(Sebuah Kisah tetang Gerakan Literasi
Orang Muda memberi Inspirasi)
Hingga Maret 2018, Sekolah Santo Andreas Jakarta telah empat kali mengirimkan majalah dan buku-buku bekas ke wilayah Papua, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Indramayu (Jawa Barat). Kiriman itu merupakan wujud keterlibatan sekolah dalam Gerakan Literasi Nasional melalui Program Donasi Buku yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo. Donasi buku ini melibatkan PT Pos Indonesia dalam pengirimannya. Buku-buku dapat dikirimkan secara gratis setiap tanggal 17 dalam bulan.


Awalnya hanyalah sebuah kebingungan ketika Perpustakaan Sekolah Santo Andreas harus pindah ke ruangan yang lebih kecil. Banyak buku tidak bisa dipajang lagi. Pimpinan Sekolah, Ferry Doringin Ph.D. lantasmemutuskan, “Sebagian buku sebaiknya disumbangkan kepada anak-anak yang membutuhkan. Ini adalah wujud kepedulian dan solidaritas kita sebagai pendidik. Banyak anak yang belum seberuntung siswa-siswi kita di sekolah.” Buku-buku yang akan disumbangkan itu berjenis buku pelajaran, buku anak-anak, Kitab Suci dan majalah (Hidup, CathKids, Moogi, Girls, Bobo, National Geographic). Ketika ada informasi tentang Program Donasi Buku, sekolah pun tertarik dan ingin terlibat.
Buku, Roti Beragi yang Mencerdaskan
Kontak pun dilakukan dengan sejumlah pengelola Taman Bacaan Mandiri (TBM) di Papua dan NTT, yang menjadi wilayah dengan prioritas perhatian. Setelah mendapat kepastian tentang kebutuhan buku dan alamat lengkap, buku-buku dikirimkan. Mariah Rosse Lewuk, pengelolaTBM Komunitas Rimba Manokwari (Papua), setelah menerima kiriman buku menyatakan, “Anak-anak senang sekali. Mereka pulang sekolah, ganti baju lalu mampir ke TBM untuk membaca.”

Di Sumba Barat Daya, Antonius Himawan Jayanto, guru SDN Payola Umbu, NTT, mengakui, “Kiriman buku-buku itu sungguh menggerakkan perubahan di daerah kami.” Sebelum bertugas di tempat sekarang, Anton butuh dua jam bermotor untuk mengambil buku-buku di kantor pos. Bahkan ketika anak-anak menerima buku kiriman tersebut, karena keterbatasan mereka dalam hal penggunaan bahasa Indonesia, Anton harus mengisahkan kembali isi buku itu dalam bahasa daerah setempat.

Saverrapal Corvando, pengelola TBM Taman Daun di Lembata, NTT, juga menegaskan bahwa, “Kiriman buku dan majalah itu sangat bermanfaat untuk anak-anak di wilayah terpencil. Buku adalah bagian dari roti beragi yang mencerdaskan.” Ketika majalah sampai di TBM, Saverrapall langsung memotret anak-anak yang antusias. “Mario Sakeng (5 SD) dan Moscati Sakeng (1 SD) langsung serbu,” tulisnya melalui Messenger.
Gerakan Kepedulian yang Menyebar
Pengalaman-pengalaman manis dalam Program Donasi Buku ini, ketika dikisahkan, ternyata menggerakkan sejumlah orang lainnya. Andi Fanjaya, umat sebuah paroki di Jakarta mengungkapkan kegembiraannya, “Terima kasih atas info tentang program ini sehingga saya dapat berpartisipasi.” Andi menyumbangkan sejumlah uang untuk dibelikan buku anak-anak. Demikian pula J.A. Gianto, seorang trainer yang menitipkan dua dus buku tentang kerajinan tangan dan Budiman Japar, dokter kandungan yang menyalurkan buku pelajaran dan buku anak-anak sumbangan teman-temannya. Mereka mengaku gembira dapat terlibat dalam program ini.

Siswa-siswi sekolah pun tidak ketinggalan. Shawn dan Irene, siswa kelas VII, ikut menyumbangkan bukunya. Shawn menyumbangkan serial sains komik Why. Irene memberikan sejumlah buku anak-anak. Menariknya, Irene lalu meminta kembali sebuah buku Little Pony. “Boleh gak aku simpan dulu buku ini? Soalnya aku masih suka,” katanya kepada pustakawan sekolah yang bertugas mengelola buku sumbangan. Tentu saja, karena pemberian perlu didasari kerelaan, buku itu diperbolehkan untuk diambil kembali. Akan tetapi, setelah beberapa saat berlalu, Irene memberikan lagi buku itu. “Aku sudah rela. Aku senang bisa memberikan buku kesayanganku buat anak-anak di Papua.” Mariah Rosse yang mengetahui kisah ini pun menitip salam untuk Irene melalui laman Fb, “Dear Irene…. Meski kita terpisah, kau di Jakarta dan kami jauh di ujung Timur, sepaket buku termasuk buku kesayanganmu Kuda Poni telah sampai di sini. Terima kasih sudah berbagi.”

Kisah Irene ini adalah sebuah kisah nyata tentang pengorbanan, pemberian diri, spiritualitas Ekaristi yang akan kita hayati dalam Paskah ini. Memberi bukan hanya soal materi yang dimiliki namun lebih daripada itu, adalah kepekaan melihat situasi hidup sesama dan kerinduan untuk berbelarasa dengannya. Memberi tidak selalu mudah, terutama jika yang akan diberikan adalah sesuatu yang sungguh berharga. Itulah persisnya yang dilakukan oleh Allah Bapa. Karena begitu besar kasih-Nya kepada manusia, Ia menyerahkan Putera-Nya yang tunggal; agar orang yang percaya kepada-Nya tidak akan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (bdk. Yoh 3: 16). Selamat Paskah! (helena d. justicia)