Bandung Lautan Damai
“Tanah air ada di sana, dimana ada cinta dan kedekatan hati, dimana tidak ada manusia menginjak manusia lain”Rm. Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, Pr
Lahir: Ambarawa, 6 Mei 1929
Meninggal: Jakarta, 10 Februari 1999
Ada banyak gelar yang bisa disandangkan pada sosok yang biasa dikenal sebagai Romo Mangun ini. Ia adalah seorang arsitek, seorang humanis, seorang sastrawan, juga budayawan. Sebagai pendidik, ia juga berperan menghadirkan suatu pendidikan alternatif.
Pada tahun 1986, ia mendampingi warga Kedungombo yang kala itu memperjuangkan lahannya dari pembangunan waduk. Pembelaannya kepada nasib penduduk Kedungombo menyebabkan Soeharto menuduhnya sebagai komunis yang mengaku rohaniawan. Berbagai teror dan intimidasi menghampirinya.
Perjuangannya tidak sia-sia , Juli 1994 Mahkamah Agung RI mengabulkan tuntutan kasasi 34 warga Kedungombo, bahkan warga memperoleh ganti rugi yang nilainya lebih besar daripada tuntutan semula.
Keluasan pemikiran dan dampak karya beliau, telah menjadikan Romo Mangun tidak hanya seorang tokoh bagi gereja Katolik saja.
Beliau adalah pemimpin umat yang mendedikasikan diri bagi kemanusiaan dan kebangsaan.
Sabtu 19/09 kaum muda Paroki St. Laurentius Bandung, Komunitas Layar Kita dan Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (JAKATARUB) menyelenggarakan acara bertajuk Malam Apresiasi Romo Mangun. Graha Prakasita St. Laurentius, Bandung menjadi tempat berlangsungnya acara yang mengusung kiprah dan pemikiran Romo YB Mangunwijaya ini. Selain menghadirkan novelis Ayu Utami sebagai pembicara utama, acara ini juga diisi oleh tampilan seni kreatif, termasuk pengerjaan mural langsung oleh mahasiswa Desain Komunikasi Visual Telkom University, Bandung.
Pembawa acara, Astri Oktia, menyatakan acara kreatif seperti ini sangat membantu kaum muda seperti dirinya untuk bisa menghayati kembali pemikiran tokoh-tokoh bangsa seperti Romo Mangun. Mahasiswi UIN Sunan Gunung Djati, Bandung ini merasa sangat puas bisa mengenal dan mempelajari pemikiran Romo Mangun karena langsung dilibatkan dalam penggaliannya. Ia meyakini hal yang sama juga dirasakan rekan-rekannya yang turut menyumbangkan karya seni di acara ini.
Bagi Jaringan Kera Antar Umat Beragama (JAKATARUB) acara ini merupakan rangkain kedua dari Pengenalan Dua Belas Tokoh Perdamaian Indonesia. Menurut pengelola program JAKATARUB, Yunita, sejak 2014 mereka bersama para mitranya telah menyelenggarakan sejumlah acara dan sosialisasi kreatif demi mengangkat kiprah dan pemikiran tokoh perdamaian negeri ini(Gus Dur, Romo Mangun, Pdt. Eka, Ibu Gedong,dll).
Sejumlah kaum muda yang hadir juga merspon positif acara ini. “Sangat mewah dari segi kreativitas. Juga mendalam penghayatannya. Namun tetap dikemas dengan santai,” demikian pendapat Jasi salah satu peserta.
Kiprah dan pemikiran Romo Mangunwijaya memang sangat luas serta mencakup banyak bidang: teologi, arsitektur, sastra, budaya, isu soial, bahkan politik. Namun di atas semuanya, penghargaan beliau atas kemanusiaan dan kemajemukan, patut dijadikan contoh cemerlang. Semoga kaum muda kita senantiasa bisa menghayati-ulang kehidupan tokoh seperti beliau.
Sumber: http://jakatarub.org/malam-apresiasi-romo-mangun/