Salib IYD Keuskupan Manado Masuk Ratahan: Disambut Tari Potong Leher Iblis dan In Hoc Signo Vinces.
PANITIA IYD – RATAHAN. Rahmat berlimpah diterima Umat Paroki Santo Lukas Ratahan, Minahasa Tenggara. Pada hari ini, Minggu (3/4), diadakan Misa Hari Minggu Paskah II, Hari Minggu Kerahiman Ilahi diadakan di gereja pusat paroki. Misa diadakan saat salib Indonesian Youth Day (IYD) atau hari Orang Muda Katolik (OMK) se-Indonesia Keuskupan Manado sudah ditahtakan sejak Sabtu (2/4).
Menurut seksi publikasi dokumentasi (pubdok) IYD lokal Paroki Santo Lukas Ratahan, Silvana Payow, Minggu (3/4), salib tiba di pusat paroki Ratahan sekitar pukul 14.00, Sabtu (2/4). Sebelumnya salib diarak di semua stasi wilayah Barat Paroki Ratahan.
“Mulai pukul 08.00 pagi salib dibawa berturut-turut ke Stasi Mundung, Stasi Liwutung, Stasi Poniki, Stasi Rasi, dan paling akhir di pusat paroki Ratahan,” katanya.
Sebelumnya, Jumat (1/4), salib diarak dari Paroki Kristus Raja Amurang. Salib diarak dengan berjalan kaki dari Desa Lobu.
Salib sebelumnya diserahkan Pastor Paroki Kebangkitan Kristus Amurang Pastor Serafion Dianomo ke Pastor Paroki Santo Lukas Ratahan Pastor Lexi Nangoy dan Pastor Lexi menyerahkan kepada ketua OMK Paroki Frangky Wungkar. Setelah itu salib diantar tarian Masayow, tari kabasaran khas suku Tonsawang.
Menurut Elias Pangemanan, pendiri sanggar tari “platon” itu Masayow artinya potong leher. Yang dimaksud ialah memotong leher iblis.
“Tarian ini muncul karena sejarah di suku Tonsawang pernah ada kemarau panjang sembilan tahun. Air tersisa di Danau Bulilin yang dikelilingi iblis-iblis itu,” katanya.
Karena itu, komando tarian lebih halus dan lebih magis. Tarian dibuat dengan lagu yang disebut Mobondis.
“Itu seperti mantra untuk mengalahkan musuh. Pedang dan alat perangnya tidak terbuat dari logam tapi tumbuh-tumbuhan,” katanya.
Minahasa katanya punya tari Kabasaran karena perang dengan kerajaan Mongondow. Tapi di Tonsawang tarinya dibuat untuk melawan roh jahat.
Setelah sampai di Stasi Santo Paulus Miki Tombatu, salib ditahtakan oleh Yola Lampouw kemudian diadakan misa bersama yang dipimpin oleh Pastor Lexi Nangoy dan Pastor Serafion Dianomo. Paduan suara berasal dari OMK Paroki Santo Antonius Padua Tataaran
Pastor Fion (sapaan akrab) Pastor Serafion mengatakan dalam sharingnya, prosesi ini dibuat di tahun kerahiman. Dengan itu katanya tampak kerahiman Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia.
“Kita memiliki rupa-rupa kekurangan. Tapi kita dilayakan Tuhan menerima keselamatan,” katanya.
Pastor Fion juga melambangkan salib sebagai tanda kemenangan. Ia menjelaskan kembali adagium “in hoc signo vinces” (dengan tanda ini kamu menang).
“Dari Palu, salib ini dibawa dalam perjalanan yang cukup berat. Walau ada juga kecemasan dan kekhawatiran tapi kita yakin salib memenangkan kita. Itu yang dilakukan OMK Paroki Kebangkitan Amurang tadi malam. Mereka coba memanfaatkan kemenangan itu dengan tuguran dan taize,” katanya, Jumat (1/4).
Pastor Lexi mengatakan pengalaman salib ini bukan untuk show of force (unjuk kekuatan). Lebih jauh ia mengatakan arti sebenarnya ialah untuk mencapai kesuksesan harus belajar dari pengalaman salib.
“Bukan sekadar show. Kita belajar dari kerendahan hari Yesus, kita pantang menyerah, tekun, setia dan ulet,” katanya.
Ia ingin agar OMK tidak terbuai dengan keadaan. Harus selalu punya militansi.
“Jangan gampang menyerah, dan menunggu. Dengan ini kita belajar mengapa harus sulit-sulit mengarak salib, berkeringat bahkan dicaci dan dicemooh,” ujarnya.
Dengan perjalanan enam hari di parokinya, ia berharap OMK Ratahan tidak hanyut oleh tawaran apapun. Ia ingin mereka meneruskan karya Yesus Kristus, yang mendasarkan Gereja dan pendiri yang menjadi martir agar Gereja berkembang seperti saat ini.
(David Manewus/Tim Pubdok-Panitia IYD)
(Sumber Foto: Dok. Panitia, Anggie Lira, JaCkly Manorek)