Ketapang Youth Day: Menjadi Keluarga di Tengah Masyarakat Modern

20150711_081222

Panas matahari terik. Udara panas dan keringat mengucur deras sejak pagi. Orang-orang muda Keuskupan Ketapang tetap berjingkrak, bernyanyi dan menari penuh semangat. Siang itu Orang Muda Katolik Keuskupan Ketapang mengadakan Ketapang Youth day di Paroki Martinus Balai Berkuak Keuskupan Ketapang. Paroki yang terletak di Desa Balai Pinang , Kecamatan Simpang Hulu ini bisa ditempuh dari Pontianak selama 5-6 jam jalan darat. Orang muda berjumlah 300an ini selama empat hari (9-12/07) mengadakan berbagai kegiatan di Gereja maupun di sekitar lingkungan Gereja.

 

“Tema Menjadi Keluarga di Tengah Masyarakat Modern merupakan tema dari arah kebijakan pastoral Keuskupan Sintang,” kata Rm. Damas, Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Ketapang. “Kegiatan orang muda ini juga ingin mengajak orang muda katolik sebagai bagian keluarga mampu mengambil sikap dan ambil bagian membangun keluarga yang baik,” Rm. Damas lebih lanjut menjelaskan. Para peserta Ketapang Youth Day selama 4 hari camping di halaman sekitar gereja. Untuk memenuhi kebutuhan makan setiap paroki memasak dan membuka dapur. Di hari kedua, Pak Seto Marsunu dari LBI (Lembaga Biblika Indonesia) menemani orang muda untuk lebih mengenal Kitab Suci. Orang muda tidak jauh dari Kitab Suci tetapi mencintainya dan menggunakannya untuk pertumbuhan kehidupan berimannya.

 

Di hari ketiga, Para peserta yang merupakan perwakilan dari paroki-paroki Keuskupan Sintang ini ditemani oleh Rm. Haryanto, Sekretaris Eksekutif Komisi Kepemudaan KWI. Rm. Hary mengajak peserta untuk mengenal Pedoman Pastoral Orang Muda Katolik, Sahabat Sepeziarahan. Dikemas ala orang muda bahan disampaikan dengan menarik. “Orang muda memiliki sejarah. Kita masing-masing memiliki sejarah hidup. Demikian Orang muda katolik juga punya sejarah dalam perjalanan bangsa ini,” kata Rm. Hary. Beliau lebih lanjut menjelaskan bahwa dalam pedoman diawali dengan sejarah OMK. Lewat shering dan diskusi kelompok buku pedoman Sahabat Sepeziarahan makin dipahami para peserta. Orang muda juga diajak untuk menyadari sebagai Gereja seperti layaknya benih yang ditabur, dirawat dan akhirnya berbuah.

20150711_103303

Beberapa orang muda juga mengungkapkan pengalaman suka dukanya. “Saya sedih sebagai mayoritas disini tapi kita orang muda lesu,” salah satu orang muda mensharingkan pengalamannya. Keprihatinan-keprihatinan berkaitan dengan kehidupan sekitar orang muda juga diungkapkan misalnya kerusakan alam karena tanaman sawit, sampah yang tidak dikelola, pergaulan bebas orang muda dan sebagainya. Berbagai keprihatinan ini menjadi tantangan orang muda untuk berani diutus. Berbagai informasi mengenai kegiatan-kegiatan orang muda kedepan juga disosialisasikan pada kesempatan ini. Selamat berkumpul dan selamat diutus menjadi bagian keluarga di tengah masyarakat modern.

Post Author: admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *