Bisa jadi karena malas, kesibukan kerja yang bikin penat, atau manajemen waktu yang tidak tepat, aku selalu mepet mencuci alba prodiakonku menjelang tugas.
Semalam baru kurendam alba itu, dan pagi-pagi kusikat. Aku jadi menyadari bahwa alba itu tak lagi seputih saat masih baru. Ada noda-noda yang tak bisa hilang. Ada noda yang membuatku heran karena tak tahu kapan dan dari mana ia berasal.
Pernah aku punya keinginan agar alba selalu berwarna putih bersih. Dalam perjalanan, keinginan itu makin surut karena tak mudah untuk dicapai.
Noda terbaru di albaku adalah jejak tanah makam. Membersihkannya menautkanku pada kenangan, kesedihan yang menggembirakan, pedih dan syukur dalam waktu bersamaan.
Aku menyerah pada ketidaksempurnaan. Biarlah sungguh kuhidupi bahwa Allah pun senantiasa hadir di balik noda-noda kehidupan. Ketidaksempurnaan, cacat, adalah ruang bagi-Nya, untuk berada, mengampuni dan menyelamatkan.
#HariKenaikanIsaAlmasih
#GodForgiveMe
Refleksi seorang prodiakon. Muda berani jadi prodiakon.