bapa Gereja. Bimas Katolik telah memngunjungi sejumlah keuskupan untuk bertemu para uskup, juga ormas-ormas Katolik. Katekese Kebangsaan akan dikemas dalam bentuk kaderisasi. Kaderisasi sendiri saat ini adalah program yang sangat diharapkan untuk mencapai cita-cita kebangsaan; untuk kembali menanamkan nilai-nilai kebangsaan pada generasi-generasi berikutnya. Tegas Bayu Samodro, “Kaderisasi menjadi sangat penting.  (Helena D. Justicia)

Post Author: admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *