Hari Orang Muda Sedunia yang disingkat HOMS disambut dengan hangat oleh seluruh Keuskupan di tanah air. HOMS dirayakan dengan berbagai bentuk kegiatan. Ada keuskupan yang merayakan HOMS ke-36 tahun ini dengan seminar dan perayaan Ekaristi. Ada juga keuskupan yang merayakan HOMS ini dengan acara penanaman pohon, bakti sosial, kegiatan vaksinasi, katekese dan ziarah. Tema khusus yang digaungkan pun bermacam-macam sesuai dengan isu dan keprihatinan keuskupan terkait. Ada yang merayakan HOMS lingkup paroki, ada juga dalam lingkup keuskupan.
Komisi Kepemudaan Keuskupan Surabaya bekerjasama dengan OMK Suroboyo, Pusat Pastoral, dan Pastoral Difabel menyambut HOMS ini dengan antusias dan gembira. Dengan berani dan prokes yang ketat HOMS dirayakan dengan tatap muka. Ada 95 orang muda Katolik yang ikut HOMS kali ini. Mereka berasal dari 44 paroki dari 45 paroki yang ada di Keuskupan Surabaya. Peserta sangat beragam dan mewakili OMK di paroki-paroki. Keberagaman itu bisa ditinjau dari asal paroki yang berbeda, suku dan budaya yang mewakili suku dari Sabang sampai Merauke. Keragaman itu dilihat juga dari kapasitas fisik yakni adanya peserta difabel. Keragaman peserta ini menunjukkan wajah Gereja. Gereja Keuskupan Surabaya menunjukkan hati dan kasih Kristus yang inklusif bagi semua orang muda yang ada di Keuskupannya.
HOMS dirayakan di Wisma Betlehem Pohsarang – Kediri, Jawa Timur. Perayaan HOMS dimulai 19 November 2021 dengan katekese-katekese dan berpuncak pada perayaan Ekaristi Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam 21 November 2021. Para panitia yang mendampingi adalah imam-imam muda Projo Surabaya, katekis-katekis muda dan beberapa orang muda dari berbagai komunitas. Kepanitian itu sendiri merepresentasikan Gereja yang muda untuk orang muda. HOMS ini dari orang muda, oleh orang muda dan untuk orang muda.
HOMS diadakan karena seruan profetis Paus Fransiskus, suatu tradisi yang dilestarikan sejak Paus Yohanes Paulus II. Pada awalnya tahun 1985 Paus mengundang orang muda dari berbagai penjuru dunia untuk datang ke Roma. Selanjutnya, munculnya WYD (World Youth Day) dengan menunjuk suatu negara sebagai tuan rumah. Paus datang ke negara yang menjadi tuan rumah.
Sebenarnya WYD sama dengan HOMS ini, dan itu dirayakan tiap tahun. WYD tiga tahun sekali itu hanyalah puncak HOMS yang dirayakan setiap tahun. Baru kemudian, Paus bersama Dewan Kepausan bagi Orang Awam yang dikenal Dikasteri mengeluarkan Pedoman Pastoral Perayaan Hari Orang Muda Sedunia di Gereja partikular (keuskupan). Ini merupakan keputusan yang luar biasa dan menjadi angin baru. Ini adalah komitmen Gereja selalu hadir menemani orang muda di tengah gelombang dan badai hidup terlebih di situasi pandemi covid 19. Tema HOMS yang diserukan Paus Fransiskus adalah “Berdirilah, Aku menetapkan engkau menjadi saksi tentang apa yang engkau lihat.” Orang muda dicintai oleh Gereja sekaligus dipanggil untuk suatu misi cinta kasih.
HOMS di Keuskupan Surabaya sendiri bertema “Selalu Muda dalam Ekaristi.” Tema ini diinspirasikan dari Christus Vivit dan fokus tahunan Arah Dasar (ARDAS) Keuskupan Surabaya. Dari Christus Vivit diambil pernyataan: “Yesus selalu muda”. Gereja ingin selalu muda untuk dapat menjadi tempat yang nyaman, damai, penuh kasih bagi umat teruma orang muda. Fokus Ardas Keuskupan Surabaya tahun 2022 adalah “Bersatu dengan Tuhan Yesus” dalam sakramen terutama Ekaristi. Melalui fokus tahunan itu, Keuskupan Surabaya ingin memulihkan relasi umat dengan Tuhan. Pandemi covid tidak hanya berdampak bagi kesehatan jasmani tetapi juga kesehatan rohani. Kita tahu perayaan iman yang paling terganggu karena pandemi adalah Ekaristi. Padahal Ekaristi adalah Sumber dan Puncak hidup Kristiani, sumber dari sakramen gerejani dan terarah padanya (KGK 1324). Maka pada momentum HOMS dan pembukaan tahun liturgi itu, Komisi Kepemudaan Keuskupan Surabaya mulai berkatekese tentang Ekaristi. Gereja ingin memulihkan relasi orang muda dengan Tuhan Yesus lewat Ekaristi.
Pendemi bak pisau bermata dua. Selain membawa dampak negatif, covid 19 juga membantu membawa berkat. Kita boleh mengatakan bahwa karena pandemi inilah HOMS yang semula identik perayaan OMK dari keluarga kaya karena harus keluar negeri, sekarang eforianya dapat dirasakan oleh OMK seluruh keuskupan di dunia. Ini benar-benar menjadi perayaan orang muda sedunia, bukan hari orang muda di Italia, di Portugal atau yang lainnya. Situasi pandemi ini memberikan angin baru. Gereja tidak menunggu bola tetapi menjemput bola. Gereja mau berbau domba. Gereja mau menjangkau orang mudanya di plosok penjuru dunia. Gereja merangkul orang muda yang miskin dan kaya, difabel dan normal, OMK kota dan OMK desa. Gereja hadir dan memperhatikan semua dan mengasihi semua.
Perayaan HOMS kali ini pun lebih kontekstual dan menjawab kebutuhan ARDAS dan keprihatinan OMK di masing-masing keuskupan. Hal itulah yang telah dilakukan di Keuskupan Surabaya. Sejak hari pertama orang muda diajak untuk melihat hubungannya dengan Tuhan dalam Ekaristi selama 2 tahun pandemi ini. Hasil diskusi peserta dalam kelompok mengkrucut pada Ekaristi online membuat relasi dengan Tuhan semakin jauh. Ada banyak distract yang dirasakan ketika Ekaristi online. Maka tampak Ekaristi offline tidak tergantikan oleh Ekaristi online. Dalam Ekaristi offline tubuh Kristus benar-benar disambut dalam komuni kudus.
Data peserta itu dipertegas Romo Elva pada hari kedua. Dalam sesi “Pandemi dan Ekaristi,” Beliau berkata “dari sudut umat perayaan Ekaristi yang ditonton atau live hanyalah devosi. Ekaristi yang diikuti secara online hanyalah sarana memupuk kerinduan terhadap Tuhan Yesus.” Sepanjang hari kedua materi-materi katekese mempertegas kasih Gereja kepada orang muda, mempertegas Ekaristi adalah kebutuhan spiritual dan rohani bagi orang muda. Acara hari kedua diakhiri dengan pentas seni yang bertema “Orang Muda Mencintai Ekaristi”. Hampir semua peserta menampilkan drama tentang mencintai Ekaristi. Pada umumnya drama yang ditampilkan menggambarkan kerinduan, kesetiaan dan keterlibatan penuh terhadap Ekaristi offline. Drama perkelompok ini diselingi dengan Talkshow dengan narasumber dari Cafe Pastor yaitu Romo Theo dan Romo Peppy. Kedua imam muda ini mengelolah channel Youtube Café Pastor dengan konten katekese-katekese ringan dan OMK banget. Dua narasumber ini mendorong orang muda untuk mewartakan kasih Allah kepada teman-temannya lewat media sosial, lewat kesenangan dan talenta masing-masing.
Pada hari ketiga, acara berisi pengakuan dosa, dan perayaan Ekaristi orang muda. Perayaan Ekaristi yang dilaksanakan sudah direncanakan meriah, lengkap, megah baik dari sisi petugas liturgi, kor, maupun yang lain-lain. Ini bertujuan agar orang muda kembali merasakan aspek magis dan suci dari Ekaristi. Ini menjawab realitas yang tergambar dari hasil google form. Ada 81,7% peserta menyatakan tidak dapat menghayati Ekaristi online selama pandemi karena suasana yang tidak mendukung. Kebiasaan online ini membunuh kemampuan merasakan magis dan sakralnya seluruh perayaan Ekaristi. Nah, misa penutup ini diupayakan menjawab kerinduan itu sehingga dapat terus dirayakan di paroki masing-masing.
HOMS di Keuskupan Surabaya ini memiliki tujuan khusus. Ketika Romo Elva memberi homili pada misa persiapan bersama panitia, beliau mengatakan, “Kita di sini bertujuan untuk mengembalikan hati orang muda kepada Allah. Hati yang terluka oleh situasi pandemi, hati yang terluka karena pengalaman pahit akibat pandemi, hati yang luka karena jauh dari Ekaristi diupayakan agar kembali kepada Allah.” Upaya pengembalian hati anak muda kepada Allah tampak dalam seluruh perayaan HOMS kali ini. Ada katekese tentang Ekaristi, ada sakramen tobat, dan misa meriah kaum muda, yang diikuti penegasan komitmen peserta. Ekaristi dan sakramen tobat adalah kado bagi Tuhan Yesus” kata Prisca Maria Ding sebagai salah satu panitia HOMS. Sekian lama teman-teman muda itu tidak menerima sakramen tobat, saat HOMS ini benar-benar hati orang muda kembali dikuasai, dirajai dan dipulihkan oleh Raja Semesta Alam yakni Yesus Kristus. Tidak sedikit yang menangis ketika keluar dari kamar pengakuan dosa. Ini semua menjawab pernyataan kunci Paus Fransiskus di hari HOMS yang bertepatan dengan Kristus Raja Semesta Alam. Paus mengatakan: “Terimalah Kristus, Sambutlah Dia sebagai raja dalam dirimu.”
Perayaan HOMS berjalan dengan baik, berkesan, bermakna dan meriah. Yudhit selaku pendamping Komkep melihat indikator keberhasilan itu dari aspek-aspek perayaan HOMS itu sendiri. “HOMS adalah perayaan iman, pengalaman Gereja, pengalaman misioner, kesempatan penegasan panggilan kesucian, pengalaman peziarahan, pengalaman persaudaraan insani universal. Semua itu telah dialami peserta dalam HOMS ini, ujar Mas Yudhit. Ketua Komkep sendiri, Romo Elva merangkum keberhasilan perayaan HOMS ini dalam tiga kata yaitu selebrasi, refleksi dan aksi. Dalam perayaan HOMS ini, OMK tidak hanya diajak untuk pesta, tetapi diberi pemahaman iman lewat katekese, diajak untuk merasakan kerahiman Tuhan lewat sakramen tobat, dan terakhir diutus dengan aksi misioner. Betul, diakhir perayaan Ekaristi, peserta diminta untuk membuat komitmen masing-masing yang isinya mau setia merayakan Ekaristi secara offline dan mewartakan kasih Allah lewat berbagai cara termasuk lewat media sosial.
Ketua panitia, Kasimirus Tatebburuk, dalam sambutannya terakhir mengatakan, “bahwa HOMS ini tidak memberikan jawaban final segala persoalan hidup orang muda melainkan memberi cara bagaimana menemukan panggilan, jalan dan tujuan hidup. Jawaban final ada pada Yesus, ada dalam Ekaristi.” Nantikan HOMS 2022. Semoga OMK Surabaya bangkit mendengarkan sapaan Tuhan untuk berbagi kasih. OMK Surabaya kudu obah, los dol.
(Kasimirus dan Tim Medsos Komkep Surabaya)