Menjaga Perdamaian di Tengah Pandemi, Belajar Keutamaan dari Uskup Belo

Menjaga Perdamaian di Tengah Pandemi COVID-19 dengan Kisah Uskup Belo, Uskup Penegak HAM Timor-Timur

 

Carlos Filipe Ximenes Belo atau yang biasa disebut Uskup Belo adalah Uskup Katolik kelahiran Buacau, Timor Leste. Uskup Belo yang lahir pada tanggal 3 Februari 1948 adalah anak dari pasangan Domingo Vaz F dan Ermelinda Baptista F. Pada tahun 1981 beliau kembali ke Timur Leste, selama 1 tahun beliau menjadi guru dan menjadi kepala di Kolese Salesian daerah Fatumaca selama dua bulan. Pada tahun 1983 saat Martinho da Costa Lopes undur diri dari pimpinanpolitik dan agama Timor Leste, Uskup Belo ditunjuk untuk menjadi pemimpin gereja Timor Timur oleh Administratur Apostolik Diosis Dili. Beliau ditahbiskan menjadi Uskup oleh Francesco Canalini, FX Hadisumarta, O.Carm, sertaDonatus Djagom. pada tanggal 19 Juni 1988. Uskup Belo merupakan salah satu tokoh penegak HAM di Timor-Timur dalam mencapai perdamaian di wilayah Timor-Timur. Upaya dan usaha Uskup Belo yang nekat tersebut mendapatpengakuan dari dunia internasional kala itu, beliau bersama Jose Ramos H dianugerahi Penghargaan Perdamaian Nobel pada bulan Desember 1996.

 

Berbicara tentang perdamaian, seperti dilansir dari https://kawanhukum.id/maraknya-kriminalitas-di-tengah-bencana-pandemi-covid-19-mengapa/ disitu disebutkan bahwa kriminalitas/kejahatan meningkat sebanyak 7.04% di Indonesia terhitung sejak awal bulan Mei dan pandemi COVID-19 berlangsung. Ada banyak kejahatan/ kriminalitas yang dilakukan dalam masa pandemi seperti ini bahkan, seperti :

 

  1. Rasisme di Internet

Pasti banyak, tidak asing, dengan kata “rasisme”, hal seperti ini pasti kerap dilakukan ada tidak adanya pandemi. Bahkan rasisme makin kiat meningkat apabila orang di karantina seperti ini, karena mereka bingung hendak melakukan aktivitas apa karena batas ruangnya hanya terbatasi di rumah. Alhasil mereka hanya membuka media sosial. Ada satu tindakan yang sangat dikagumi dari Uskup Belo, yaitu berani menyuarakan suara dan hak-hak kita sebagai sesama manusia tentang rasisme.

 

  1. Domestic Violence

Karena semenjak corona ini ada penerapan karantina sehingga semua orang diharuskan untuk tinggal di rumah dan dilarang untuk keluar rumah. Nah, permasalahannya tidak semua orang mempunyai hubungan yang baik dengan orang rumah, dalam hal ini adalah keluarga. Dengan seringnya bertemu dengan orang rumah, bisa saja meningkatkan kekerasan dalam rumah tangga tersebut, seperti KDRT antara suami dengan istri, penganiyaan anak, dan mungkin pelecahan seksual. Lalu bagaimana mencegah hal ini? Apabila bertemu dengan kasus seperti ini, segera hubungi aparat setempat agar segera ditangani. Apabila dibiarkan, dapat menyerang psikis korban, ini sangat berbahaya karena dapat meningkatkan potensi bunuh diri dan selfharm juga.

 

  1. Krisis Moralitas Pada Generasi Milineal

Semenjak pandemi ini dimulai, semua sekolah mengganti sistem pembelajarannya menjadi online class. Disini, para siswa yang memiliki krisis kemoralitasan menggunakan kesempatan ini untuk berlaku tidak sopan terhadap guru maupun dosennya, hal ini juga tidak terlepas banyak dari guru dan dosen yang masih gagap teknologi. Hal-hal yang tidak sopan yang kerap saya temukan di internet dan terekam lalu tersebar adalah dengan sengaja mereka menyalakan kamera dan menunjukkan hal tidak senonoh, bahkan ada yang sengaja tidur dan berkata kasar dengan guru maupun dosennya. Ini tentu saja sangat tidak menghargai para pengajar, sedih sekali melihatnya bahwa sekarang banyak generasi milineal yang mengalami krisis moralitas dan mereka memakai kesempatan tersebut untuk hal-hal yang merugikan orang lain.

 

  1. Penipu Penjualan Masker dan Hand Sanitizer

Dilansir dari World Health Organization (WHO), kita harus memiliki dua hal tersebut, masker dan handsanitizer, untuk mencegah penyebaran virus corona. Permasalahannya hal ini dimanfaatkan oleh orang-orang jahat, mereka memborong masker dalam jumlah banyak, dan dijual dengan harga tinggi, tentu ini merupakan tindakan kejahatan, ketika orang sedang genting membutuhkan, malah dipakai untuk keuntungan diri sendiri. Begitu juga handsanitizer yang dijual dengan komposisi sembarangan tanpa mengikuti aturan dari WHO, “asal jual yang penting dapat uang” mungkin prinsip yang mereka pegang.

 

Dari berbagai macam kejahatan diatas, yang sebenarnya masih banyak apabila disebutkan secara satu per satu, dari sini kita bisa menilai bahwa apapun itu kondisinya, apapun itu bencananya, selalu ada kejahatan di lingkungan kita. Lalu langkah apa yang dapat kita lakukan? Dengan menerapkan tindakan aksi yang dilakukan Uskup Belo, menjaga perdamaian di sekitar kita bisa dimulai dari kita sendiri tidak harus orang lain yang bergerak pertama kali dalam melakukan aksi perdamaian, kitalah yang harus memulainya. Apa saja hal yang harus kita lakukan dalam menjaga perdamaian? Belajar menenangkan diri apabila kita mendapati masalah yang dirasa kita memberati kita, menerimanya dengan kepala dingin, berusaha menerima dengan ikhlas masalah-masalah yang menimpa kita karena itu bisa jadi masalah tersebut mendewasakan kita dalam bersikap.

 

Kita bisa menjadi seseorang yang berkepala dingin dalam menyikapi masalah tanpa harus marah-marah, yang sebenarnya marah-marah tidak baik untuk jiwa kita, merusak ketentraman di dalam jiwa kita. Maka dari itu, kita juga belajar bagaimana cara mengontrol amarah kita agar tetap menjaga perdamaian di sekitar lingkungan kita. Doa dan mendekatkan diri kepada Tuhan bisa menjadi cara untuk menenangkan diri apabila kita mendapat masalah yang menyusahkan dan terasa berat bagi kita, agar kita bisa menerimanya tanpa marah-marah. Bercerita dengan teman kita atau seseorang yang kita mintai pendapatnya, bisa membantu kita merendam amarah terhadap masalah itu. Intinya adalah menenangkan hati adalah kunci utama dalam mencapai suasana yang damai.

 

Kita harus bisa menjadi Uskup Belo versi kita sendiri, baik itu di lingkungan pertemanan, keluarga dan masyarakat. Terlepas dari apa latar belakang kita, ras, agama, budaya, perdamaian itu harus mencakup semua orang. Semua orang berhak mendapat perdamaian dalam hidup mereka. Dan perubahan untuk mewujudkan suasana damai harus dimulai dari kita sendiri. Kita bisa mengedukasi ke teman sekitar betapa pentingnya perdamaian. Kalau tidak dari kita sendiri, siapa lagi?

 

Kita juga dapat menerapkan aksi Uskup Belo berikut dalam kehidupan sehari-hari kita, antara lain:

  1. Berani Menyuarakan Suara Rakyat

Tindakan Uskup Belo merupakan tindakan berani dan superhero. Beliau berani menyuarakan suara rakyat kepada pemerintah, mengkritik tegas apa yang dilakukan pemerintah itu menentang hak-hak asasi manusia sebagai masyarakat Timor Leste. Tindakan Uskup Belo mendapat perhatian internasional, terbukti dengan penghargaan yang ia dapatkan, Penghargaan Perdamaian Nobel tahun 1996. Uskup Belo menggunakan teori konstruktivisme, skripsi ini mengkaji peran aktor nonnegara, untuk menyelesaikan konflik yang terjadi antara masyarakat Timor Leste dan Pemerintah Indonesia.

 

  1. Maju Tak Gentar

Uskup Belo menyelesaikan apa yang beliau mulai. Beliau terus maju sampai kasus yang  beliau tangani selesai dan tuntas disertai dengan solusi dan tak lupa selalu berada pada jalur perdamaian. Uskup Belo berjuang sampai batasnya dalam menyelamatkan hak asasi manusia. Ini sangat berkesinambungan dengan kehidupan kita sekarang, apabila kita mendapat masalah dan sudah telanjur terikat dalam permasalahannya, harus segera kita selesaikan sampai tuntas, dan jangan lari dari masalah tersebut. Mungkin banyak hal yang bisa kita ambil dari permasalahan-permasalahan yang menimpa kita.

 

  1. Menerapkan Hukum Cinta Kasih Secara Nyata

Seperti kita ketahui bersama bahwa dalam penyelesaian konflik Timor Timur Uskup Bello menerapkan hukum cinta kasih secara nyata, menghindari konflik terbuka dan selalu mengedepankan dialog. Oleh karena itu Uskup Bello selalu bisa diterima baik oleh kedua belah pihak yang berkonflik karena beliau terbukti sebagai orang yang dapat dipercaya, amanah dan selalu membawa pesan damai dan kebaikan bagi sesama.

 

Banyak sekali pelajaran hidup dari Uskup Belo yang dapat kita petik dan implementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Penting bagi diri sendiri dan orang lain agar menjaga perdamaian di tengah kehidupan masyarakat seimbang. Terlebih lagi di era pandemi seperti ini, kita terpaksa di rumah atau berkarantina, memaksa kita tidak bersosialisasi dengan dunia luar, bisa memengaruhi kesehatan mental kita, seperti menjadi lebih mudah sensitif ataupun marah yang mana dua hal tersebut bisa memicu perselisihan atau kesalahpahaman. Salah satu langkahnya agar tetap menjaga perdamaian adalah dimulai dari kita sendiri, dengan tenang menghadapi masalah atau berdoa kepada Tuhan untuk diberi ketenangan dalam menangani masalah. Semoga dari artikel yang saya tulis, bisa diambil pelajaran penting bahwa perdamaian haruslah dan selalu dijaga kestabilannya dalam hidup bermasyarakat.

 

Penulis : Rr Josephine Chandra Kirana, Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi 2020.

Post Author: admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *