Saat ini, aku sedang terlibat dlm sebuah project yang timnya ada OMK. Karena kesibukan, kami seringkali berkomunikasi via grup WA. Nah, grup WA ini adalah variabel tersendiri karena kualitas komunikasi pasti akan beda dibandingkan pertemuan langsung.
OMK ini, anaknya unik. Alih-alih banyak membantu, dia malah banyak menyusahkan dengan pengetahuan yang belum banyak, ide yang tidak kontekstual, respon yang kurang pas, atau keluhan yang banyak sekali. Ada yang kemudian memanggilnya: Emma, singkatan dari ‘Hidup Ini Penuh Problema’ š¤£
Aku jadi merasakan betapa pentingnya iman dan spiritualitas untuk menopang hidup keseharian. Semua keluhan OMK itu dapat dijawab dengan spiritualitas. Misalnya, dia enggan melakukan hal-hal kecil karena terlalu remeh baginya. Bukankah St Theresia Lisieux mengajak kita utk mencintai hal-hal kecil?
Dia juga tidak mau mengerjakan sesuatu sehingga orang lain yang terpaksa mengerjakan. Bukankah St Theresia Lisieux berpesan agar kita mau mengambil pekerjaan yang paling tidak diinginkan orang?
Dalam kepercayaan dan cinta yang besar kepada Allah, di setiap pekerjaan yang paling remeh sekalipun, kita yakin bahwa ada rahmat yang dititipkan Allah di sana.
Inilah pentingnya katekese, evangelisasi, bagi OMK. Dengan katekese dan evangelisasi yang baik, OMK mempunyai pegangan iman untuk membantunya peka melihat persoalan, tanggap terhadapnya dengan memberikan respon yang tepat, serta menyokongnya agar ia tak mudah jatuh dalam persoalan.
Jika aspek katekese dan evangelisasi tidaklah kuat menopangnya, OMK itu tak akan pernah siap untuk melayani. Dia bisa salah menilai situasi, salah memilih sikap & tindakan, dan pada akhirnya dapat mengalami kegagalan dan kekecewaan.
Barangkali banyak OMK kita yang tak kuat dalam hal katekese dan evangelisasi. Mereka rapuh dan limbung dalam menziarahi kehidupan. Itulah panggilan kita untuk menemani mereka.
Kita bukan pemilik pabrik kardus yang membuat ramuan, lalu mencetak kardus-kardus yang baik dan indah. OMK bukan kardus. Mereka adalah pribadi-pribadi, yang dengan segala baik dan kelirunya, bergulat menuju kesempurnaan dan kekudusan. Panggilan kita adalah berjalan bersama mereka, dengan segala baik dan keliru kita juga. Bukankah karena kita semua tidaklah sempurna, rahmat Allah sungguh dapat dipinta?
HJ