Menjawab Ardas dan Fakta Orang Muda
Satu jenjang pembinaan iman yang tidak boleh dilewatkan adalah usia muda. Slogan lawas “Orang muda adalah tulang punggung Gereja”, benar adanya. Usia muda adalah masa persiapan penting untuk beralih ke tahap dewasa dengan pilihan dan tantangan hidup yang beragam. Oleh karena itu, Gereja harus selalu menemani orang muda.

Hari Orang Muda Sedunia (HOMS) merupakan momentum istimewa bagi Gereja untuk mendengarkan orang muda. Gereja mau menunjukkan Yesus selalu muda bagi mereka (CV, 1). Tuhan Yesus selalu hadir dalam suka-duka setiap orang muda. Tuhan Yesus hadir bagi orang muda yang galau, putus asa, mager dan persoalan hidup lainnya. Salah satu kegalauan orang muda saat ini ialah soal pasangan hidup.
HOMS 2022 adalah kali kedua bagi Keuskupan Surabaya. Ardas Keuskupan Surabaya menetapkan tahun 2023 sebagai tahun “Bersatu dengan Tuhan Yesus dalam Keluarga”. Berdasarkan cita-cita itu, Komisi Orang Muda Katolik (KOMK) Keuskupan Surabaya menyusun tema HOMS berikut “Wanna Live Forever with Me?” Lewat tema itu, Gereja Keuskupan Surabaya, sebagai Sang Ibu Kasih, di bawah penggembalaan Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono, mau berjalan bersama anak muda dalam merencanakan hidup berkeluarga ala Katolik.

HOMS dengan peserta 393 orang dari 8 Kevikepan ini dilaksanakan di Sasana Krida Jatijejer selama tiga hari (18-20 November 2022). Acara yang berskala cukup besar ini diorganisir oleh Orang Muda Katolik (OMK). Mereka adalah alumni pastoral kaderisasi mahasiswa angkatan IV (2022) dan kaderisasi SMA. Satu hal yang sangat istimewa adalah kehadiran 16 peserta OMK difabel. Ini indah sekali karena menunjukkan Gereja yang terbuka kepada orang muda dari berbagai kondisi apa pun. HOMS ini juga dimeriahkan oleh Youcat Indonesia, Cafe Pastor, dan Bonum Apparel.
Perayaan HOMS ini tidak sekadar sesuai jiwa orang muda (rekreasi, games, ice breaking, pentas seni); tetapi juga penuh makna karena ada katekese, sesi-sesi yang sangat menarik, diskusi dan perayaan sakramen (Sakramen Tobat dan Ekaristi). Seluruh kegiatan mengingatkan menampilkan keagungan, kesucian hidup berkeluarga Katolik. Gereja berharap supaya peserta selalu melibatkan Tuhan dalam membangun kehidupan rumah tangganya. Tuhan menjadi nakhoda, sumber dan tujuan cinta dalam hidup berkeluarga mereka.

Kali ini, ada tiga bagian perayaan HOMS yakni pra-HOMS, tiga hari selebrasi HOMS, dan pasca-HOMS (di mana peserta menyusun komitmen di parokinya). Pra-HOMS terjadi di Kevikepan masing-masing dalam bentuk diskusi. Peserta diminta mendiskusikan beberapa pertanyaan: (1) Apakah hidup berkeluarga menjadi pilihan hidup Anda ke depan? (2) Apa yang Anda harapkan ketika nanti membangun hidup berkeluarga? (3) Apa yang Anda khawatirkan dalam hidup berkeluarga? (4) Upaya apa yang Anda lakukan untuk menyiapkan hidup berkeluarga?
Dari hasil pra-HOMS ada data penting yang harus diperhatikan oleh Tim Pastoral OMK. Pertama, 98% peserta ingin menikah. Kedua, umumnya peserta mengharapkan hubungan yang harmonis, mendapat keturunan dan bisa melayani Gereja. Ketiga, ada kekhawatiran dalam menikah yaitu KDRT, perselingkuhan dan finansial. Ada satu Kevikepan menjadikan persoalan finansial sebagai kekhawatiran yang paling utama dalam perkawinan. Keempat, peserta mempersiapkan diri untuk menikah dengan mematangkan pribadi, menyiapkan finansial, mencari pasangan yang tulus dan realistis.
Sesi-sesi yang Mengobarkan Cinta
Yudhit Ciphardian mengantar spirit yang harus dipegang oleh peserta selama HOMS berlangsung. Peserta tersentuh dengan gagasan pentingnya HOMS diadakan. Ada 85% peserta mengaku materi landasan HOMS ini mengesankan. Yudhit, komedian dan pengurus KOMK, memaparkan materi dengan sangat menarik, lucu serta amat relate dengan kehidupan anak muda saat ini. Dalam HOMS ini, OMK diharapkan semakin percaya diri, realistis, berani, apik atine (baik hatinya), menambah nilai diri, tidak jual mahal dan tidak norak dalam bergaul dengan lawan jenis. Meskipun gak good looking, kalau punya hal-hal tadi, pasti akan ketemu jodoh yang klop di hati.

Selanjutnya, Priscila Maria Ding, katekis Pusat Pastoral Keuskupan Surabaya, memandu diskusi 10 isu perkawinan. Isu itu adalah LGBT (lesbi, gay, biseksual, transgender), sandwich generation (generasi terbebani ekonomi orangtua sekaligus rumah tangganya sendiri), kumpul kebo, perceraian, long distance relationship (LDR, pacaran jarak jauh), backstreet, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kawin campur, toxic relationship (hubungan yang tidak sehat tapi sulit lepas, misalnya kekerasan dalam relasi pacaran), jomblo abadi dan childfree (bebas memilih mau punya anak atau tidak), bahkan pasangan vr (virtual reality). Semua isu itu tidak disetujui peserta. Namun, backstreet, kawin campur, single, LDR tergantung yang menjalani: bagaimana mereka mengatasi tantangan yang ada.
Setelah peserta diajak untuk melihat isu dan menentukan sikap atas isu, Ketua KOMK, RD. Silvester Elva Permadi mengajak peserta untuk melihat perkawinan menurut moral Katolik. Moral perkawinan Katolik dilihat dari Kitab Suci, pikiran dan natura manusia (KHK 1055 $ 1). Secara kodrat manusia lahir laki-laki atau perempuan, dan tidak bisa hidup tanpa orang lain. Kalau orang muda mengerti hukum perkawinan Katolik, pasti akan bisa meng-counter 11 isu yang ada.
Talkshow menghadirkan pasutri Yohanes Yudo Wibowo dan Indah Winarni serta pasutri Stefanus Tjiptadi dan Maria Sherly. Mereka berbagi tentang paket lengkap hidup berkeluarga. Dari dua pasangan ini, peserta mendapat pengalaman tentang bagaimana mengatasi perbedaan agama, LDR, perbedaan kepribadian, dan terutama bagaimana melibatkan Tuhan dalam hubungan perkawinan. Kedua pasangan talkshow ini punya resep yang sama dalam mencari pasangan hidup yaitu jadilah “diri sendiri, libatkan Tuhan.”

Sesi terakhir adalah peneguhan bersama RD. Andreas Putra Krishananta. Beliau mengingatkan bahwa hidup berkeluarga adalah panggilan Tuhan. Di dalam panggilan ada penyerahan diri, ada pertobatan dan ada perutusan. Yudhit pun ikut meneguhkan. Ia mengharapkan orang muda supaya pantaskan diri untuk dipilih dan memilih. “Resep untuk diterima adalah mau menerima, resep untuk dicintai adalah mencintai, resep untuk diperhatikan adalah mau memperhatikan, resep dihormati adalah mau menghormati orang lain,” ujarnya. Pada hari kedua dan ketiga panitia menyediakan kesempatan untuk penerimaan sakramen tobat. Ini kesempatan untuk pertobatan pemahaman hidup berkeluarga dan pertobatan dari dosa umum lainnya.
Jadilah Orang Muda yang Dirajai Kristus!
HOMS ini ditutup dengan perayaan Ekaristi Hari Raya Kristus Raja Semesta Allah yang dipersembahkan secara konselebrasi dengan selebran utama Vikaris Pastoral, RD. Agustinus Tribudi Utomo. “Misa Syukur ini untuk membungkus suka duka, kecemasan, keraguan dan keputusasaan perjalanan selama setahun masa liturgi Gereja dengan mengembalikan hidup agar dirajai oleh Allah”, ujar Romo Didik. Dalam situasi macam apapun, Tuhan Yesus menemani orang muda seperti Ia menemani dua orang berdosa yang mengalami titik akhir hidupnya. Maka, nyanyian yang selalu menggema dalam hati orang muda adalah “Jesus remember me when you come into Your Kingdom”.

Ada pesan menarik Rm. Didik, demikian beliau akrab disapa, tentang pacaran anak muda yang harus dalam kendali Kristus, Sang Maharaja. “Pacaran itu jangan berdua tetapi bertiga, Tuhan Yesus anti nyamuk yang menjaga pacaran. Satu-satunya yang harus ‘diselingkuhi’ sejak masa pacaran hingga akhir hidup dalam keluarga adalah Tuhan Yesus. Semakin intens pasangan ‘selingkuh’ sama Tuhan Yesus, cinta pasangan itu makin dalam, makin romantis dan tahan uji,” ucap Romo Didik. Semoga OMK membangun keluarga yang selalu dipimpin oleh Tuhan Yesus.
Kasimirus Tatebburuk
Katekis Pusat Pastoral Keuskupan Surabaya