Kerja Kita, Prestasi Bangsa

Namanya Dede. Ia besar di sebuah kampung di kawasan Tanjung Priok, dekat pelabuhan laut. Tanjung Priok sendiri dikenal sebagai kawasan bisnis dan pemukiman yang padat, ramai, dan ‘keras’. Dalam hal ini, ‘keras’ dimaknai sebagai situasi hidup penduduknya yang pekerja keras kelas menengah ke bawah, serta tingginya angka kriminalitas.

 

dirgahayu RIDede tumbuh dan tinggal di kawasan semacam itu. Akan tetapi Dede tidak putus sekolah dan menjadi preman atau kriminalis seperti sebagian pemuda Tanjung Priok lainnya. Dede kuliah dengan nilai-nilai yang baik, lalu bekerja sebagai jurnalis yang berprestasi. “Aku boleh menjadi anak Tanjung Priok, tapi daerah itu tidak memberikan pengaruh buruk kepada hidupku,” ujar Dede dengan bangga.

 

Mewarnai dan Diwarnai

Pengalaman Dede inilah yang jika kita coba pahami melalui Teori Konstruksi Sosial besutan sosiolog Peter L. Berger, merupakan suatu gambaran dinamika masyarakat. Individu memberikan pengaruh kepada masyarakat, demikian juga masyarakat memberikan pengaruh kepada individu. Dede, menyadari lingkungan hidupnya adalah situasi yang keras, bertekad untuk keluar dari ‘stereotipe’ atau ‘cap’ kumuh, bermasalah, putus sekolah, pengangguran atau preman yang biasa dilekatkan kepada pemuda Tanjung Priok. Dede merasa bahwa situasi kampung justru mendorongnya untuk menjadi generasi muda yang berkualitas.

 

Dede yang berpendidikan, santun dan ramah, di kampungnya mendapat hormat dari para tetangga. Apapun yang dikatakannya pasti didengarkan. Dede juga dapat berinteraksi dengan lancar, dengan memberikan masukan-masukan agar kehidupan kampung menjadi lebih baik. Inilah proses ‘mewarnai dan diwarnai’. Individu mewarnai masyarakat tempatnya tinggal, pun masyarakat diwarnai oleh individu-individu sebagai anggotanya.

 

Kisah Dede, juga dapat menjadi kisah kita, OMK Indonesia. Banyak di antara kita yang tinggal dalam situasi hidup yang sulit. Situasi itu bukanlah suatu kendala yang mematahkan semangat dan membuat suram masa depan kita. Situasi itu justru menjadi peluang tumbuhnya iman dan harapan kepada Allah, untuk suatu masa dan peristiwa yang lebih baik.

 

Dari sisi OMK sendiri, seringkali muncul pertanyaan dan kegelisahan: apakah aku mampu mengubah masyarakat tempatku tinggal? Dede menjadi contoh yang baik. Ia tidak hendak pertama-tama mewarnai atau mengubah masyarakat, namun menjadikan dirinya baik terlebih dahulu. Ketika orang melihat kebaikan, kecil saja sekalipun, mereka akan melihat teladan untuk diacu dan ditiru. Sebaliknya, jika Dede takhluk dengan situasi kampungnya, menjadi juga berandalan seperti sebagian anak muda lainnya, ia hanya akan menambah banyak persoalan.

 

Panggilan OMK bukan menjadi monumen untuk dikagumi. Panggilan OMK adalah menjadi terang dan garam bagi kehidupan. Terang tidak bersinar bagi dirinya sendiri, melainkan bagi orang lain. Garam memberikan rasa seraya melarut, tak menonjolkan diri sendiri. Maka menjadi sangat kuat pesan dalam Hari Kemerdekaan RI ke-73 pada tahun 2018 ini. Kerja Kita, Prestasi Bangsa.

 

Apa yang dapat kita lakukan untuk mengisi kemerdekaan negara? Tak harus hal-hal besar. Belajarlah dengan baik tentang apapun, bagikan pengetahuan dan pengalamanmu, buatlah konten-konten positif di medsos, bersahabat dengan semua orang, berkarya bersama terutama bagi mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Sumbangsih kita dalam kehidupan, sekecil apapun, akan menjadi bagian dari kejayaan masyarakat. (Helena D. Justicia)

Post Author: admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *