Alojs festival ( baca: Aloys) adalah festival yang diadakan untuk menghormati Blessed Alojs Andritzki, seorang romo muda yang meninggal dalam masa Nazi. Lokasi bertempat di kota Radibor, 30 menit dari Dresden, Jerman Timur, mengapa di Radibor? Konon daerah inilah salah satu tempat Aljos berkarya. Festival ini diadakan kedua kalinya, setelah tahun lalu mendapat sambutkan yang cukup hangat dari pada anak muda. Pesertanya tidak hanya dari Jerman banyak juga yang dari negara tetangga, seperti dari Inggris, Ireland, Polandia, Afrika bahkan USA. Jumlah pesertanya pun tidak terlalu banyak, sekitar 50-70 orang, dan banyak diantaranya adalah anak muda yang sudah mumpuni atau bahkan leader di daerahnya. Nah, kali ini YOUCAT mendapat tugas untuk membawakan salah satu workshop di Alojs festival.
Kami berangkat ber 4, Johann ( German) , Kara ( USA), Vallentine (Kenya) dan aku sendiri, sementara Sharon ( Ireland) dan Ivan (Croatia) ada urusan yang lain. Perjalanan Aschau- Radibor kurang lebih 5 jam. Kami berangkat dengan kepercayaan diri yang tidak maksimal, karena GPS yang kami gunakan rusak, dan tidak bisa diperbaiki. Jadi kami berangkat hanya mengandalkan google maps yang sinyalnya merem melek alias tidak bisa diharapkan. Sepanjang jalan kami berdoa, dan mohon bimbingan Roh Kudus agar bisa sampai dengan selamat. Namun tampaknya tidak selancar yang kami pikirkan. Kami terjebak di traffic jam selama kurang lebih 3 jam,lalu 2x kami salah exit auto bahn ( jalan tol ), sehingga kami harus berputar cukup jauh. Harapan kami untuk bisa makan makanan yang layak gagal, dan berakhir di McD.
Jam 11 malam, kami sampai di Radibor, kami tidak percaya 10 jam kami habiskan di jalan! Acara pembukaan malam itu sudah lebih dari separo jalan, hingga kami putuskan untuk melewatkan acara gegap gempita malam itu, lalu dengan sempoyongan menuju ke Gymnasium, tempat para peserta beristirahat. Belum selesai merasakan capeknya badan, kami dikejutkan dengan kamar mandi yang tanpa sekat dengan 6 shower di dalamnya, dan lokasi tidur di gymnasium yang tidak dipisahkan antara laki-laki dan perempuan. Hmm, yang datang para leader, dari manca negara, tidurnya di gymansium, cuman modal sleeping bag dan mandinya bersama, sungguh menarik! Tanpa banyak basa-basi kami menata sleeping bag kami, dan mengambil posisi tidur.
Keesokan harinya, Workshop berlangsung lancar, meskipun tidak terlalu banyak orang yang hadir. Pada saat kami berbincang di depan panggung, aku melihat beberapa biarawan dengan jubah abu-abu ber hoody, berjenggot panjang, sangat ortodoks, berjalan diatara kami. Aku bertanya dalam hati, apa yang membuat mereka hadir dalam festival anak muda? Bukannya mereka harusnya di biara berdoa? Namun setelah diamati ada yang berbeda dengan biarawan pada umunya, mereka membawa alat musik!. Kara mengenali jubah mereka dan mencoba berbincang kepada salah satu biarawan itu. Oh! Mereka berbahasa Inggris dengan sangat baik, mereka dari New York! Ordo mereka Fransiskan. Father Loius salah satu yang kami ajak bicara, sungguh ramah, dan tidak kuno sama sekali, bahkan bisa dibilang gaul. Dengan ramah dia menjelaskan bahwa dia diundang ke Alojs festival untuk bermain musik, dan sebentar lagi dia dan beberapa romo Fransiskan yang lain akan mengiringi Adorasi di kapel. Kami langsung setuju untuk mengikuti Father Louis ke Kapel untuk menghadiri Adorasi itu.
Seorang romo bermain gitar, seorang yang lain bermain terompet, dan alunan nada yang terdengar sungguh menggetarkan hati. Menariknya, mereka tidak menyanyikan lagu Taize, bukan juga dari puji syukur, melainkan lagu akustik praise and worship yang mereka karang sendiri. Dengan sepenuh hati memandang sakramen Maha Kudus, mengajak setiap orang dalam kapel untuk duduk diam, memandang Tuhan di sakramen Maha Kudus dan menyembah dia bersama sama. Monstran yang berada di tengah, tidak jauh dari kami, membuat kehadiran Tuhan begitu nyata dan dekat. Beberapa diantara kami dipersilahkan untuk menghampiri romo pengakuan, dan aku tidak akan melewatkan kesempatan ini. Setelah pengakuan dosa, kami dipersilahkan untuk menyalakan lilin merah dan meletakkannya dekat dengan monstran, menyatakan kesungguhan kami untuk berbalik kepada Yesus. Aku sungguh menikmati saat-saat intim bersama Tuhan, berhadapan dengannya seperti di surga. Aku buka ayat yang kuambil dari depan altar bertuliskan “ Psalm 91:11”, yang bunyinya “ sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu”, Aku tidak sanggup membendung
Aku sungguh merasa tersentuh, sungguh terlihat kasih Bapa tercurah, melalui kedekatan antara para pastor dan anak muda disana, dan dari kesungguhan setiap pribadi untuk menyembah dan memuliakan Tuhan dengan cara mereka, lewat lagu-lagu yang mereka kenal, lewat suasana yang tidak kaku dan penuh rasa kekeluargaan, lewat rasa percaya yang ditanmkan. Sungguh dari setiap expresi iman mereka terlihat keseriusan mereka untuk menghidupi iman katolik. Gereja yang sudah hidup beribu ribu tahun lamanya, tampak muda dan menggairahkan! Aku ingat akan pesan salah seorang mentorku sebelum aku berangkat ke Jerman, Dia memberikanku sebuah tantangan, untuk mencari saat dimana gereja kita akan selalu muda, partisipative dan hadir dalam umatnya. Dan aku menemukannya disini.
By: Nadia Nicole