Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam berbagai aspek kehidupan manusia telah bergerak semakin cepat dan mensyaratkan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari. Proses digitalisasi dan perubahan mindset manusia modern kearah kecerdasan buatan (artificial intelligence) telah menguasai hampir semua ruang kehidupan manusia.
Masyarakat Indonesia telah masuk ke dalam peradaban baru yang berkonsepkan kemajuan intelektualitas dengan mengarah pada Revolution Industry 4.0. Pengembangan konsep tersebut sebagai antisipasi terhadap gejolak disrupsi yang berdampak pada kehadiran Smart Society 5.0. yang dapat berpotensi dalam mengecilkan peran manusia sebagai makhluk ciptaan yang serupa dan segambar dengan Allah serta menggerus jatidiri kemanusiaan.
Peran Jurnalistik
Jurnalistik adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah, serta menyebarkan berita kepada khalayak seluas-luasnya dan secepatnya. Di era digital seperti saat ini, praktik jurnalisme sering menghadapi berbagai tantangan dan dinamika yang terus berkembang. Kehadiran teknologi digital telah dibarengi pula dengan jurnalisme instan dan informasi hoaks. Era disrupsi digital menuntut para jurnalis untuk selalu bersiap diri dalam menghadapi tantangan dan ancaman seperti mengutip begitu saja sumber informasi (misalnya dari media sosial) sehingga dapat menyebabkan lahirnya hoaks. Jurnalisme instan juga bisa dilihat dengan munculnya jurnalisme clickbait, yaitu jurnalisme yang bombastis dan sensasional. Terutama judul dapat dibuat demi menarik perhatian pembaca karena menciptakan kebebasan pers yang menjadikan tidak terkendali.
Setiap individu dapat memproduksi secara mandiri sebuah informasi atau berita sehingga yang diinformasikan atau diberitakan dapat berpeluang untuk menghasilkan kabar bohong atau disinformasi, misinformasi, atau malinformasi. Dalam memproduksi tersebut jika tidak melalui proses cek dan ricek (mencocokkan kembali tentang benar tidaknya sesuatu) serta kurang didukung dengan data dan referensi yang valid maka tidak terverifikasi dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Peran jurnalisme sebagai pembentuk opini dan wacana dalam masyarakat sangat memerlukan suatu integritas berupa etika dan moral yang baik dengan menjunjung tinggi kehormatan setiap individu manusia. Pers atau jurnalisme sebagai pembentuk arus utama opini semestinya tidak menjadi pengekor namun diharapkan dapat menjadi pelopor wacana publik dalam dinamika masyarakat.
Panggilan Pelayanan dan Pewartaan
Katekismus Gereja Katolik merumuskan Gereja sebagai “himpunan orang-orang yang digerakkan untuk berkumpul oleh Firman Allah, yakni, berhimpun bersama untuk membentuk Umat Allah dan yang diberi santapan dengan Tubuh kristus, menjadi Tubuh Kristus”. Eksistensi himpunan Umat Allah ini diwujudkan (secara lokal) dalam hidup berparoki atau dapat pula melalui komunitas sebagai basis kelompok pembinaan seperti di Orang Muda Katolik (OMK) dan Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK). Di dalam paroki atau komunitas inilah himpunan Umat Allah mengambil bagian dan terlibat dalam menghidupkan peribadatan yang menguduskan (Liturgia), mengembangkan pewartaan Kabar Gembira (Kerygma), menghadirkan dan membangun persekutuan (Koinonia), memajukan karya cinta kasih/pelayanan (Diakonia) dan memberi kesaksian sebagai murid-murid Tuhan Yesus Kristus (Martyria).
OMK atau KMK sebagai sebuah komunitas kaum muda Katolik merupakan wadah kreativitas, pengembangan, pengkaderan generasi muda di lingkungan stasi atau paroki atau kampus dalam lingkup Gereja Katolik. Kaum muda Katolik diundang untuk berpartisipasi dalam 5 (lima) pilar pelayanan Gereja. Sebagai sebuah komunitas diharapkan dapat terlibat secara aktif dalam pewartaan dengan beradaptasi terhadap perkembangan jurnalism di era digital. Kaum muda Katolik berada di bawah naungan Komisi Kepemudaan. Komisi Kepemudaan merupakan perangkat Gereja dengan tugas khusus memberi perhatian pada pembinaan dan pendampingan bagi kaum muda terpanggil. Kaum muda diharapkan dapat ikut mendukung kemajuan dan perkembangan TIK dan berdinamika bersama Gereja dan masyarakat umum.
Jurnalism Training
Berkaitan dengan tantangan dan peluang yang terjadi dalam dinamika di masyarakat maka Komisi Kepemudaan dan Kemahasiswaan Keuskupan Agung Makassar (KAMS) melaksanakan Jurnalism Training dengan tema “Developing Student Journalism Skills in the Digital Age” pada Sabtu, 23 April 2022 di Pusat Sentrum Pastoral Kevikepan Makassar. Kegiatan diikuti oleh mahasiswa yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) dari berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Perguruan tinggi tersebut di antaranya adalah Universitas Hasanuddin (UNHAS), Universitas Negeri Makassar (UNM), Universitas Atma Jaya Makassar (UAJM), Universitas Bosowa (Unibos), Universitas Dipa (UNDIPA), Universitas Fajar (UNIFA) dan lainnya. Melalui Jurnalism Training diharapkan OMK dapat berperan proaktif dan berkontribusi nyata dalam mendukung profesi jurnalistik dan mampu menjawab tantangan dan dinamika dalam Revolution Industry 4.0 dan Smart Society 5.0.
Era Society 5.0 mempersyaratkan 3 (tiga) kemampuan utama yang perlu disiapkan dan dimiliki oleh setiap individu OMK, yaitu: creativity, critical thinking, dan communication and collaboration. Sumber daya manusia Indonesia harus memiliki keterampilan dasar teknologi digital dan pola pikir kreatif demi memenuhi prasyarat kompetensi di abad ke-21 yang berfokus pada kemampuan problem solving, kolaborasi, berpikir kritis, dan kemampuan kreativitas.
Kegiatan pelatihan bulanan pertama bagi KMK dimulai bulan April 2022 dengan materi Jurnalism Training. Program pelatihan dilaksanakan setiap bulan pada minggu ke-3. Kegiatan diawali dengan doa pembukaan dan sambutan dari Pastor Alfius Tandirassing, Pr. yang adalah salah seorang imam diosesan di Keuskupan Agung Makassar (KAMS) serta menjabat sebagai Ketua Komisi Kepemudaan dan moderator Kemahasiswaan KAMS. Dalam sambutan, Pastor Alfius memberikan semangat kepada peserta yang hadir untuk selalu aktif berkegiatan di masa muda. Pelatihan bulanan yang pertama dibawakan oleh Ir. N. Tri S. Saptadi, S.Kom., MT., MM., IPM sebagai narasumber yang merupakan dosen Teknik Informatika serta Ekonomi dan Bisnis di kampus Universitas Atma Jaya Makassar. Kegiatan ini juga didukung oleh Dosen Katolik yang tergabung dalam Ikatan Dosen Katolik Indonesia (IKDKI) Wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat (SulSelTraBar).
Materi yang disampaikan meliputi pengertian jurnalistik, keprofesian wartawan, UU RI No 40 Tahun 1999 tentang Pers, kode etik jurnalistik, media penyebaran informasi, cakupan jurnalistik, unsur berita dengan 5W + 1H, kriteria berita, menulis artikel /opini di media massa dan tahapan dalam menulis artikel. Setelah itu dilakukan tanya-jawab dan praktik jurnalistik dengan membuat artikel dengan tema tertentu. Peserta yang membuat artikel diberi kesempatan presentasi kepada peserta yang hadir untuk didengarkan dan dinilai.
Keberhasilan pelatihan jurnalistik KMK selama setengah hari ditentukan oleh pengetahuan, keterampilan dan penguasaan materi yang diperoleh seluruh peserta selama mengikuti proses. Untuk dapat memastikan peserta akan pengetahuan dan pemahaman jurnalistik maka setiap peserta diberi tugas pembuatan artikel dengan tema dan jenis tertentu yang diberikan oleh narasumber. Selama 1 (satu) jam para peserta berproses membuat artikel yang kemudian hasilnya dikirimkan melalui email atau media WhatsApp. Terdapat 3 (tiga) peserta dengan artikel terbaik dan berhak untuk mendapatkan hadiah. Adapun judul artikel yang menjadi pemenang, yaitu: 1) Seks itu Sakral (jenis opini) oleh Axell Iesus Wizan Mramis, 2) Penundaan Pemilu: Solusi atau Kepentingan? (jenis opini) oleh Kristiano Didimus, dan 3) Demo 11 April Mahasiswa Makassar Bertempur dengan Aparat Kepolisian untuk Mendapatkan Kejayaan (jenis berita) oleh Stepanus Ardi Daki Duri.
Kegiatan yang dilaksanakan selama setengah hari dari pukul 14.00 -18.00 WITA, diakhiri dengan doa penutup oleh salah seorang peserta dari FMIPA UNHAS. Beberapa poin penting pelatihan, yaitu: 1) semoga apa yang telah dilalui dalam pelatihan bulanan ini dapat memberikan manfaat yang baik, 2) semoga peserta memperoleh pengetahuan, keterampilan dan pengalaman agar terus dapat dilatih dan dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan dalam jurnalistik, dan 3) semoga peserta dapat menerapkan dalam aktifitas sehari-hari baik di lingkungan kampus, Gereja maupun masyarakat pada umumnya sehingga pada akhirnya dapat berkontribusi bagi kemajuan dan perkembangan Gereja, bangsa dan negara.
Tri Suswanto Saptadi
(Komisi Kepemudaan dan Moderator Kemahasiswaan KAMS)