BIOGRAFI SINGKAT
Oscar Arnulfo Romero dilahirkan pada tanggal 15 Agustus 1917 di Ciudad Barrios, sebuah kota di pegunungan di bagian timur El Salvador. Ketika Oscar berusia tiga belas tahun, ia mengatakan kepada keluarganya bahwa ia ingin menjadi seorang imam. Ayahnya menginginkan ia magang sebagai tukang kayu ketika ia berusia 13 tahun, tetapi Romero muda merasa terpanggil untuk menjalani imamat dan meninggalkan rumah pada tahun berikutnya untuk masuk seminari di San Miguel, kemudian ke San Salvador (ibukota El Salvador), dan dari sana ke Roma. Ia ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1942. Pada bulan Januari 1944 ia dipanggil kembali ke San Miguel oleh uskupnya dan segera menjadi sekretaris keuskupan. Umat menikmati khotbah-khotbahnya, yang disiarkan di radio.
Selama lebih dari 30 tahun, Oscar Romero bekerja di kantor-kantor Gereja Katolik di El Salvador. Ia membantu administrasi Gereja agar berjalan lancar, dan ia menikmati belajar teologi. Pada tahun 1970, ia diangkat menjadi uskup auksilier Keuskupan Agung San Salvador dan pada bulan Februari 1977, Oscar Romero menjadi Uskup Agung San Salvador, yang berarti ia adalah pemimpin rohani bagi semua umat Katolik di El Salvador. Dalam bulan itu kerumunan demonstran diserang oleh tentara di alun-alun kota San Salvador. Kemudian, pada 12 Maret 1977, seorang imam dan teman Romero, Rutilio Grande, dibunuh di Aguilares.
Romero melihat bahwa orang-orang yang berkuasa di negaranya adalah orang-orang yang bengis. Keluarga-keluarga kaya mendukung pemerintah yang kejam ini. Regu kematian melakukan pembunuhan di kota-kota sementara para tentara membunuh ketika mereka di pedesaan. Romero sedih dan marah karena begitu banyak orang yang terluka.
Selama masa ini, orang-orang miskin paling menderita. Romero berbicara menentang tentara dan pemerintah yang menyerang orang miskin. Romero percaya bahwa Gereja harus bekerja untuk mengubah pemerintah, karena pemerintah berjalan bertentangan dengan ajaran Yesus.
Uskup Agung Romero menggunakan khotbah-khotbahnya untuk menyerukan perdamaian. Kerumunan orang miskin datang untuk mendengarkan Romero secara pribadi, dan lainnya berkerumun di dekat radio mereka untuk mendengarkannya. Pesannya kepada para korban kekerasan yaitu Yesus sedang menderita di dalam diri mereka. Pesannya kepada para pembunuh yaitu mereka sedang menyalibkan Yesus ketika mereka membunuh orang lain, dan meskipun mereka membunuh orang-orang, Allah masih mengasihi mereka.
Romero tahu hidupnya dalam bahaya. Ia mengatakan bahwa darahnya akan menjadi benih untuk kebebasan bagi umat-Nya. Pada tanggal 24 Maret 1980 Oscar Romero tiba-tiba ditembak mati saat merayakan misa di kapel rumah sakit kanker di mana ia tinggal dan bekerja. Pada waktu pemakamannya, 100.000 orang hadir dan disergap oleh pihak militer yang menghamburkan peluru membabi buta dan menewaskan 24 pelayat. Msgr Oscar Romero dianggap sebagai martir kasih dan keadilan. Kematiannya bagaikan sebuah benih, yang tumbuh dan berkembang dalam hati orang-orang miskin di El Salvador.
Pada tahun 1990 suatu pihak memohon Vatikan untuk membuka penyelidikan yang merintis jalan menuju pengakuan resmi Gereja untuk beatifikasi Oscar Romero. Tetapi karena tentangan yang kuat atas Teologi Pembebasan yang tercermin dalam homili-homili Oscar Romero di Vatikan, usulan beatifikasi Oscar Romero terhenti di rak arsip Vatikan. Pada tahun 2012 Paus Emeritus Benediktus XVI yang dikenal gigih melawan Teologi Pembebasan mengejutkan banyak orang karena meminta agar upaya penyelidikan untuk beatifikasi Mgr. Oscar Romero dilanjutkan. Pada tahun 2014, Paus Fransiskus akhirnya menyatakan bahwa sudah cukup bukti-bukti yang menunjang beatifikasi Oscar Romero.
Pada hari Sabtu 23 Mei 2015, Oscar Romero dinyatakan sebagai seorang Beato dalam Misa di Lapangan Sang Penyelamat Dunia di San Salvador. Misa yang dipimpin oleh Angelo Kardinal Amato, dihadiri oleh 6 kardinal, ratusan uskup agung dan uskup dari negara-negara tetangga, serta setidaknya oleh 300.000 umat. Misa diawali dengan suatu prosesi dari Katedral San Salvador, di mana jenasah Mgr. Oscar Romero dibaringkan di suatu makam di ruang bawah, menuju Lapangan Sang Penyelamat Dunia yang berjarak 2,5 km.
Hari ini Oscar Romero dikenang oleh rakyat El Salvador, dan oleh orang-orang Kristen yang tak terhitung jumlahnya di seluruh dunia. Romero berdiri sebagai teladan iman dan kepercayaan kepada Yesus. Kisahnya menginspirasi banyak orang untuk berbagi kasih Yesus dengan merawat orang-orang yang terluka. Oscar Romera yang dijuluki “martir kasih dan keadilan” suatu gaung panggilan baru terutama bagi El Salvador, dan negara-negara tetangga pada umumnya yang sedang dilanda krisis politik untuk lebih memerhatikan keadilan dan kesejahteraan umum segenap rakyat.
(Peter Suriadi, 23 Mei 2015)
*************
SURAT PAUS FRANSISKUS KEPADA USKUP KEUSKUPAN AGUNG SAN SALVADOR BERKENAAN BEATIFIKASI OSCAR ROMERO
Yang Mulia Jose Luis Escobar Alas
Uskup Agung San Salvador
Presiden Konferensi Waligereja El Salvador
Saudara terkasih,
Beatifikasi Uskup Agung Oscar Arnulfo Romero Galdamez, yang Gembala dari Keuskupan Agung yang terkasih itu adalah penyebab sukacita besar bagi rakyat El Salvador dan bagi mereka yang bersukacita atas keteladanan anak-anak terbaik Gereja. Uskup Agung Romero, yang membangun perdamaian dengan kekuatan cinta, memberi kesaksian iman dengan hidupnya, yang diberikan tidak kepalang tanggung.
Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya dalam kesulitan, dan selalu menunjukkan diri-Nya cemas dengan kebutuhan-kebutuhan Anda. Ia melihat penindasan, Ia mendengar teriakan kesakitan dari anak-anak-Nya, dan datang membantu mereka untuk membebaskan mereka dari penindasan serta membawa mereka ke sebuah negeri baru, yang subur dan luas, yang “berlimpah susu dan madunya” (bdk. Kel 3:7-8). Sama seperti Ia memilih Musa suatu hari sehingga, dalam nama-Nya, ia akan membimbing umat-Nya, Ia terus membangkitkan para gembala sesuka hati-Nya, yang memberi makan domba-domba mereka dengan pengetahuan dan pengertian (bdk. Yer 3:15).
Di tanah Amerika Tengah yang indah itu, yang dimandikan oleh Samudra Pasifik, Tuhan menganugerahkan Gereja-Nya seorang uskup yang bersemangat yang, mengasihi Allah dan melayani saudara dan saudari, diubah menjadi citra Kristus Sang Gembala yang Baik. Dalam masa-masa hidup sulit hidup berdampingan, Uskup Agung Romero tahu bagaimana memimpin, menjaga dan melindungi domba-dombanya, tetap setia kepada Injil dan dalam persekutuan dengan seluruh Gereja. Pelayanannya dibedakan oleh perhatian khusus untuk orang-orang yang paling miskin dan terpinggirkan. Dan di saat kematiannya, ketika ia merayakan Kurban Kudus kasih dan rekonsiliasi, ia menerima rahmat untuk mengungkapkan jatidirinya sepenuhnya dengan Dia yang memberikan hidup-Nya bagi domba-domba-Nya.
Pada hari raya bagi bangsa El Salvador ini, dan juga bagi negara-negara tetangga Amerika Latin, kita bersyukur kepada Allah karena Ia menganugerahkan sang uskup martir, kemampuan untuk melihat dan mendengarkan penderitaan umatnya, dan membentuk hatinya sehingga, dalam-Nya nama, ia bisa mengarahkan mereka dan menerangi mereka, bahkan menjadikan karyanya sebuah latihan penuh amal Kristen.
Suara Sang Beato baru terus bergema hari ini untuk mengingatkan kita bahwa Gereja, sebuah pertemuan para saudara di sekeliling Tuhan mereka, adalah keluarga Allah, yang di dalamnya seharusnya tidak ada perpecahan. Iman kepada Yesus Kristus, ketika dipahami dengan baik dan diterima akibat-akibat akhirnya, menghasilkan jemaat-jemaat yang merupakan para pembangun perdamaian dan kesetiakawanan. Ini adalah apa yang diserukan oleh Gereja di El Salvador hari ini, di Amerika dan di seluruh dunia: kaya dalam belas kasih dan berubah menjadi ragi rekonsiliasi bagi masyarakat.
Uskup Agung Romero mengajak kita kepada kewarasan dan permenungan, menghormati kehidupan dan keselarasan. Perlunya meninggalkan “kekerasan pedang, kekerasan kebencian” dan menghidupkan “kekerasan cinta, yang membiarkan Kristus dipaku di kayu Salib, yang menjadikan kita masing-masing mengatasi keegoisan dan sehingga tidak ada lagi ketimpangan yang kejam tersebut di antara kita”. Ia tahu bagaimana melihat dan mengalami dalam dagingnya sendiri “keegoisan yang menyembunyikan dirinya dalam orang-orang yang tidak ingin menyerahkan apa yang mereka miliki untuk kepentingan orang lain”. Dan, dengan hati seorang bapa, ia akan khawatir tentang “sebagian besar miskin”, meminta kepada penguasa untuk mengubah “senjata menjadi sabit-sabit untuk bekerja”.
Semoga mereka yang memiliki Uskup Agung Romero sebagai seorang sahabat iman, mereka yang memanggil dia sebagai pelindung dan pengantara, mereka yang mengagumi citra-Nya, menemukan dalam dirinya kekuatan dan keberanian untuk membangun Kerajaan Allah, berkomitmen untuk sebuah tatanan sosial yang lebih setara dan bermartabat.
Sebuah rekonsiliasi nasional di hadapan tantangan-tantangan yang sedang kita hadapi hari ini merupakan sebuah saat yang menguntungkan. Paus ikut serta dalam pengharapan Anda, dan menyatukan dirinya kepada doa-doa Anda sehingga benih kemartiran dapat berkembang dan menjadi berurat akar dalam jalan-jalan yang benar dari putra dan putri bangsa itu, yang dengan bangga mendengar nama Sang Juruselamat ilahi dunia.
Saudara terkasih, saya memohonkan kebaikan hati Anda : agar Anda berdoa dan agar Anda sudi mendoakan saya, sementara saya menyampaikan Berkat Apostolik saya untuk semua orang yang bersatu dalam berbagai cara untuk merayakan sang beato baru.
Salam persaudaraan,
Fransiskus
Vatikan, 23 Mei 2015
[ref image: theabstracted.com]