Orang muda Katolik lekat dengan beragam istilah yang keren seperti the next generation, the great one, the next leader and the churchman of tomorrow. Esensi yang terkandung dalam istilah tersebut adalah bentuk potensi yang harus terus diakomodir dan dikembangkan, namun cukupkah dengan hanya terlena dengan segudang istilah keren yang ditujukan kepada Orang Muda Katolik tersebut. Selain potensi yang dimiliki ada beberapa istilah yang kemudian mewakili dosa dari Orang Muda Katolik seperti:
- KISS (Kegiatan Itu-itu Saja Sih)
Orang muda dalam berkarya dan melayani harus menyadari diri sebagai inovator yang akan terus melahirkan beragam karya dengan inovasi dalam setiap langkah mereka. Beberapa orang muda terlena dengan kata “tradisi”, dengan mengatasnamakan kegiatan sebagai tradisi sehingga mematikan kemampuan untuk bisa berinovasi. Tingkat kepuasan Orang Muda Katolik harusnya bersifat unlimited sehingga dengan demikian dahaga untuk terus kreatif dan berinovasi terus bangkit.
- KURA-KURA (KURang Amunisi-KURang Aksi)
Kita sepertinya terlena dengan kalimat “Orang Katolik itu minoritas tapi berkualitas”. Kalimat ini seakan-akan menjadi kebanggaan yang terus berkelanjutan dan seakan-akan tidak ada kesadaran bahwa di zaman sekarang ini memberikan perhatian kepada kuantitas atau amunisi sangatlah penting jua. Kita tentu bangga dengan kualitas yang ada namun bukankah lebih luar biasa jika dari segi kuantitas juga bisa dibenahi sehingga dua-duanya mendukung satu sama lain.
- BAT (Banyak Teori)
Dengan perubahan zaman yang kian modern dan suguhan tekhnologi yang kian canggih maka proses perubahan anak muda pun tidak lepas dari seputaran kecanggihan alat tersebut. Penggunaan yang tidak bijak hasilnya mempengaruhi karakter dari orang muda, seperti karena merasa diri paling hebat, canggih dan modern sehingga terkesan lebih banyak berteori daripada beraksi dengan nyata di lapangan.
- SMK (Senior Mendikte Kader)
Saat masa kepengurusan berakhir maka kapasitas senior akan melekat pada diri seseorang. Namun sayangnya ada beberapa orang muda yang lupa diri dan ingin terus mengambil alih dan peran sebagai penguasa. Peristiwa ini pun sering kita dapatkan di lingkungan kita Orang Muda Katolik, dimana para senior yang harusnya membimbing malah mendikte. Hal ini tentu akan memberi imbas yang buruk bagi perkembangan diri orang muda yang menjadi kader.
Semoga dengan mengetahui dosa tersebut kita dapat sadar untuk terus memacu potensi orang muda sehingga tidak lenyap dimakan oleh dosa-dosa yang berkamuflase untuk menggerogoti karakter orang muda katolik.
Kurnia Patma (Sekretaris Komisi Kepemudaan Keuskupan Jayapura)