Abraham dikenal sebagai Bapa segala bangsa. Dan bagi Gereja, Abraham juga adalah Bapa bagi orang beriman. Imannya kepada Allah telah membuatnya dikenal dari peristiwa Ishak , anaknya yang tunggal dipersembahkan untuk dikurbankan. Hal ini dilakukan oleh Allah , dengan maksud mencoba (iman) Abraham. Apakah ia lebih mengasihi anaknya itu ataukah Allah. ( Kej 22 : 1 – 2 ).
Saya membaca kisah Abraham , menjadi terharu akan kesetiaan Abraham. Dia tanpa bertanya kenapa atau mengejar permohonan seperti ia minta keselamatan bagi Lot , saudaranya melakukan apa yang dikehendaki Allah. Saya melihat dia seperti Ibu Yesus, Maria yang menjalankan kehendak Allah. Dalam diam dan ketidakmengertiannya, ia dengan sepenuh hati melakukan apa yang diperintahkan Allah.
Abraham menunggu Ishak , sebagai anak yang lahir dari Sara – istrinya hingga dua puluh lima tahun lamanya. Kini saat anaknya itu telah hadir, ia harus menyerahkan anaknya tersebut, dikurbankan untuk persembahan bagi Allah. Bagaimana perasaan Abraham ? Dan apakah pikirannya bertanya mengapa Allah melakukan hal ini kepadanya? Saya mencoba mencari dan merenungkannya.
Belajar mendengarkan perintah Allah ,telah dilakukan Abraham pada waktu ia dan seluruh keluarga, sanak saudara dan ayahnya , Terah keluar dari tanah kelahirannya menuju tanah yang telah ditunjuk Allah. Abraham mendengar dan ia melaksanakan perintah itu. Bukan hanya ia , tetapi seluruh keluarga besarnya pun mengikuti apa yang didengarkan Abraham. Waktu itu usia Abraham masih 75 tahun. Kemudian ketika telah tiba di tanah yang ditunjuk Allah, ia mendirikan mezbah bagi Allah yang telah menampakan diri melalui perkataanNya.
Tetapi satu hal yang saya pelajari dari Abraham , ia sungguh percaya kepada Allah yang baik dan yang tidak pernah mendustainya. Imannya telah terlatih selama bertahun-tahun hidup bergaul dengan Allah. Dari jatuh bangun imannya ia belajar percaya akan janji Allah. Abraham melihat dan mengalami bagaimana hidupnya diselamatkan oleh Allah. Bagaimana dahulu ia sebagai orang asing dinegeri Mesir dan tanah Gerar ,wilayah kekuasaan raja Abimelekh, tetapi ia dipelihara Allah. Ia mendengar bagaimana kesaksian kedua raja dari tempat di mana ia tinggal sebagai orang asing, Allah turut campur melindungi kehormatan pernikahan Abraham dan istrinya, Sara. Sungguh, saya merasakan Allah luar biasa baiknya menguduskan hidup pernikahan.
Abraham belajar mengerti bahwa Allah tetap mengasihinya walaupun ia dan Sara telah salah faham terhadap FirmanNya mengenai janji keturunan mereka itu. Walaupun Abraham memiliki anak yang bernama Ismael dari Hagar, hamba Sara istrinya, ternyata Allah tetap memberkati anak itu dan Hagar. Sebab Allah tidak menarik apa yang telah diucapkan olehNya, tetapi mengenai janji yang Ia ucapkan tetaplah untuk Ishak , anak Abraham dari istrinya, Sara.
Iman Abraham teruji kembali saat Lot terpisah karena pertengkaran gembala mereka dan Lot memilih tinggal dekat kota Sodom. Abraham meminta kepada Allah ketika dalam wujud tiga orang datang keperkemahan Abraham untuk menyelamatkan saudaranya itu. Disaat yang sama juga kepercayaan Abraham dan Sara kembali dipertanyakan tentang anak yang akan dilahirkan Sara pada tahun berikutnya. Sungguh hal tersebut membuat Sara dan siapapun yang mendengarkannya tertawa. Bagaimana mungkin hal itu terjadi, mereka sudah tua, usia Abraham sudah sembilan puluh sembilan tahun dan Sara berusia sembilan puluh tahun. Tetapi, salah seorang dari ketiga orang itu berkata, “Adakah sesuatu yang mustahil bagi Tuhan?” ( Kej 18 : 14a).
Janji Allah tergenapi ketika usia Abraham telah mencapai seratus tahun usianya. Itupun ketika Abraham melakukan perbuatan kasih dengan menolong Lot dan keluarganya dari hancurnya kota Sodom dan Gomora. Juga diselamatkannya Abimelekh dari kehancuran karena ingin mengambil Sara sebagai istri. Serta karena Sara pula, akhirnya Allah berbelas kasih , membuka kandungan para wanita di negeri Abimelekh. Karena Abraham pula , semua bangsa diberkati oleh Allah. Setelah melakukan semua itu, Ishak lahir untuk mereka
Allah melihat perbuatan dari iman Abraham yang menuruti perkataanNya. Bahkan ketika ia tidak segan-segan menyerahkan anaknya, Ishak untuk Allah. Dan dalam keadaan tidak mengerti akan hal itu ia tidak memberontak, semua dilakukan demi Allah. Hingga akhirnya Malaikat Tuhan datang mencegah hal tersebut dan memberikan domba jantan, yang tersangkut tanduknya sebagai gantinya. Saya membayangkan hati Abraham yang sangat bersyukur atas tindakan Allah serta lewat perkataanNya yang disampaikan oleh Malaikat tersebut “Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firmanKu” (Kej 22 : 18 ).
Berarti, kata kunci agar iman itu tumbuh adalah dengan mendengarkan Firman Tuhan dan akan menjadi buahnya adalah ketika dengan perbuatan. Seperti Abraham, bila ia tidak belajar mendengarkan apa yang dikatakan oleh Allah tentulah ia tidak akan melaksanannya. Dan segala berkat yang ia terima seperti yang ia dengar dari Malaikat tentulah tidak ia dapatkan.
Satu hal yang saya mengerti juga yakni bila manusia sungguh mendengarkan Firman Allah dan melaksanakan apa yang diperintahkanNya, maka tanpa dimintapun Allah akan selalu menyertainya bahkan ia akan diselamatkan dari para musuhnya. Semoga kita belajar mendengar firman Allah seperti yang dilakukan oleh Abraham dan belajar melaksanakannya dengan sepenuh hati. Terima kasih ya Yesus atas pengetahuan yang indah ini, Engkau adalah Firman itu sendiri. Ajarilah aku untuk mendengarkanMu, menerimanya dan melakukan apa yang dikatakan oleh Firman itu.
Veronica Setiawati