Penulis: Angelina Ila Tha
(Orang Muda Katolik Kapela Hati Kudus Yesus Bimoku, Paroki Santo Yoseph Pekerja Penfui, Keuskupan Agung Kupang)
REFLEKSI | Menjadi anak-anak Allah adalah suatu hadiah istimewa dalam hidup umat Kristiani. Kita perlu berbangga, karena Allah memilih pribadi kita untuk mengambil bagian dalam karya keselamatan-Nya. Berhimpun dalam persekutuan umat Allah merupakan pencapaian besar yang diimpikan oleh setiap kita. Dalam karya dan pelayanan, kita pasti berusaha untuk tidak hanya menjadi pribadi yang “ada”, namun juga membawa arti dalam kebersamaan.
Umat Kristiani saat ini mau tidak mau harus menghadapi era globalisasi. Era di mana dunia begitu terbuka, tiada lagi sekat pemisah, semuanya begitu nyata walau dalam dunia maya. Era di mana banyak sekali kecenderungan untuk berpaling dari kebenaran. Umat Kristiani juga sekarang ini bersama dunia sedang menghadapi situasi pandemi.
Dahulu para murid berkarya mewartakan Injil, kini sebagian orang ‘berkarya’ mewartakan hoax dan bullying. Dahulu Maria dan Elisabeth dengan sukacita saling mengunjungi, menguatkan, dan meneguhkan keduanya di masa-masa sulit, kini sebagian kita berusaha terlihat suci padahal saling mengumbar aib. Miris memang, apalagi jika ini dilakukan juga oleh sebagian Orang Muda Katolik.
Sejak jaman Yesus, orang muda sudah mengambil peran dalam karya keselamatan-Nya. Disebutkan bahwa beberapa murid Yesus merupakan orang muda yang dipanggil lewat berbagai latar belakang.
1 Timotius 4:12, dengan jelas mengatakan, “Jangan biarkan orang lain memandang rendah dirimu karena kamu masih muda, tetapi berikan teladan bagi orang-orang percaya dalam ucapan, perilaku, cinta, iman, dan kemurnian”. Hal ini sebenarnya mau menunjukkan spirit orang muda dengan daya juang yang tinggi perlu dikokohkan dalam mewartakan Kerajaan Allah dan melayani sesama.
Dalam hidup kita Orang Muda Katolik saat ini, kita juga tidak memungkiri bahwa acap kali kita berjalan dalam lembah kekelaman, jatuh dalam lubang dosa, tidak sanggup memikul salib hidup dan mungkin juga menyangkal Yesus layaknya Petrus.
Dalam beberapa momen, kita pastinya menemukan suatu keadaan di mana kita tidak pantas disebut sebagai anak Allah, namun toh pada suatu titik kita seperti diangkat dengan suatu kuasa yang kita sendiri pun hanya terpana dengan jalan Tuhan yang sulit ditebak.
Masalah dan persoalan, tantangan dan hambatan seharusnya tidak menjadi batu sandungan bagi kita Orang Muda Katolik dalam mengarungi bahtera hidup. Badai pasti datang menerpa, namun kita punya Allah yang dengan gagah, berdiri meredakan gelombang badai hidup kita. Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu : “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali (Markus 4:39).
Kita semua khususnya Orang Muda Katolik harus menjadi pribadi yang percaya. Ketakutan dan kekhawatiran harus disingkirkan jauh-jauh dari hidup kita karena Allah mempercayakan hidup-Nya sampai pada Kayu Salib untuk meneguhkan Iman, Harapan, dan Kasih kita akan diri-Nya.
Orang Muda Katolik tidak harus hidup suci dan murni layaknya malaikat karena sejatinya manusia adalah makhluk rapuh dan berdosa. Tetapi Orang Muda Katolik harus berkeyakinan bahwa hidup bersama Allah berarti menyerahkan diri sepenuhnya dalam penyelenggaraan Allah, entah itu baik, buruk, suka, duka, sehat ataupun sakit.
Percayalah Allah kita bukanlah Allah yang jauh, melainkan Allah yang diam dan tinggal di dalam bilik hati kita masing-masing. Kehadiran orang muda perlu membawa kedamaian dan ketulusan hati untuk melayani Tuhan dan sesama.
“Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; Janganlah takut dan janganlah patah hati.” (Ulangan 31:8). (*)
1 thought on “Refleksi seorang OMK: Orang Muda bagi Tuhan dan Sesama”
Angelina Tha
(Juli 5, 2021 - 16:34)Terimakasih banyak Komisi Kepemudaan KWI sudah menerima dan mempublikasi tulisan saya .. Salve 😇