Gerak tari yang berpadu dalam drama musical seni tradisional mencoba menterjemahkan kehadiran Lonceng Gereja yang membawa gambaran perubahan hidup spiritualitas umat Paroki Boro. Drama musical yang ditampilkan dalam Festival Kesenian Tradisional (FKT 2015) diambil dari buku: “Pedibus Apostorolum” Jejak Langkah Misioner J.B. Prennthaler, S.J. di Perbukitan Menoreh dan syair lagu “Jejak Rasul”Ost. Film Pedibus Apostorolum.
Dentang Lonceng menapak perbukitan menorehkan lukisan cinta Tuhan yang Kuasa, dihadapan padang luas membentang kudengar lembut panggilannya menggetarkan jiwa, dalam diri hamba-Nya yang hidup yang mengabdi hingga ujung usia, meski aku tahu diri ini tiada sempurna.
Akulah Probo
Bukan pemilik, aku mengantarkan
Sebab menurutku lonceng-lonceng itu: “Di Fajar pagi mewartakan kerahiman Allah yang tertera terbentang di kurun langit, dan di senja sore, bila alam meredup-redup di kesunyian amat sepi, meloncengkan lagu-Mu penuh damai di dunia kepada umat yang berkehendak baik”.
Akulah Probo
Bukan penyelamat, aku memberitahukan
Sebab bukan tidak ada yang bisa menolongmu, tetapi sejatinya kamu sendirilah yang bisa melakukannya.
Akulah Probo,
Kowe mitraku
Sebab untuk semua yang kita mulai sedikit demi sedikit dan lagi sesendok, karena kita dan apa yang kita miliki jika ditambah dengan Tuhan merupakan kekuatan yang mustahil disingkirkan. Aku berdoa untuk semua.
Akulah Probo
Mengajak kita semua SUMADULUR
Menikmati indahnya PASEDULURAN
Karena sejatinya kita semua SEDULUR
Terutama untuk sebuah mimpi besar Ad Maiorem Dei Gloriam (A.M.D.G) demi semakin besarnya kemuliaan Allah, dan “Et Pro Salute Animarum” juga demi keselamatan jiwa-jiwa karena jatining paseduluran jati, manembah ing pangbekti.
Sumber: Buku Festival Kesenian Tradisional OMK Rayon Kulon Progo 2015