We Walk Together

Suka Cita dalam Kebersamaan

 

Dalam rangka penutupan kegiatan Ziarah Salib yang diselenggarakan sebagai persiapan menjelang Nusra Youth Day di Kupang (30 Juni-6 Juli), Komisi Kepemudaan Keuskupan (KomKep) Weetebula menyelenggarakan tolk show dengan tema: “We Walk Together: Suka Cita dalam Keberagaman” (28/5) di aula Gedung Serba Guna Weetebula.

 

wettebula1Kegiatan yang melibatkan semua Orang Muda Katolik (OMK) se-keuskupan Weetebula ini juga melibatkan Pemuda Gereja Kristen Sumba (GKS), Pemuda Mesjid, Pemuda Bethel dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Sumba Barat Daya dan elemen lainnya.

 

Penutupan Ziarah Salib ini diawali dengan Perayaan Ekaristi Kudus yang dipimpin oleh Mgr. Edmund Woga, CSsR (Uskup Keuskupan Weetebula) di Gereja Katedral Weetebula. Dalam homilinya, Mgr. Edmund menegaskan bahwa Yesus Kristus mengawali ziarah-Nya dari Betlehem menuju Golgota. Setiap langkah-Nya penuh dengan arti dan makna.

 

“Ia mulai menunjukkan komitmennya untuk tugas dan tanggung jawab yang diterima dari Bapak-Nya dari Yerusalem menuju Golgota. Ia berkeliling dan berbuat baik. Bertanggung jawab dan mempunyai visi dan misi yang jelas dalam ziarah-Nya”.

 

Lebih lanjut, Uskup kelahiran Watublapi-Maumere itu mengatakan “sebagai orang muda Katolik, pengikut dan saksi Kristus, kita harus benar-benar belajar dari Yesus tentang ziarah dalam hidup kita masing-masing.  “Kita harus benar-benar belajar tentang ziarah salib untuk menemukan kekuatan dalam ziarah hidup kita, sebab ziarah kita belum selesai”, lanjutnya.

 

wetebula3Sementara itu, dalam sambutannya ketika membuka tolk show, Ketua KomKep Weetebula, P. Willy Pala, CSsR mengatakan mimpi KomKep adalah mengumpulkan orang muda Sumba. “Hari ini, orang muda Sumba sebab keberagaman ini itu kita rayakan saat ini. Keberagaman itu sudah ada sejak kelahiran. Maka kita sebagai orang muda, sebagai tulang punggung bangsa, gereja dan agama sangat menentukan satu spesies”. “Orang muda itu harus kreatif untuk membangun keakraban dan persaudaraan. Kendala kita adalah sulit menerima perbedaan di antara kita. Karena itu, kita sebagai orang muda Sumba harus bisa menerima setiap perbedaan di antara kita”, lanjut imam kelahiran Homba Karipit.

 

Tolk show yang dimoderatori RD Mikhael Sene itu menghadirkan empat narasumber. Pst. Dony Kleden, CSsR mengupas term multikulturalisme dan pluralisme.

Baginya, multikulturalisme adalah bagaimana melihat perbedaan itu menjadi sebuah hal yang bermanfaat bagi manusia. Ia berbeda dengan pluralisme yang hanya melihat perbedaan sebagai sesuatu yang biasa. Dosen pada STKIP Weetebula itu mengatakan “Jika orang menghargai perbedaan atau keberagamannya dengan kita, maka kita juga wajib menghormati dan menghargai setiap perbedaan orang lain dengan diri kita. Jika tidak, maka kita akan melukai diri sendiri”.

 

Sementara itu, Plt. Bupati SBD, Bpk. Ndara Tanggu Kaha mengatakan

wetebula4“Di Sumba kita sama. Tidak ada perbedaan. Etnis pendatang juga sama sebagai sesama. Kita semua orang Sumba. Kita semua bersaudara”. Ada banyak tantangan di Indonesia, tidak dilakukan oleh semua orang Muslim. Bukan orang Islam tetapi orangnya, oknumnya. Maka kita perlu menjaga suasana keberagaman yang sudah kita rajut bersama.

 

Pemerintah sudah menghimbau seluruh komponen masyarakat untuk menghargai setiap kegiatan kelompok keagamaan seperti bulan puasa yang sedang berlangsung dan juga kegiatan keagamaan lainnya.

 

Selain itu, Nanda Wera (Pendeta GKS Waikabubak) dalam sharingnya mengatakan: “Semakin kita mencintai Allah, hati kita semakin luas untuk menerima sesama dalam perjalanan menuju Allah. Maka sesama bukan musuh, bukan lawan dan bukan juga petaka bagi kita”. “Yesus Kristus justru yang mengajak kita untuk hidup bersaudara. Allah mencintai semua orang, maka kita pun harus bisa mencintai semua orang. Mencintai semua orang hanya bisa terjadi apabila kita menerima dan menghargai setiap keberagaman kita”.

 

Sedangkan, Bapak Wildan yang mewakili Tokoh Muslim Sumba dalam sharingnya mengatakan “Keberagaman itu indah. Dalam Al Qur’an sudah ditulis dengan baik. Orang muda harus lebih banyak membawa terang dalam hidup bersama.

 

Pada bagian  akhir dari talkshow ini dibuat statement bersama. Pernyataan ini ditandatangani oleh perwakilan peserta dari berbagai elemen orang muda yang hadir.

 

 

Post Author: admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *