Cuaca terasa teduh. Mendung menggelayut dan sesekali hujan gerimis. Udara panas berganti sejuk membuat para peserta merasa nyaman mengikuti pertemuan-pertemuan. perwakilan Orang Muda Katolik dari 13 paroki dan 4 kuasi paroki Keuskupan Agats berkumpul di kompleks sekolah SMP YPPK (Yayasan Pendidikan Persekolahan Katolik Yan Smit) Santo Yohanes Pembandi untuk mengikuti Diocese Youth Day (DYD) Keuskupan Agats dari 19-24 Juni 2018. Tema yang diusung dalam DYD kali ini adalah “Gerak Muda dalam Tungku Api”.
“Tungku api menjadi lambang kehidupan. Orang Asmat memasak, berkumpul di tungku api,” seru MC (Mastering of Ceremony) yang menjelaskan dengan penuh semangat. Tungku api menjadi bagian penting dari rumah (jeu) orang asmat. Dalam tungku inilah keluarga memasak makanan, berkumpul dan menghangatkan badan. 200an orang muda yang berkumpul diharapkan bisa menghidupkan Keuskupan Agats.
Dalam pertemuan-pertemuan, orang muda ditemani oleh banyak pembicara dari pagi hingga sore. Para pembicara tersebut diantaranya adalah Komisi PSE yang berbicara tentang Tungku Api, Credit Union terkait soal menyimpan penghasilan, Komisi Kitab suci terkait membaca Kitab Suci, Serikat Peradilan dan Perdamaian terkait hak ulayat tanah, Rm. Haryanto, sekretaris Komisi Kepemudaan KWI, terkait orang muda bagian dari Gereja dan Masyarakat. Bapak Bartol Bokoreces, Sekda Kabupaten Agats juga mengisi sharing terkait panggilan menjadi 100% katolik 100% Asmat.
Pada malam hari, orang muda menunjukkan kebolehannya dalam pertunjukan budaya. Berbagai penampilan dalam tari, lagu, drama yang menarik ditampilkan dengan penuh antusias. OMK dari Paroki Mumugu yang menempuh perjalanan 8 jam dengan long boat menyusuri sungai menampilkan drama berkaitan dengan penanganan kusta di parokinya. Yayasan Alfonsus Suwanda yang dipelopori oleh para pastor dan imam menjadi yayasan resmi untuk menangani masalah kusta. “Dulu ada 200an penderita, kehadiran kami memberi dampak. Sekarang tinggal puluhan orang saja,” kata suster yang juga ambil bagian melayani tempat tersebut. “Kami melatih para penderita untuk berkebun, hidup yang sehat, kebersihan dan lain-lain,” kata suster melanjutkan.
Misa penutupan dipimpin oleh Mgr. Aloysius Murwito, uskup Keuskupan Agats. Uskup yang setia menemani perjumpaan orang muda ini mengharapkan orang muda menjadi pelopor-pelopor terang dan garam untuk perubahan masyarakat yang lebih baik. “Kembali ke paroki, keluarga, masyarakat kalian menjadi garam dan terang,” ungkap uskup. Obor juga diberikan Mgr. Murwito pada OMK perwakilan Dekenat sebagai tanda OMK mendapat perutusan menjadi terang yang menghidupkan tungku api.