“SANTA CLAUS APPEARS ONLY AT CHRISTMAS BUT
CATHOLIC YOUNG PEOPLE MUST ALWAYS APPEAR EVERY DAY”
Bapa Suci Paus Fransiskus saat memberikan pesan Natal pada Urbi et Orbi:
Sukacita Natal itu kamu, ketika engkau mengampuni, dan membangun kembali kedamaian, dan rekonsiliasi, bahkan ketika engkau sendiri mengalami sengsara dan sakit hati. Hidangan Natal itu kamu, ketika engkau berbagi makanan dan harapan untuk orang miskin dan lemah yang ada di sekitarmu. Kamu adalah Makan Malam Natal, ketika kesederhanaan dan kesadaran yang engkau dapatkan dalam keheningan malam penebusan dunia tanpa kebisingan, tanpa perayaan akbar, tanpa hingar bingar.
Paus Fransiskus yang selalu tampil sederhana dan mengajarkan kesederhanaan hendaknya menjadi teladan bagi kita Orang Muda Katolik dalam bergerak. Kehidupan keseharian kita tidak boleh hanya diisi dengan euforia yang terkesan glamour namun mari belajar untuk bisa menjadi pribadi yang ada bagi kamu miskin dan lemah yang ada di sekitar kita.
Riwayat Hidup Santa Claus menurut Kristen Kuno
Saat momen Natal kita tidak jarang akan melihat sosok yang menjadi icon yaitu Santa Claus. Menurut tradisi Kristen Kuno, Sinterklas (dalam bahasa lain juga dikenal dengan nama Santa Klaus atau Santo Nikolas) adalah tokoh dalam berbagai budaya yang menceritakan tentang seorang yang memberikan hadiah kepada anak-anak, khususnya pada Hari Natal. Santo Nikolas dari Myra adalah inspirasi utama untuk figur orang Kristen tentang Sinterklas. Dia adalah uskup Myra di Lycia pada abad ke 4. Nikolas terkenal untuk kebaikannya memberi hadiah kepada orang miskin. Dia sangat religius dari awal umurnya dan mencurahkan hidupnya untuk Kristen. Di Eropa (lebih tepatnya di Belanda, Belgia, Austria dan Jerman) dia digambarkan sebagai uskup yang berjanggut dengan jubah resmi.
Riwayat hidup santa Claus ini hendaknya pun bisa menjadi refleksi bagi Orang Muda Katolik untuk terus bergerak dan bermisioner. Tradisi Natal yang selalu menghadirikan icon Santa Claus hendaknya bukan menjadi sebuah euforia atau sekedar ikut rame tapi harus ada sesuatu yang dipetik dari tradisi tersebut.
Riwayat Hidup Orang Muda Katolik
Jika santa Claus memiliki riwayat hidup seperti diceritakan di atas maka Orang Muda Katolik seyogiyanya pun harus berfikir mengenai riwayat hidup dan kontribusinya bagi orang lain sehingga jika santa Claus hanya menjadi icon saat Natal maka Orang Muda Katolik harus tampil menjadi icon dalam membawa semangat Natal tiap hari dalam kehidupan.
Orang Muda Katolik tidak boleh hanyut dalam beberapa paradigma yang terus meninabobokkan semangat OMK seperti:
1) OMK sebagai next leader?
Apakah OMK hanya sebagai generasi masa depan? yang hanya akan meneruskan hal hal yang telah dibuat sebelumnya? Jika demikian kapan OMK menjadi subjek dari suatu gerakan? OMK harusnya bukan sekedar next leader tetapi menjadi the leader today. OMK harus diberi kepercayaan tidak hanya sebagai tukang parkir, petugas kebersihan tetapi OMK harus diberi kepercayaan yang lebih menantang dan mengasah jiwa pemimpin sejak dini.
2) OMK bergerak seputar Altar tapi lupa misi Sosial?
Kita akan menemukan beberapa kisah heroik dalam kitab suci yang akan mengajarkan kita bagaimana mereka kemudian menjalankan perintah Tuhan Allah lewat tindakan nyata. Mulai dari Kitab Kejadian yang mengisahkan Nabi Nuh bekerja siang malam untuk membuat baterah dan mengumpulkan seluruh makhluk untuk masuk ke dalamnya sebelum bencana air bah datang sampai pada kisah Yesus Kristus Sang Juruselamat yang rela disalibkan demi menebus dosa manusia.
Dari kedua sosok tersebut mengajarkan kepada kita bagaimana mereka mengemban tugas suci dari Tuhan Allah untuk bergerak dalam tindakan yang nyata.
3) Gerakan Sosial OMK hanya saat NAPAS (NAtal dan PASkah)
Apakah aksi sosial datang musiman? Beberapa OMK akan berdalih bahwa aksi sosial telah dilakukan dengan mengumpulkan sembako dan melakukan kunjungan ke salah satu panti dan sekedar menyerahkan sembako tersebut lalu pulang. Ajaran sosial gereja yang mengamanatkan mengenai OPTION FOR AND WITH THE POOR harus menjadi pedoman bagi kita dalam beraksi.
Orang Muda Katolik harus tampil menjadi garam dan terang yang tidak hanya bersinar di dalam lingkungan gereja namun harus tampil menjadi garam dan terang yang siap memberi rasa dan memberi terang di luar lingkungan gereja.
By: Kurnia Patma (Sekretaris Komisi Kepemudaan Keuskupan Jayapura)