Penjelasan dan Makna Salib IYD (OMK) Keuskupan Denpasar
Bahan dasar dan utama pembuatan salib ini adalah BAMBU.
Bambu sangat dekat dengan kehidupan dan budaya orang Bali, sebab banyak digunakan untuk keperluan baik dalam berbagai upacara maupun kehidupan sehari-hari. Bambu yang digunakan baik tiang salib maupun anyaman untuk korpus semuanya menggunakan bambu betung. Bambu betung banyak digunakan utk pembuatan karya seni ukir maupun karya seni lainnya dan bambu ini juga tahan lama.
Dalam ilmu filsafat Bambu melambangkan ketahanan, keindahan, kerja keras dan kemampuan adaptasi. Serta dalam berbagai budaya bangsa-bangsa bambu digambarkan sebagai regenerasi dari tua ke muda.
Dari dasar filosofis tersebut, maka Salib IYD OMK Keuskupan Denpasar ini merupakan lambang harapan Orang Muda Katolik (OMK) Keuskupan Denpasar yang memiliki ketahanan iman pada Yesus, (keindahan) kreatif dalam berkarya, kerja keras dan mampu beradaptasi terhadap dunia yang penuh kompetisi, serta secara regenerasi akan selalu tumbuh berkembang sebagai pioner-pioner penggerak di setiap langkah dan zamannya.
Dalam bagian tertentu, khususnya pada tulisan INRI menggunakan aksara Bali. Lalu penggunaan kain PRADA (kain khas masyarakat Bali) pada sisi lain salib ini.
Dalam budaya tradisional Bali, kain songket Bali dan kain PRADA mendapat tempat terhormat dan secara khusus dipakai oleh kaum bangsawan. Kain-kain tersebut adalah kain-kain yang melambangkan kebesaran dan kesejahteraan keluarga Raja.
Kedua simbol itu (aksara Bali dan kain Prada) menggambarkan budaya Bali, budaya yg dimiliki oleh OMK Keuskupan Denpasar. Hal ini juga menunjukkan kecintaan dan penghormatan OMK Keuskupan Denpasar terhadap budaya di mana orang muda berada.
(Dominikus Yosefino Mario-Pembuat Salib IYD OMK Keuskupan Denpasar)