Dalam diri orang muda minimal ada tiga kekuatan.
Pertama, Orang muda memiliki tenaga alias otot. Banyak peristiwa perubahan revolusi Negara diprakarsai oleh orang muda. Usia muda menjadi usia produktif dimana energi besar dimiliki orang muda. Maka seringkali dalam kepanitiaan-kepanitiaan orang muda seringkali ditempatkan sebagai seksi “angkat-angkat”. Dan semoga tidak hanya ditempatkan sebagai seksi “angkat-angkat” saja tetapi dilibatkan dalam membuat keputusan.
Kedua, Orang muda memiliki kreatifitas dan otak yang masih segar. Banyak hal telah dipelajari lewat pewarisan orang tua maupun pendidikan sekolah dan agama. Di usia muda lah, orang muda mengembangkan apa yang telah mereka dapatkan. Diusia ini menjadi kesempatan untuk berprestasi.
Ketiga, semangat yang besar. Energik, dinamis, dan bisa “berteriak” dengan lantang adalah gambaran yang dimiliki oleh orang muda. Perayaan Ekaristi yang petugasnya rata-rata orang muda pada umumnya menyampaikan gelora semangat penuh harapan.
Tentu masih banyak potensi lain yang dimiliki oleh orang muda. Namun, mengelola dan memaksimalkan ketiga potensi tersebut tentu akan menjadi kekuatan yang luar biasa.
Ketiga modal ini kalau ditempatkan dalam kerangka perutusan tentu akan menarik. Allah yang menganugerahkan rahmat, manusia mengembangkan dengan penuh tanggungjawab dan dikembalikan untuk kemuliaan Allah. Pendamping mau berjalan bersama semakin membuka wawasan orang muda akan situasi sekitar.
Potensi-potensi yang dimiliki orang muda dapat diarahkan dengat tepat. Sehingga Orang muda ditempatkan sembagai orang yang tangguh imannya dan peduli terhadap situasi dan keprihatinan disekitarnya. “Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan masyarakat khususnya yang miskin dan menderita merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang muda juga (bdk. GS. 1).
Rm. Hary