2018 THE 13THINTERNATIONAL YOUNG CATHOLIC STUDENTS ASIAN SESSION AND COUNCIL
Taichung, 30 Juli 2018 – Sebuah gerakan internasional bagi orang muda Katolik bernama International Young Catholic Students (IYCS) melakukan pertemuan selama 10 hari (29 Juli-7 Agustus 2018) di Taichung, Taiwan. Pertemuan ini ditujukan bagi IYCS di Asia dengan mengambil tema “Student moved by faith towards education of heart and environment”. Bertempat di Providence University Taichung, sebanyak 90 delegasi yang terdiri dari siswa dan mahasiswa, serta pendamping baik awam maupun kaum religius berkumpul bersama untuk merayakan kebersamaan dalam Kristus.
Mereka saling berbagi terkait gerakan yang telah dilakukan di negaranya masing-masing. Terdapat sepuluh negara yang ikut serta yaitu Taiwan, Filipina, Thailand, Srilanka, Korea, Singapura, Malaysia, India, Vietnam, dan Indonesia. Pada misa pembukaan, Uskup Thomas, selaku koordinator Komisi Kepemudaan Taiwan menyatakan kebanggaannya terhadap orang muda Asia yang aktif untuk menjadi pemimpin masa depan. Dikarenakan banyaknya permasalahan di sekitar kita, seperti di Taiwan sendiri sedang mengalami masalah terkait pencemaran lingkungan. Maka, pada kegiatan YSC tahun ini, salah satu tempat eksposure yang dipilih pun adalah eco parkdan pembangkit tenaga listrik batu bara yang menimbulkan polusi udara.
Komisi Kepemudaan Konferensi Wali Gereja Indonesia tahun ini mengutus dua mahasiswa dari Universitas Katolik Atma Jaya Indonesia, untuk mengikuti acara ini yaitu Reyner Jonathan, dan Fransiska. Mereka diharapkan mampu menghidupkan gerakan YCS di Indonesia, dengan basis pertama di kampus Katolik.
Pada dasarnya, tiap negara memiliki keunikan masing-masing dalam melakukan gerakan ini, misal YCS Filipina telah puluhan tahun berdiri dan memiliki sekitar 2000 anggota dengan salah satu fokus isu yang diambil tentang lingkungan hidup. Kemudian, YCS di Thailand telah menghidupi gerakan ini selama 60 tahun dan memiliki sekitar puluhan ribu, anggotanya pun tidak terbatas hanya siswa dari Katolik saja tetapi juga Buddha. Sementara YCS di Indonesia, sempat menghidupi gerakan ini, kemudian vakum, dan tahun ini ingin dihidupkan kembali. Harapannya, gerakan yang memiliki metode See-Judge-Act ini bisa tersebar luas kepada orang muda Katolik di Indonesia.
“YCS Internasional memiliki panduan tema untuk disajikan kepada anggota YCS di tiap negara. Namun, kami tetap menyerahkan kepada otoritas masing-masing negara untuk mengembangkan isu yang sedang berkembang di negara tersebut,” jelas Richard, General Secretary dari YCS Internasional. (LE)